bc

Dipaksa Menikah dengan Sahabat Ayahku

book_age18+
591
IKUTI
6.0K
BACA
billionaire
family
HE
age gap
friends to lovers
drama
bxg
brilliant
city
like
intro-logo
Uraian

Dikhianati oleh kekasihnya yang berselingkuh dan menghamili wanita lain, hidup Kalila hancur dalam sekejap. Saat melarikan diri dari kenyataan pahit, ia jatuh pingsan di lorong apartemen dan ditemukan oleh Darius---sahabat ayahnya. Darius membawanya ke unit apartmen tanpa ia sadari. Namun, siapa sangka, jika niat baik Darius itu malah mengantar mereka pada malapetaka. Segalanya menjadi semakin rumit ketika ayah Kalila memergoki mereka sedang bersama di dalam sebuah kamar. Karena kesalahpahaman tersebut, sang ayah memaksa mereka menikah demi menjaga nama baik keluarga. Apakah pernikahan yang berawal dari kesalahpahaman ini menjadi jembatan kebahagiaan baru atau justru membawa masalah yang lebih besar?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Kesalahpahaman
“Gue hamil, Dallas. Lo harus tanggung jawab!” pekik seorang wanita sambil melempar alat tes kehamilan pada seorang pria, yang tak lain dan tak bukan adalah kekasihnya. Tak tahu apa yang sudah terjadi, sampai Kalila merasakan gejala aneh akhir-akhir ini. Dia sangat terkejut, pikirannya jadi tak menentu saat tahu bahwa dirinya sedang hamil. Kalila tak mengerti, apa yang sudah terjadi. Dallas menatap tes kehamilan itu, garis dua. Pria itu meraup wajahnya gusar. “Gimana bisa, Kalila? Bahkan aku baru memasukimu sekali,” ujar Dallas ikut heran. Kalila terbelalak, tangannya mengepal. Dia maju ke depan sambil mencengkeram kuat kerah kemeja kekasihnya. “Apa? Jadi bener, lo yang udah nidurin gue? Tega ya lo!” Dallas memegang kedua pundak Kalila. “Sabar, Sayang. Biar aku jelaskan, jangan marah-marah dulu, dong.” “Gimana gue nggak marah, berani-beraninya lo ngerampas kesucian gue! Jadi yang naruh obat tidur di minuman gue itu lo orangnya?” Kalila yang biasanya selalu bicara kalem, jadi tak bisa menahan diri karena pria yang ia percaya akan menjaga malah merusaknya. Jadi, kecurigaan Kalila benar adanya, bahwa Dallas yang sudah memberikan obat tidur di acara pesta bulan lalu dan menidurinya di saat tak sadarkan diri. Gila! Mata Kalila berkaca-kaca, dia sangat kecewa karena Dallas berbuat serendah ini padanya. “Ya habisnya kamu susah diajak hubungan badan, aku terpaksa melakukan itu karena bener-bener nggak tahan lihat kamu. Kamu seksi banget, Sayang,” balas Dallas terkesan santai, berbeda dengan Kalila yang sudah tak menentu perasaannya. Sedih, marah, dan kecewa menjadi satu. Plak! Satu tamparan Kalila layangkan. Meski Dallas lelaki yang dia cinta, jika sudah menginjak harga dirinya, tak beda dengan seonggok sampah. “Kenapa lo lakuin itu ke gue, Dallas? Lo ngehancurin masa depan gue! Lo sadar nggak sih apa yang udah lo perbuat?” Emosi Kalila berapi-api, tak peduli dia bicara dengan siapa saat ini. Dia hanya ingin meluapkan kemarahan serta rasa kecewanya. “Gue nggak mau tahu, lo harus tanggung jawab!” lanjut Kalila tegas. Dia tak mau Dallas tak bertanggungjawab setelah melakukan tindakan kejinya. “Iya, iya. Aku bakalan tanggung jawab nanti, Sayang. Sekarang kamu pulang dulu, ya. Aku mau lanjut tidur, masih banyak kerjaan.” Dallas menuntun Kalila untuk keluar dari kamarnya. Sampai tiba di depan apartemen, Kalila berdecak kesal. Bisa-bisanya Dallas santai. Kalila melepas tangan Dallas yang menahan, Kalila sudah tak bisa bersabar. "Gue hamil karena perbuatan lo, b******n! Dengan watadosnya lo setenang itu setelah bikin gue begini!" Dada Kalila naik turun, menatap Dallas dengan sirat kemarahan. Ketika Dallas akan menutup pintu, tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang melingkar. “Sayang, siapa yang datang pagi-pagi begini?” tanya suara wanita yang menghentikan perdebatan mereka. Mendengar ada wanita lain di dalam, Kalila menendang pintu hingga terbuka lebar. Menampilkan wanita yang tengah hamil besar sedang memeluk Dallas. “Sayang, dia siapa, sih? Nggak sopan banget, datang ke rumah orang main nyelonong gitu aja. Punya adab nggak, sih?” gerutu Prisa, mendelik tajam pada Kalila yang semakin tersulut emosi. Pandangan Kalila tak kalah tajam, dia menatap Dallas dengan tatapan penuh tanya. “Lo yang siapa, hah!” bentak Kalila, ingin menghajar wanita tersebut, tetapi Dallas menahannya. Kecewa karena Dallas membela Prisa, Kalila menggelengkan kepala tak percaya. “Kenapa lo belain dia? Jawab gue, dia siapa?” tanya Kalila ketus. Kesabarannya terkikis dengan sikap Dallas. Prisa melingkarkan tangannya di lengan kekar Dallas. Seolah-olah ingin memberitahu dunia jika Dallas adalah miliknya. “Dallas itu pacar gue, ayah dari anak gue.” “Nggak mungkin!” Kalila menyela cepat, dia mungkin salah dengar jika Prisa adalah kekasih Dallas juga. Sementara lelaki itu diam membisu, kenapa malah seperti ini jadinya. Kedua kekasihnya tahu. Sial. “Sayang, jangan diam aja, dong. Bilang sama dia kalau kamu itu pacar aku, kita akan menikah nanti. Emang dia siapa, sih?” “Gue pacarnya!” Prisa terkekeh sinis. “Dih, ngaku-ngaku. Pacar Dallas itu gue. Ini buktinya, gue lagi hamil anak dia.” Lagi, Kalila mencengkeram kerah kemeja Dallas yang hanya diam seperti pecundang. “Lo bisu? Cepet jawab, kasih gue penjelasan, sialan!” Ia memaki, saking kesalnya pada pria ini. “Akan kujelaskan nanti, Kalil—” “Gue mau penjelasan lo sekarang!” Prisa mendelik sinis pada Kalila, terus menempel pada Dallas. Sebagai bukti jika Dallas itu hanya miliknya. "Jawablah, Sayang. Biar dia nggak bikin onar." Sedangkan lelaki itu bingung mau menjawab apa. "Aku udah menuruti apa yang kamu mau loh, masa giliran jelasin aja nggak bisa?" sambung Prisa jadi kesal. Dallas kalut, tidak ada pilihan lain selain mengaku dan mengatakan yang sebenarnya. “Oke, oke. Prisa ini tunangan aku, anak yang dia kandung itu anak aku. Jadi sorry, aku gak bisa tanggung jawab karena aku dan Prisa mau menikah bulan depan.” Benteng pertahanan Kalila runtuh seketika mengetahui rahasia besar Dallas, dia tidak menyangka kalau Dallas akan membuat hatinya porak-poranda. Dia telah mengkhianati dan membohongi, bahkan telah merenggut kesucian yang Kalila jaga selama puluhan tahun lamanya. “b******n!” Kalila memukul-mukul d**a bidang Dallas, tak lupa melontarkan caci maki pada pria di depannya. “Jadi selama ini gue dijadiin simpanan lo? Atau lo selingkuh dari gue? Emang b******k lo jadi cowok. Gue nyesel pacaran sama lo, dasar lelaki biadab. Cuih!” Kalila langsung meludah, membanting pintu sambil berlalu. "Kalila, tunggu!" Dallas menyusul dari belakang. Namun, Kalila segera berlari cepat. "Nggak usah ikutin gue! Mulai sekarang lo jangan muncul di hadapan gue!" Dadanya terasa sesak, bak ada tombak yang menghantam dadanya. Dia berlari di sepanjang lorong sembari membekap mulutnya, matanya sudah berkaca-kaca. Lelehan air mata terus mengalir di wajahnya. Seribu penyesalan hinggap, Kalila tidak bisa mengembalikan keadaan yang sudah terjadi. Dia bersandar di tembok, sambil memegangi perutnya. Di sana ada bayi yang tak diinginkan tumbuh, Kalila bingung harus bagaimana. “Argh! Gue harus gimana sekarang? Bodoh lo, Kalila!” gumamnya sambil memaki diri sendiri. Menjambak rambutnya frustrasi. Tubuhnya luruh ke lantai, dengan pikiran melalang buana ke mana-mana. Di kondisi sekarang, Kalila ingin sendirian, sampai terbsesit untuk melakukan aborsi. Akan tetapi, dia mengedepankan kewarasan. Tak akan melakukan hal konyol itu, apalagi membunuh bayi tak berdosa. Dia akan menjadi ibu paling buruk andai benar melakukan. Kepala Kalila terasa pening, matanya mendadak kabur, pandangannya pun mulai berkunang-kunang sampai akhirnya dia kehilangan kesadaran dan ambruk di atas lantai. Bruk! Di saat bersamaan, Darius yang baru pulang dari luar berjalan sempoyongan karena habis minum-minuman mengandung alkohol. Dia terheran-heran melihat ada orang yang tergeletak di atas lantai. Darius berjalan menghampiri, dia berjongkok sambil menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah wanita tersebut. Ketika wajah jelas terlihat, Darius kaget. “Kalila? Astaga, apa yang terjadi dengan anak ini?” pekiknya. Kaget bukan main ketika yang dia temukan itu adalah Kalila, anak dari sahabatnya. Tentu Darius mengenal, meski tak terlalu dekat. Darius membopong tubuh Kalila untuk dibawa ke kamarnya. Sampai tiba di kamar, Darius membaringkan tubuh Kalila di atas pembaringan, tak lupa menyelimuti dengan selimut tebal. Darius mengusap dagu, sambil memperhatikan wajah pucat Kalila. “Wajahnya pucat sekali, apa dia sakit?” gumamnya. Darius duduk di sebelah Kalila, ingin membenarkan bantal agar Kalila nyaman. “Darius?” panggil pria yang tiba-tiba datang di belakangnya. Darius menoleh ke belakang, terkejut ketika tahu kalau orang itu adalah Benjamin---sahabat sekaligus ayah Kalila. Benjamin tak kalah terkejutnya, menyaksikan sahabat serta anaknya tengah berada di ruangan tertutup berduaan. Terlebih lagi sedang berada di ranjang yang sama. Hal ini jelas saja menciptakan spekulasi yang tidak-tidak. “Benjamin, jangan salah paham. Ini tak seperti yang kamu pikirka—” Belum sempat menjelaskan, Benjamin sudah melayangkan bogeman keras di rahangnya. Bugh! “Kurang ajar, apa yang sedang kalian lakukan?!”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Pacar Pura-pura Bu Dokter

read
3.1K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.0K
bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.6K
bc

Desahan Sang Biduan

read
53.8K
bc

Silakan Menikah Lagi, Mas!

read
13.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook