5.Bakery

1128 Kata
Malam kian terasa larut dan dingin, ketika sebuah mobil mewah meluncur cepat di ruas jalan tol menuju ke arah utara. Kendaraan itu tampak mengurangi lajunya dan berbelok ke sebuah studio. Setelah mengantar Zahira pulang ke apartemennya Rafael pun menjemput tunangannya ke lokasi studio. Jelena yang seorang model papan atas sangat sibuk dengan jadwal pemotretan. Paras cantik, sexy, tubuh tinggi dan langsing, semakin menjulang penampilannya sebagai seorang model. Samar-samar terlihat siluet seorang wanita keluar dari studio dan berjalan menghampiri mobil audi berwarna hitam. "Maaf sayang membuatmu jadi menunggu lama," ucap Jelena setelah ia masuk ke dalam mobil dan duduk di samping kemudi. "Aku baru saja sampai," ucap Rafael tersenyum. Jelena memicingkan matanya. "Ini kenapa jok nya agak mundur ya? Habis antar siapa?" tanya Jelena. "Antar Zahira." "Siapa Zahira?" "Teman baru," ucap Rafael santai. "Teman baru? Kapan-kapan kenalin dong," goda Jelena. "Baiklah sayang," ucap Rafael sambil terkekeh geli. "Sayang, besok aku ada acara fashion show di New York," ucap Jelena. "Besok? Mendadak banget ya?" tanya Rafael menaikkan satu alisnya. Jelena menggelengkan kepalanya. "Nggak mendadak sayang. Sebenarnya sudah beberapa hari yang lalu tapi aku lupa memberitahumu," ucap Jelena. "Kebiasaan," cibir Rafael. "Maaf sayang," ucap Jelena tertawa kecil sambil mengangkat jari telunjuk dan tengah membentuk huruf V. Kemudian Rafael segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Rafael menyukai Jelena karena Jelena adalah tipe wanita yang dewasa, pengertiaan, dan tidak menuntut. Tidak pernah berburuk sangka dengan Rafael apalagi cemburu. Jelena adalah tipe wanita yang ceria, mudah akrab dengan orang lain dan tidak pernah memilih-milih dalam berteman. Jelena selalu menenangkan dan ada saat Rafael terpuruk. Jika mereka ada masalah ia selalu menyelesaikannya dengan kepala dingin. Berbeda dengan kebanyakan wanita di luaran sana. Sekarang hubungannya dengan Jelena telah berjalan selama dua tahun dan mereka telah bertunangan. *** Zahira merupakan seorang patisserie. Morning Bakery, adalah toko kue milik Zahira. Zahira memiliki sebuah toko kue yang tidak begitu besar. Baru beberapa bulan dibuka bakery Zahira sudah ramai pelanggan, tak heran karena Zahira pernah kursus memasak. Lagipula dari kecil Zahira sudah hobi memasak. Banyak pelanggan yang mengatakan jika kue milik Zahira enak. "ZAHIRA!" Teriakan keras seorang wanita yang memanggil namanya bersamaan dengan bunyi lonceng pintu bakery yang berdenting kencang sontak membuat Zahira menoleh dan membuka mulutnya terkejut. Tanpa aba-aba Iren langsung memeluknya kencang. Membuat Zahira tersentak karena pelukan Iren yang tiba-tiba. Zahira tertawa pelan sambil membalas pelukannya. Iren melonggarkan pelukannya. "Sumpah ya seneng banget aku," ucap Iren bersemangat. "Kau senang kenapa?" "Uang, kartu atm, mobil dan semuanya sudah balik lagi ke aku. Aku bilang ke papa bagaimana perlakuan mak tiri itu, awalnya papa nggak percaya tapi setelah aku mengancam akan pergi dari rumah baru papa percaya. Dan semalam papa marahin mak tiri sialan itu karena main sita-sita aja," jelas Iren. "Syukurlah, aku ikut senang kalau begitu." "Coba aja dari kemarin-kemarin, pasti aku bisa membantumu dan kau pasti tidak akan pernah melakukan one night stand." Iren Sahara adalah anak dari pengusaha sukses di Indonesia. Kemampuannya dalam berbisnis sudah tak bisa diragukan lagi. "Tidak apa-apa, ini semua kan sudah takdir. Kau juga sudah banyak sekali membantuku." "Lalu, bagaimana keadaan kakek Aryo?" "Sudah membaik." "Syukurlah kalau sudah membaik." "Duduk dulu Ren, aku mau cerita sesuatu," ucap Zahira. "Apa tuh?" tanya Iren yang kemudian duduk. "Semalam aku ketemuan sama Rafael," ucap Zahira tersenyum malu. "Rafael?" Iren mengernyitkan dahinya. "Ihh masa lupa sih. Rafael yang waktu itu one night stand sama aku," bisik Zahira. Iren meringis. "Oh, iya, lupa hehe. Terus-terus gimana?" "Dia mengajakku ketemuan di cafe xxx terus minta maaf soal kejadian malam itu karena benar-benar out of control." "Secara nih ya omongan lelaki itu nggak bisa dipegang. Bilangnya aja nggak mau melakukan one night stand. Akhirnya menyewa perempuan buat akting tapi sama aja malah diembat," kesal Iren. "Kalau aku nggak setuju juga nggak bakal terjadi sih. Aku juga sama kaya Rafael lepas kendali." Iren berdecak. "Ck, eh omong-omong namanya sama kaya CEO tempat aku magang. RA-FA-EL." "Iya, kah? Mungkin hanya kebetulan." "Bisa jadi." Iren mengangguk-anggukkan kepalanya. Iren menatap Zahira nyengir. "Apa?" tanya Zahira. Iren berdecak. "Ck, masa nggak peka sih." Zahira tertawa renyah. "Ya, udah aku bungkusin dulu brownies keju kesukaanmu." *** Rafael berdiri memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana dan menatap keluar jendela. Sorot matanya memandang hamparan gedung-gedung bertingkat yang berdiri kokoh di hadapannya. Tiba-tiba pintu ruang kerja pribadinya di ketuk. "Masuk!" suruh Rafael. Iren mendengar suara bariton dari dalam ruangan yang menyuruhnya masuk. Jantung Iren berdebar kencang dan keringat dingin keluar dari dahinya. Entah apa yang terjadi sehingga Iren dipanggil langsung oleh Direktur sekaligus CEO tempatnya magang. Ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun karena berhati-hati dalam melakukan sesuatu. "Tidak perlu takut. Pak Rafael tidak galak," ucap Luna tersenyum yang melihat Iren gugup. Luna merupakan sekretaris pribadi Rafael. Luna telah bekerja dengan Rafael selama tiga tahun. Luna adalah sekretaris yang cerdas, cekatan, dan selalu mengedepankan logika daripada perasaan saat bekerja. Banyak sekali mantan sekretaris Rafael yang tidak profesional. Melibatkan perasaan dan terang-terangan menyatakan cinta ke Rafael. Bahkan ada yang sampai menurunkan harga dirinya dengan menggodanya dan mengajak untuk tidur bersamanya. Namun, dari sekian banyak orang yang pernah menjadi sekretaris Rafael. Hanya Luna lah yang tidak tertarik dengan Rafael. Terbukti bisa bekerja sampai tiga tahun lamanya. Biasanya hanya sampai tiga bulan saja Rafael sudah memecat sekretarisnya. Sampai Kelvin sering mengejeknya karena selalu berganti-ganti sekretaris. "Calm down!" ucap Luna. Iren hanya tersenyum tipis menanggapi. Begitu Luna membuka knop pintu ruang kerja atasannya. Terlihat Rafael sedang berdiri memunggunginya menatap hamparan gedung bertingkat di depannya. "Permisi Pak." Rafael mendengar suara yang familiar. Rafael pun menoleh ke sumber suara. Terlihat Luna dengan seorang wanita lengkap dengan setelan kerjanya yang menundukkan kepala. "Ini Pak mahasiswi magang yang bernama Iren Sahara," ucap Luna. "Baiklah, terima kasih Luna kamu boleh keluar sekarang." "Baik, Pak, saya permisi," ucap Luna berpamitan kemudian keluar dari ruangan. "Silahkan duduk!" "B ... baikk Pak." "Jadi, nama kamu Iren Sahara?" "Iya, Pak." Rafael mengangguk-anggukan kepalanya. "Baiklah. Saya hanya ingin mengatakan kalau kamu adalah salah satu mahasiswi magang yang terbaik. Tidak salah saya meminta dosen kamu untuk mencarikan mahasiswa yang cerdas untuk magang di perusahaan saya." Seketika itu Iren menghela nafas lega. Ia kira melakukan kesalahan sehingga dipanggil langsung oleh atasannya. "Wah, terima kasih Pak. Saya kira ada apa Bapak memanggil saya," ucap Iren nyengir. Ia ingin sok kalem tapi jiwa cengegesannya tidak tahan. "Memangnya kamu mengira apa?" "Saya kira mau dimarahi Pak," ucap Iren dengan polosnya. "Mana mungkin saya begitu." "Hehe bercanda Pak. Saya tahu kok Bapak orangnya baik, ramah lagi." Rafael tersenyum samar. "Dan setelah wisuda kamu bisa bekerja di perusahaan saya." "Serius nih Pak?" Iren menganga tak percaya. "Tentu saja." "Lulus kuliah bisa langsung kerja di perusahaan Bapak?" Rafael menganggukkan kepalanya. "Iya, Iren." Iren hampir melompat kegirangan. Jika tidak berhadapan dengan CEO langsung pasti dia telah melompat-lompat heboh. "Terima kasih Pak. Saya janji akan bersungguh-sungguh dalam bekerja." "Saya pegang janji kamu!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN