Bagas melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Dea. Hatinya terasa teriris begitu melihat tubuh istrinya tengah terbaring lemah di atas ranjang. Tubuh wanita itu terlihat lebih kurus dari satu bulan yang lalu. Bibir yang biasanya memancarkan senyuman dan memerah bak apel itu kini telah pucat dan melengkung ke bawah. Beberapa selang kini bahkan telah terpasang di bagian tubuhnya, bekerja sebagai penopang hidup bagi wanita itu. Bunyi suara mesin EKG terdengar memecahkan keheningan di ruangan itu. Menandakan bahwa jantung Dea masih berdetak dengan normal, bahwa kehidupan masih ada di dalam raga itu. Tanpa sadar, Bagas menitikkan air mata melihat keadaan istrinya yang sangat rapuh saat ini. Ia pun berjalan mendekati wanita itu seraya menggendong bayi mungil di dekapannya. Sesekali

