Begitu mendekat ke arah sofa, Snow lantas duduk dengan kepala yang menunduk. Di hadapannya, Raffa tengah berjongkok dengan wajah yang di tenggelamkan pada kedua telapak tangan Snow. Tak ada perbincangan apapun. Hanya suara Raffa yang terus melayangkan kata maaf. "Seharusnya aku nggak nyuruh kamu jemput," lirih Raffa. Bibir Raffa yang dingin mengecup kedua punggung tangan Snow beberapa kali. Raffa bisa menangkap wajah kusut Snow yang penuh dengan gelagat takut, kesal, sekaligus sesal. Sungguh, melihat Snow seperti ini adalah sesuatu yang tidak pernah Raffa inginkan. Rasa bersalahnya sudah berada di puncak. Raffa merasa menjadi penyebab terjadinya semua masalah ini. Jika saja Raffa tidak ceroboh melepas masker saat ada di Milan, jika saja Raffa tidak menyuruh Snow untuk datang, jika saja

