Keesokan harinya, Kayla mengirim pesan pada Bu Jeni untuk mengundurkan diri. “Kamu bagus loh kerja-nya, kok tiba-tiba keluar, Kayla?” suara Bu Jeni terdengar di telepon, lembut tapi penuh rasa heran. Kayla menahan tangis. “Saya malu, Bu... Pasti staf hotel sudah pada tahu tentang kejadian semalam. Saya nggak sanggup ketemu orang.” Suara Kayla parau, sesenggukan menembus sela-sela kata. “Kita kasih kamu cuti seminggu, ya. Tenangin diri dulu. Jangan ambil keputusan buru-buru,” ucap Bu Jeni lembut, berusaha menenangkan. “Iya, Bu. Kalau saya kuat, saya kerja lagi... Tapi kalau nggak, saya mundur aja. Saya minta maaf, Bu,” ucap Kayla lirih. “Ya sudah, nanti kabari minggu depan, ya, Kay.” “Iya, Bu. Terima kasih...” Telepon ditutup. Suara ‘klik’ kecil diikuti isak Kayla yang kembali pec

