Hari pertamaku di sekolah, sangat senang dan sedikit gugup rasanya. Hai aku Alan, hamble dan bisa di bilang aku ini social butterfly.
Meskipun begitu aku berada di lingkungan baru untukku, tapi ternyata ini sangat mudah. Suasana sekolahlah yang membuatku sedikit nyaman, siswi dan siswa lain pun samgat ramah.
Di ajak keliling sekitar sekolah akupun mengetahui bahwa sekolah ini kompleks besar, ada TK, SMP, SMA, SLB , dan Masjid.
Di sela itupun aku bingung kenapa ada siswa dan siswi di luar kelas di saat jam belajar berlasung.
Aku bertanya kapa guruku. "Pak, maaf kenapa ada siswa lain di luar kelas ya padahal sedang jam belajar." ucapku.
"Mereka adalah murid murid yang sedang di hukum. Nah di sini ada peraturan jika telat masuk, kalian akan di hukum untuk bersih-bersih seperti memungut sampah, membersihkan toilet, dan dan membersihkan area masjid." Ucap guruku.
Dan setelah mendengar penjelasannya aku hanya menganggukan kepala.
Sangat senang rasanya di terima baik oleh guru dan siswa lainnya, rasa gugupku kini hilang dan mulai untuk berbaur dengan mereka.
"Lan kamu suka main bola gak ?" Tanya katua kelas.
"Suka." Jawabku.
"Kalo mau ikut, nanti siang selepas pulang sekolah kita main di lapang, kamu jangan langsung pulang." Ucap ketua kelas.
"Oh, ok siap. Tapi nama kamu siapa ?" Tanyaku.
"Panggil aja Arhan." Jawab ketua kelas.
"Oh iya Alan, tadi kata Pak Dahlan kamu unggul di selaga bidang. Apa aja?" Tanya Arhan sambil kita jalan meninggalan Pak Dahlan.
"Ah segala apanya, ya cuma di bidang olahraga dan seni." Ujarku.
"Kalo gitu, bagus juga yahh. Setidaknya kamu punya ke unggulan dari siswa di sini." Jawab Arhan.
"Maksudnya gimana ?" Tanyaku.
"Di sekolah ini, untuk bidang olahraga semua suka tapi, di saat ada perlombaan atau turnamen tidak ada yang berani untuk maju." Jawab Arhan.
"Ohh begitu yahh, emangnya gak di pilih langsung oleh guru ?" Tanyaku.
"Yaa memang seperti itu, sudah di pilih pun si anak tidak ikut. Bahkan sering kali mereka bolos karna tidak ingin maju di ajang perlombaan." Jawab Arhan.
"Wahh, sayang banget ya ." Jawabku.
Kitapun masuk kelas, perkenalan diriku.
"Halo semuanyaa aku Sarlan Wijaya. Panggil saja Alan." Ucapku.
Siswi lain bersorak gembira menyambut kedatangan Alan.
"Wuuooooooooo !"
"Wuuooooooooo !"
"Wuuooooooooo !"
"Ganteng bangetttt."
"Tinggi yaaa."
"Keren stylenya."
Wajar saja, pada dasarnya memang seperti itu. Apalagi aku adalah murid baru.
"Langsung duduk saja ya alan, kenalkan Ibu Guru geografi panggil saja Bu Desi." Ucap Bu Desi.
Akupun menggangguk dan langsung duduk,
kelas ini terasa sejuk untukku.
Jam istirahatpun tiba aku habiskan untuk berjalan dan melihat - lihat, lapanganpun di penuhi oleh siswa yang sedang bermain.
"Alann, kamu kemana saja?" Tanya Arhan sambil berlari.
"Aku hamya melihat-lihat sekitar. Kenapa ?" jawabku.
"Kelas selanjutnya kosong." Ucap Arhan.
"Kosong apa maksdnya?" Tanyaku.
"Ya guru gak masuk.makannya kelas kosong tapi kita di suruh tidak boleh keluar kelas." jawab Arhan.
Aku berjalan mengikuti Arhan sambil terheran-heran. Ada sekolah yang memberi kebebasan pada miridnya tanpa meberikan tugas.
Kringgggg
Kringgggg
Kringgggg
Bel ke 4 pun ber bunyi, menandakan waktu pulang telah tiba.
"Lan kita main sekarang." Ucap Arhan.
"Main sepak bola sekarang ?" Jawabku.
"Yalah sekarang ayo aja." Ucap Dori sambil mengajak.
"Tapikan gak bawa baju olahraga." Ucapku.
"Gpp ayo aja pake seragam kita juga sama. Kamu lihatkan tadi jam istirahat main sepak bola juga pakai seragam." Jawab Arhan.
Akupun langsung bergegas mengikuti mereka, permainan yang sangat seru. Aku bahkan tidak merasakan kalau aku murid baru di sekolah ini.
Setelah bermain sepak bola, aku langsung pulang ke rumah karena seragamku basahdan kotor oleh keringat.
Ke esokan harinya aku datang lebih awal untuk masuk kelas, namun sangat sepi. Dan saya berinisiatif pergi ke perpustakaan, aku di kagetkan oleh seorang wanita yang sudah ada di sana. Aku kira aku murid pertama yang datang ternyata tidak, dia hanya diam tak bersuara, dia hanya membaca menulis dan sesekali melihat ke arahku.
Tak sengaja kita melakukan eye contact,aku sangat risih jika di tatap terus menerus jadi aku lihat saja dia. Dia kaget dan gelagapan, aku mengerti sikapnya.
"Maaf sebelumnya saya murid baru di sekolah ini, kenalkan nama saya Alan kelas 11." Ucapku sambil melihat-lihat buku .
"Ahh... iya, pantas saja asing bagiku." Jawabnya dengan wajah yang kaget.
"Kenalkan namaku Rasya kelas 8b."ucapnya sambil memegang kepala bagian belakang.
"Emmmmm... aku melihatmu kemarin." Ucapku.
"Ha ! Kapan ?" Tanya Rasya.
"Iya, kemarin aku melihatmu. Kalau tidak salah sedang memungut sampah." jawabku.
Dia hanya diam tidak mengatakan sepatah kata. Aku ingin bertanya tapi dia seperti tidak ingin di ganggu.
Aku melihat Dahlan dari ruang perpustakaan, lalu aku keluar dan menghampirinya.
"Dahlann... " teriakku.
Tapi dia tak mendengan teriakanku. Aku pun bergegas berlari menghampirinya.
"Ahhh tadi sudah aku panggil tapi gak nengok." Ucapku sambil memegang pundak Dahlan.
"Sorry... lagi fokus baca soalnya." Jawabnya.
"Baca apaan masih pagi juga." Ucapku.
"Iniiii ada pengumuman, hari ini di ada acara." jawabnya.
"Acara apaan ya ? " Tanyaku.
"Kamu ini gimana sih Lannn, punya hp ko gak di pake. Udah masuk grup sekolah belum ? " ucap Dahlan.
"Ya belum makannya gak tau aku." Ucapku
Dahlan pun langsung memasukkan ku dalam grup sekolah.
"Jadi gini Alannn, hari ini ada acara seni melukis untuk SMP, dan SMA." Ucap Dahlan.
"Kita di gabung dengan sekolah lain, atau lingkup sekolah ini aja ?" Jawabku.
Sejujurnya aku sangat bingung karena ini sangan mendadak bagiku. Aku tidak punya planning untuk melukis nanti.
"Iya yangg di sini saja." Ucap Dahlan.
Kitapun masuk ke kelas dan ternyata sudah banyak siswa yang datang. Aku sangat lapar sebelumnya aku belum sarapan, aku berangkat pagi agar tidak di hukum.
Masa iya murid baru sudah buat kesalahan.
"Hari ini tidak ada kelas, kita langsung berkumpul di aula. " Ucap Arhan.
Aku dan siswa lain pun, bergegas ke aula. Karna seperti yang di bilang oleh Dahlan, ada acara seni melukis.
Tempat lukis sudah tersedia, dengan kanvas satu, bangku satu, set warnapun sudah tersedia.
Acrapun sudah di mulai, kita di suruh untuk melukis apa yang ada di benak kita dan apa maksud dari lukisan tersebut.
Selain melukis, kita harus menjelaskan apa yg kita lukis di depan semua siswa.
"Duhh tantangan ." Ucapku.
"Aduhh otakku belum fresh. " Ucapku bergurau.
"Masih untung kita gak di waktu untuk melukis." Ucap Yerru.
"Wahh bisa kacau kalau di waktu." Ucap Arhan.
Waktu terus berjalan, kita semua pun hening. Karna melukis membutuhkan fikiran yang jernih, hati yang tenang.
Selesainya kita melukis, kita di panggil satu persatu untuk menjelaskan apa yang kita lukis dan apa makna tersembunyi dari lukisan tersebut.
Satu persatu sudah maju dekepan untuk menjelaskan giliran aku untuk menjelaskan apa yang aku lukis.
Sarlan Wijaya.