Pinos menyeringai, sangat licik. "Syaratnya? Ya kalian menyiapkan semua kebutuhan dan keinginan, dan salah satunya adalah menyiapkan tumbal dengan semua peralatan yang di minta." Pinos berkata dengan dingin. "Kalian juga akan membunuh jika ada perintah,” lanjut Feti dengan sorot menakutkan. Diah dan Geya seketika merinding. "Jika begitu kapan kami akan bisa keluar?" Aarav membentak keras. Ia merasa sudah muak dengan pembicaraan ini. Mereka sama saja tak diberi pilihan sendiri, ujung-ujungnya juga ke arah ‘mati’. Bagaimana tidak jika menuruti permintaan hantu, bagaimana bisa bebas? Rasanya seperti dimanipulasi saja. "Ya seminggu sekali." Pinos berujar sinis. Aarav menjambak rambutnya frustasi, dia mendengus kasar. “Sungguh gila." Aarav mendesis. Aarav sangat membenci hal ini, bagaima

