Oh ya Tuhan-ku.... poni mendesah panjang. Tanpa melihat ia sudah tahu siapa pemilik suara tersebut. Tidak bisakah pria ini membiarkan Poni pergi dengan tenang sekarang? Poni sudah meninggalkan keluarga Völker dan dia masih ingin melihat wajah Poni setelah dicampakkan? Bukankah pria ini terlalu berlebihan?! Pria itu, Aldevaro, dengan tidak sopannya duduk di depan Poni. Tersenyum seolah tidak ada yang terjadi. Namun ada kerutan sangat tipis di dahinya yang terlihat aneh. Seorang yang lebih tua dari Al berdiri di belakang pria itu. Poni sudah sering melihat asisten pribadi dia. Setiap mereka bertemu, asisten Al selalu muncul. Dia hanya berdiri dan diam seperti patung. “Apakah ini yang namanya takdir?” Al tertawa. Ingin sekali Poni mengguyur pria ini dengan minuman dinginnya. “Apa lagi kal

