Hujan sudah berhenti ketika Ansel tiba di taman bermain. Ia melihat taman bermain yang sudah gelap, sepi dan tutup. Sudah dapat dipastikan Poni tidak akan berada di dalam sana. Ia mulai berlari mengitari di luar taman bermain namun masih belum menemukan Poni. Punggung siapapun yang ia lihat, Ansel akan menarik tubuh mereka untuk melihat wajahnya. Terengah-engah, Ansel mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi nomor Poni akan tetapi tersambung ke operator. Ansel terus menerus menghubungi nomor Poni dengan sia-sia tanpa kenal lelah. Sambil terus menelpon, ia lanjut berlari seraya melihat kiri dan kanannya. Dan tetap saja, suara operator wanita yang ia dengar. Dengan kesal Ansel mendesis. “Damn it.” Ansel melanjutkan larinya hingga ke taman luas dengan banyaknya bunga yang mekar setin

