Nala melamun. Menatap bayangan hujan deras yang mengguyur Tokyo malam ini dalam diam. Dalam pakaian yang telah berlumur darah. Dengan noda pekat menghiasi mantel dan pakaian hangatnya. Nala tidak mempedulikan hal itu sama sekali. Selama Azda sudah ditangani orang yang tepat, dia akan bersyukur. Remasan tangannya mengencang. Sekencang rasa sakit yang pria itu torehkan pada hati dan hari-harinya yang kelam. Azda mungkin tidak tahu, tidak akan pernah tahu penderitaan apa yang Nala jalani selama ini. Atau neraka apa yang berusaha Nala lewati untuk mencapai pintu surga lain. "Nala?" Nala menoleh. Menemukan Aydin berdiri dengan mengangkat alis di belakangnya. Sorot mata Aydin tampak terluka. Ada sesal, rasa sakit dan rasa bersalah yang menggumpal, tapi pria itu diam. Dan menyadari kalau ada y

