Kahfi baru saja selesai piket kelas di pagi hari. Kelas yang tadi sepi kini sudah ramai karena teman-temannya sudah datang. Ketika Kahfi akan masuk ke dalam kelas, Pak Gunawan memanggil dirinya.
“Assalamualaikum Pak,” sapa Kahfi sopan.
“Waalaikumsalam, kamu ikut Bapak ke ruang guru ya.”
Kahfi berjalan di belakang Pak Gunawan sambil bepikir ada apa dirinya dipanggil Pak Gunawan guru BK. Apakah ia melakukan kesalahan? Atau teman kelasnya berbuat ulah?
Begitu masuk ke ruang guru, Kahfi menyalami Bu Alma wali kelasnya yang seakan sudah menunggu dirinya. Kahfi melirik seorang gadis yang tidak ia kenal duduk di sebelah Bu Alma.
“Nah Jian Li, ini Kahfi ketua kelas di kelasmu yang baru,” jelas Bu Alma pada Jian Li.
Seakan menjawab kebingungan Kahfi, Pak Gunawan berkata. “Ini Jian Li, murid baru pindahan dari Jakarta. Dia akan masuk ke kelas kamu Kahfi, bantu Jian Li untuk beradaptasi ya.”
Kahfi mengangguk.
“Kamu ikut Kahfi ke kelas ya, biar nanti Kahfi yang mengenalkan kamu ke teman-teman yang lain.” Mata Bu Alma menatap Kahfi. “Kahfi bantu Ibu ya, soalnya guru-guru mau rapat dulu sehingga dua mata pelajaran kosong. Kamu suruh teman-teman yang lain mengerjakan LKS saja dan jangan ada yang keluar dari kelas.”
“Baik Bu,” mata Kahfi menatap Jian Li sebagai isyarat untuk mengikutinya.
Jian Li yang berdiri di belakang Kahfi diam-diam mengikuti pemuda itu. ia tidak menyangka jika ketua kelasnya begitu tampan dan membuatnya hampir saja seperti orang bodoh yang kaku.
“A-anu,”
Kahfi yang mendengar suara Jian Li segera menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Jian Li. “Ya?”
“Ki-kita belum kenalan..” Jian Li berdeham dan mengulurkan tangannya. “Aku Jian Li,”
Kahfi melirik tangan Jian Li yang masih terulur. Kahfi menangkupkan kedua tangannya di depan d**a. “Saya Kahfi, lebih baik kita segera ke kelas sebelum bel berbunyi.”
Jian menatap tangannya yang dianggurkan Kahfi. Dengan wajah sedikit malu, Jian Li kembali berjalan mengikuti Kahfi.
Mengapa Kahfi tidak membalas uluran tangannya? Apakah tangannya kotor? Perasaan Jian Li tidak memegang sesuatu yang kotor dan kukunya juga bersih.
Begitu masuk ke dalam kelas yang begitu ramai. Kahfi segera berdiri di depan kelas dan memakai penghapus papan tulis ia mengetuknya untuk mendapatkan perhatian teman-temannya.
Teman-teman sekelas yang sudah tahu jika Kahfi berdiri di depan kelas berarti ada pengumuman kelas segera duduk di bangkunya masing-masing.
“Teman-teman semua, hari ini kita kedatangan teman baru dari Semarang,” Kahfi menengok kea rah Jian Li yang berdiri di luar kelas. “Ayo masuk,”
Dengan pelan Jian Li masuk ke dalam kelas dan belasan mata pria mengarah kepada Jian Li dengan antusias sementara siswi perempuan hanya menatap biasa.
“WOWWW… Cantik banget!! Kayak Jisoo Blackpink euy,” seru Bobby membuat ramai kelas yang sempat hening.
“Gandeng!” kesal Sarah sambil menepuk kepala Boby yang duduk di bangku depannya.
“Euh, cemburu ya lo?”
Sarah mendelik. “Ngarep!”
TOK TOK
Kahfi kembali mengetuk meja menggunakan penghapus dan perhatian kembali ke arah Kahfi.
“Silahkan memperkenalkan diri,”
Jian Li menatap teman-teman barunya. “Selamat pagi, perkenalkan nama saya Jian Li dan saya berasal dari Semarang. Mohon bantuan untuk ke depannya.”
Bobby tiba-tiba mengangkat sebelah tangannya. “Minta nomor chat dong! Terus akun i********: lho apa?”
Sorakan terdengar mengarah pada Bobby dan Sarah dengan kesal menjambak rambut Bobby yang lansung merintih kesakitan.
“IH KDRT mulu aja sih lo?!” keluh Bobby sambil mengelus kepalanya yang terasa pusing karena dijambak Sarah.
Sementara Deeva diam-diam melirik Ario yang sedang tertawa dengan teman-teman lainnya. Hati Deeva merasa khawatir jika Ario menyukai si murid baru. Namun seakan sehati, Ario tiba-tiba menoleh ke arah Deeva dan tersenyum manis membuat Deeva menahan senyum dan menundukkan kepala berusaha menahan rasa bahagianya.
Ainun yang memperhatikan Deeva tersenyum sendiri, hanya mengulas senyum ringan dan kembali menulis bukunya.
….
Baru sejam perkenalan kini Jian Li sudah memiliki teman, gadis itu ternyata supel dan ramah.
“Ih lo cantik banget sih! Lo keturunan korea ya?” tanya Dera sambil memainkan rambut Jian Li yang panjang dan lurus.
“Mami gue Chinese dan Papi dari Semarang hehe,” jawab Jian Li.
“Eh kok lo pindah ke sini?” Tanya Ruth
“Kebetulan usaha Mami gue baru buka di Bandung, jadi supaya gampang mantau Mami mutusin pindah ke sini sementara Papi di Semarang dan bakalan bolak balik ke sini tiap weekend.”
“Emangnya keluarga lo punya usaha apa?” tanya Dera.
“Rumah makan Chinese,”
“Wow! Mau ih ke sana.”
“Boleh-boleh! Nanti kabarin aja kalau ke sana,”
Mata Jian Li diam-diam melirik Kahfi yang sedang serius mengisi LKSnya. Padahal teman-teman yang lain lebih memilih mengobrol, ada yang pergi entah ke mana dan ada juga yang tidur. Namun sepertinya hanya Kahfi yang tetap fokus mengisi LKS seakan suasana yang ramai tidak mempengaruhi konsentrasinya.
“Lo lihat apaan Jian Li?” tanya Ruth dan tersenyum begitu mengikuti arah pandang Jian Li.
“Enggak lihat apa-apa kok,”
“Cieee lo juga kepincut sama ketua kelas ya? Santai aja kok, karena lo enggak sendiri!”
Dera menambahkan. “Karena Kahfi milik semua jadi ya wajar-wajar aja kok kalau lo kepincut.”
“Gue kasih tahu aja ya, kalau kelas kita ini termasuk kelas beken. Gimana enggak, ada dua orang terpintar, tercantik dan terganteng berada di kelas ini, yang pertama Kahfi si peringkat pertama yang masuk ke sekolah ini dengan nilai tertinggi dan yang kedua Ainun si cantik peringkat kedua.”
“Ainun?”
Tangan Dera menunjuk gadis berjilbab yang sedang mengerjakan LKS dengan fokus. Gadis itu menunduk sejak tadi sehingga Jian Li tidak bisa melihat dengan jelas.
“Ainun itu gadis paling cantik di sekolah kita!” ungkap Ruth dengan bangga.
“Baik banget lagi, sering bantuan kita kalau kenapa-napa.” Tambah Dera.
Ketika Dera selesai berbicara barulah saat itu Ainun mengangkat wajahnya dan Jian Li bisa melihat dengan jelas bagaimana paras Ainun.
Jika Kahfi adalah lelaki tertampan yang baru ia lihat, maka Ainun adalah gadis tercantik dan entah mengapa aura gadis itu mendadak membuat kepercayaan diri Jian Li menjadi pudar perlahan.
“Bener kan dia cantik,” ujar Ruth mengikuti arah pandang Jian Li yang sedang menatap Ainun.