6. Usaha Mencuri Perhatian

2021 Kata
Sejak kedatangan Adam di kafe tadi, dia sengaja memisahkan diri dari Rika yang menyambut dan menemaninya berbincang. Sebenarnya, tadi setelah di dalam kafe ini, dia juga mencoba memberi isyarat untuk mengajaknya bergabung dengan Adam dan temannya. Namun Vena menolaknya. Selain belum ada kepercayaan diri mendekat dengan Adam, saat ini dia sedang mencari moment yang tepat untuk mencuri perhatiannya. Vena ingin melihat situasi dan menata batin dulu. Saat ini, suasana kafe terasa sangat hangat dan meriah. Alunan suara penyanyi dan band pengiringnya memenuhi seluruh ruangan. Ditambah suara para tamu yang berbincang dan bercanda membuat suasana kafe ini terasa semakin hangat. Vena saat ini sedang duduk di salah satu sudut ruangan di samping panggung. Sengaja dia duduk di tempat agak remang dan sangat bising itu untuk menanti kesempatan tampil. Malam ini Vena ingin mencuri perhatian Adam dengan penampilannya. Dari tempat ini dia bisa memperhatikan seluruh ruangan. Sambil menikmati kopi dan makanan kecil, Vena sesekali mengarahkan pandangannya di mana Adam Natapraja berada. Seperti yang dia lihat tadi saat berada di dalam gedung pulang dari menemui Anci, Adam masih ditemani wanita bernama Gisella. Sedetik saja Gisella tidak pernah menjauh dari pria tampan dengan fisik sempurna itu. Mereka duduk berdampingan. Namun, tangan Gisel tidak pernah lepas dari lengan kiri Adam. Vena perhatikan, Adam tidak merasa risih atau terganggu dengan sikap Gisella. Walau dia sedang asyik berbicara dengan orang-orang dari kalangan pengusaha, sineas dan produser lagu Adam terlihat santai dan nyaman-nyaman saja. Sesekali dia juga mendengarkan saat Gisella bicara mengutarakan pendapatnya. “Hmm, mungkin dia pacar atau istrinya. Lagian mana mungkin, pria sesempurna itu masih betah sendiri tanpa pasangan,” pikir Vena. Tiga tahun lalu, saat dia sedang tenar-tenarnya di panggung hiburan. Vena sering menjumpai pria seperti Adam. Ada yang mendekatinya dengan cinta ada juga yang hanya menwarkan uang. Vena tidak tahu, mengapa waktu itu dia sama sekali tidak tertarik dengan pria sempurna seperti itu. Mungkin selama ini dia sering melihat dan mendengar bahwa pria kaya sering tidak setia. Vena mematri otak dan hatinya tidak akan pernah mencari pasangan pria kaya. Itulah sebabnya, mengapa tiga tahun lalu dia jatuh hati pada Raka. Tapi, sekarang Vena tidak mengerti mengapa dia suka berlama-lama menatap Adam. Pria itu, saat ini paling menarik perhatiannya di antara sekian banyak pria tampan yang hadir di sini. Dia merasa kurang suka setiap memperhatikan sikap Gisella yang selalu menempel padanya. “Tidak mungkin aku jatuh hati secepat ini. Aku dan Raka belum resmi bercerai. Rasanya tidak mungkin secepat ini, aku melupakan dia.” Penyanyi dari band itu turun. Berganti MC mengumumkan bagi siapa saja yang ingin mempersembahkan lagu untuk yang sedang berulang tahun. Sampai MC turun kembali, tak ada yang naik ke panggung. Vena mengarahkan pandangan lagi kepada Adam yang masih berbincang dengan teman-teman bisnisnya. Termasuk yang sedang berulang tahun, David yang selalu didampingi Rika mantan asistennya yang sangat beruntung. Mendapatkan pasangan dari kalangan elit dan mencintainya sepenuh hati. David yang merupakan seorang pengusaha sukses tampak tidak malu memperkenalkan Rika sebagai pasangannya. Vena menarik napas berat memperhatikan mereka berdua yang tampak terlihat mesra. Nasib orang memang tidak ada yang tahu. Dulu Rika adalah asisten Vena yang statusnya pekerjaannya sering diremehkan orang dan dipandang sebelah mata. Walau Vena tidak pernah memandang seperti itu pada Rika. Tapi dia bisa melihat perlakukan orang-orang di sekitar dirinya bekerja dulu. Setelah Vena memutuskan berhenti menyanyi, Rika kemudian melanjutkan pendidikan dengan uang tabungan dari hasil kerjanya selama ini. Setelah lulus beberapa bulan lalu di bekerja di sebuah perusahaan dan mendapat posisi yang cukup bagus atas bantuan seorang teman. Dan beberapa waktu kemudian dia bertemu dengan David lalu menjadi dekat. Sementara sekarang Vena justru merasa berada di bawah Rika. Rika tidak ada masalah keuangan dan punya pekerjaan yang bagus berbanding terbalik dengan dirinya. Vena berdiri dari kursi, sudah beberapa menit berlalu tidak ada yang naik ke panggung. Akhirnya, dia putuskan untuk segera naik dan mempersembahkan sebuah lagu di sana. Inilah saatnya dia akan mencoba mencuri perhatian Adam. Dengan perasaan sedikit tidak percaya diri dan jantung berdebar, Vena berjalan ke atas panggung kecil dan tidak tinggi. Vena mendekati pemain piano dan membisikkan sesuatu pada pria yang sedang meneguk air putih dalam botol. Setelah pianis menganggukkan kepala, Vena meninggalkannya, berjalan ke tengah panggung. “Selamat malam. Perkenalkan saya Vena Aurora,” ucap Vena setelah mengambil mikrofon dari penyangganya. “Saya akan mempersembahkan sebuah lagu untuk tuan David yang sedang berulang tahun sekarang. Semoga lagu dengan lagu ini tuan David dan kalian semua akan terhibur,” ucap Vena lagi dengan senyumnya. Mendengar itu, hanya beberapa orang yang menoleh ke arah panggung. “Hei, bukankah dia sudah lama berhenti menyanyi. Apa Vena akan kembali menyanyi dangdut lagi?” celetuk seorang wanita. “Oh, jadi dia penyanyi dangdut itu. Malam ini kita akan digoyang dong!” sahut teman prianya lalu menggoyangkan badan sambil terkekeh seakan meremehkan penampilan Vena malam ini hanya akan menampilkan goyangan dengan sensualitas saja. “Setelah menyanyi aku juga mau menunggu goyangannya yang lain,” sahut pria lainnya yang terlihat sedikit sempoyongan karena mabuk berjalan mendekati panggung. “Lihatlah, Adam penyanyi yang kita lihat di lift tadi akan menyanyi. Kamu harus melihat betapa tidak berkelasnya wanita itu. Dengan sensualitas dan kenorakannya, dia akan segera menaikkan hasrat para pria di kafe ini,” ucap Gisel sinis menatap ke arah panggung memberitahu Adam dan rekan-rekan bisnisnya. “Mana?” tanya Adam, mengarahkan pandangan ke panggung. Namun dengan hanya sebentar saja. “Aku tidak tertarik dengan penyanyi yang hanya mengandalkan penampilan seksi dan goyangan saja,” tandasnya. “Ya, dia memang penyanyi yang hanya bersuara pas-pasan saja. Tapi jujur, soal penampilan, sebenarnya dia lebih cantik bila tidak berpakaian centil seperti itu. Kurang pas menurutku. Karena dia sebenarnya bukan tipe wanita bergaya genit,” sahut salah satu pria, sembari mulai melonggarkan dari dan kemejanya, sesekali mengarahkan pandangan ke panggung. Di sana, berbeda dengan tebakan semua orang yang mengira Vena akan menyanyikan musik dangdut dan menggoyang kafe ini. Namun sebuah alunan musik pop ternyata yang Vena pilih. “Oh, rupanya dia ingin membawakan lagu pop. Bagus, sepertinya dia tahu tempat dan penontonnya siapa. Di sini banyak yang tidak menyukai musik dangdut,” ucap Gisella sinis. “Gisel, kamu ini seorang direktur program sebuah stasiun TV nomor satu di negeri ini. Rasanya kurang pantas kamu bicara seolah mendiskriminasikan salah satu genre musik. Suka tidak suka, kamu tahu betul, musik dangdut paling banyak penggemarnya di negeri ini,” ucap pria tadi. Gisel baru akan membalas ucapan pria tadi. Namun Adam tiba-tiba melepaskan tangan Gisel dari lengannya. Adam berdiri dari tempat duduknya lalu melangkah menuju ke panggung seperti orang yang sedang terhipnotis. Gisella yang melihat hal itu menatapnya bingung. “Adam kamu mau ke mana?” tanyanya. Adam tidak menjawab. Dia terus saja berjalan ke depan panggung. Merasa cemas, Gisella segera menyusul. Di panggung, Vena menyanyikan lagu pop dengan tempo lambat. Suaranya terdengar sangat merdu dan penuh penghayatan. Hati Adam bergetar mendengarnya. Karakter dan warna suara Vena adalah yang dia cari selama ini. Suara itu terdengar sangat polos dan murni. Penuh kejujuran dan apa adanya. Dan lirik lagunya, seolah mewakili perasaan penyanyinya. Apalagi dia melihat samar kedua mata Vena berkaca-kaca. “Aneh sekali. Benar-benar sangat lucu. Nuansa lagu dan penampilan busana yang dia pakai itu tidak sesuai,” ucap Gisella sinis. “Tidak masalah,” sahut Adam sambil tersenyum dengan mata berbinar menatap Vena. Gisel langsung menoleh pada Adam dan memperhatikan sikap pria tampan itu. Hatinya tiba-tiba merasa tidak suka melihat cara Adam menatap Vena. Selama ini dia sangat menginginkan tatapan itu. Namun sayang, Adam tidak pernah melakukannya. Tatapan penuh ketertarikan dan rasa cinta. “Penampilan bisa diatur. Tapi aku suka warna vokalnya yang berkarakter polos.” Adam menoleh pada Gisel di sampingnya. “Gisel, dialah penyanyi yang aku cari selama ini,” Tak terasa satu lagu sudah selesai, setelah membungkuk dan mengucapkan terima kasih, Vena berjalan turun ke panggung. Namun tiba-tiba saja pria setengah mabuk naik ke tangga dan mencegat Vena sambil membawa sebotol minuman. “Kamu jangan turun dulu, Vena. Aku ingin mendengarkan lagumu dulu. Tadi aku kecewa kamu tidak menyanyikan lagu dangdut. Aku ingin bergoyang bersamamu, Ven. Aku rindu melihat goyanganmu seperti dulu,” ungkapnya. “Maaf. Aku sedang tidak menyanyikan lagu bernuansa centil. Hatiku sedang tidak mood sekarang,” ungkap Vena. “Oh ya? Tapi aku sangat ingin melihatmu bergoyang malam ini, Ven. Kembalilah ke panggung,” pinta pria itu dengan tubuh sempoyongan. Adam yang melihat itu mulai geram dan tidak sabar ingin menolong Vena. Tapi Gisel dengan sigap segera mencegah dengan meraih lengannya. “Jangan bikin keributan. Itu bukan urusanmu. Untuk apa kamu mencari masalah dengan penyanyi tidak berkelas seperti itu. Jaga reputasi kamu, Adam,” ucap Gisel ketus. “Reputasi? Wanita berkelas? Apa yang kamu katakan Gisel?” tanya Adam menuruti permintaan Gisella. Langkahnya pun berhenti dengan perasaan sedikit kurang ikhlas. Sementara perhatiannya masih tertuju pada Vena dan pria mabuk itu. Bisa saja tukang mabuk itu akan menyakiti Vena demi bisa memintanya untuk menyanyi lagi. Perasaannya agak lega ketika Rika mendekati mereka. Adam yakin Rika bisa mengatasi pria mabuk itu dan menolongnya. “Tolong lepaskan tanganmu, Tuan! Jangan memaksakan kehendak pada Vena,” perintah Rika. Pria mabuk itu segera melihat ke arah Rika yang mulai naik anak tangga panggung. Tatapannya mennyeringai kesal. Sementara Vena segera mengambil kesempatan itu untuk melepaskan tangannya lalu mendekati Rika. Banyak mata yang mulai menyaksikan mereka. Yang Vena sesalkan sepertinya mereka hanya lebih senang jadi penonton saja. Bahkan sosok seperti Adam seharusnya segera bertindak dan menolong dirinya. Pria ini jelas-jelas akan memaksakan kehendaknya. Hanya Rika saja yang peduli padanya. “Aku adalah fans berat Vena, Nona. Sudah lama aku tidak melihat goyangannya indah seperti dulu. Apa salahku memintanya untuk tampil lagi,” ungkap pria itu. “Maaf, aku tidak ingin tampil lagi. Aku harus segera pulang, Tuan,” ucap Vena setelah berjalan menjauh “Kenapa harus pulang? Bernyanyilah lagi. Ayo, kita bergoyang bersama. Nanti, aku janji akan antar kamu pulang,” ucap pria mabuk itu, sambil turun tangga menghampiri Vena lagi. Bahkan kali ini dia lebih berani lagi. Tangannya yang kekar menarik Vena hingga masuk ke dalam pelukan. Vena sangat terkejut, tidak menyangka pria itu akan berbuat lebih jauh lagi. Dia berusaha meronta melepaskan diri dari pria itu. “Lepaskan, aku! Tolong jaga sikapmu. Aku bisa melaporkan kamu pada polisi bila terus saja memaksakan kehendakmu.” “Lepaskan Vena, Pria jahat!” Rika segera membantu Vena berusaha melepaskan Vena dengan menarik salah satu lengan pria kekar seusia Adam itu. Namun sayang usahanya gagal. Rika segera menoleh ke arah para undangan dan juga David yang sedang berdiri menatap adegan itu. “Ini sudah tidak bisa dibiarkan. Kalian pikir adegan sebuah film? Bantu aku melepaskan, Vena.” Adam dan David seperti tersadar. Keduanya segera mendekati Vena, pria mabuk itu dan juga Rika. “Jangan mendekat! Vena milikku sekarang. Vena sudah berada dalam pelukanku,” ucap pria itu pada Adam dan David. “Jangan coba-coba turut campur urusanku, Adam. Atau aku akan mencampuri urusanmu juga,” ancam Andre. Vena sangat terkejut mendengar ucapan itu. Dia gelengkan kepala menolak pernyataan pria itu. “Apa yang kamu katakan? Aku bukan milikmu, Tuan.” “Andre, aku tidak takut dengan ancamanmu. Aku akan tetap turut campur dengan urusanmu, bila kamu paksakan kehendakmu pada orang lain yang bukan siapa-siapa kamu,” tegas Adam dengan tatapan tajam. Tangannya bergerak dengan cepat ingin menarik Vena dari pelukan Andre. Namun usahanya gagal. Andre sepertinya tahu niat Adam. Dengan sebelah tangan saja dia mengamankan Vena dan melangkah mundur. “Dia hanya wanita yang senang menggoda pria dengan goyangannya. Kamu tidak perlu mati-matian membelanya. Wanita awalnya memang begini. Suka menolak dengan kasar. Tapi dalam hati, dia menginginkan kita juga. Apalagi kalau dia sudah kita kasih uang. Pasti sebentar lagi, semua kemauan kita akan dia penuhi,” ucap Andre, kemudian terkekeh. “Aku bukan wanita seperti itu!” tegas Vena dengan lantang dan penuh emosi. Entah dapat ide dari mana, Vena tiba-tiba berinisiatif menunduk dan menggigit lengan tangan Andre yang sedang terlena tertawa-tawa. Andre berteriak sangat sangat kencang, “aaargh..... “ Karena kesal, spontan dia mengarahkan botol minumannya pada kepala Vena. Semua orang sangat terkejut dan hanya bisa berteriak saja cemas, kecuali Adam. Dia bergerak cepat menahan tangan Andre dengan sekuat tenaga. Tangan Andre berhasil tertahan. Hanya saja minuman itu mengguyur rambut dan tubuh Vena.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN