89 | Rea dan Anomalinya

1813 Kata

"Sayang, nggak, sama aku?" Diulangi. Itu Rea yang bilang. Jaya sempat melirik ibu dan Pak Lili dulu seolah meminta bantuan. Ah, tetapi memangnya mereka bisa apa? Dibasahinya bibir, Jaya katakan, "Sayang." Mana mungkin tidak, kan? Perlakuannya kepada Rea bahkan jauh berbeda daripada Jaya ke Friska dulu. Jadi, secara logika kasih sayang itu pasti sudah ada, tanpa harus berjenis romantis. Rea senyum. Oh, mudah rupanya. Cukup bilang sayang maka semua clear. Tahu begini dari detik pertama Rea bertanya, Jaya katakan saja langsung jawabannya; sayang. "Kalau gitu ...." Eh, ada lanjutannya? Jaya menatap sang istri. Rea menunjuk arah belakang Jaya. Katanya, "Itu ada menu semur ati maung, deh, kayaknya. Beliin, Mas, buat di rumah." Semua mata—baik Jaya, ibu, dan Pak Lili sekali pun memand

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN