1.rutinitas setiap hari nya
Jam baru saja menunjuk kan pukul 03.00 dini hari , saat aku terbangun dari tidur ku . Udara malam terasa menembus tulang ku . Masih seperti biasa, aku harus mulai mengerjakan pekerjaan ku . Saat seisi rumah masih bersembunyi di balik selimut mereka . Dengan malas ku hampiri sumur yang berada di dekat dapur , ku ambil tali timba yang bergelantungan . Lalu aku pun mulai menimba air mengisi bak mandi yang berukuran 4x5 meter untuk keperluan seisi rumah nanti . Untuk ukuran bak mandi sebesar itu , butuh waktu cukup lama untuk menyelesaikan nya . Namun karena pekerjaan itu sudah biasa ku lakukan maka dalam waktu setengah jam saja bak mandi itu sudah terisi penuh . Aku menghela nafas lega , namun pekerjaan ku belum selesai sampai di situ saja . Masih mengantri deretan - deretan pekerjaan yang menunggu untuk ku selesaikan sebelum azan subuh berkumandang . Setelah selesai mengisi bak mandi , saat nya aku untuk membersih kan kulit sapi yang sudah di rendam sejak tadi malam untuk menghilang kan rasa tawas nya . Setelah selesai ku cuci dan rasa tawas nya pun sudah hilang , baru lah ku masuk kan ke dalam karung yang sudah di sediakan .setelah urusan kulit sapi selesai , kini pekerjaan ku beralih ke sagu dari pohon aren yang sudah di buat kan makanan kalau dalam bahasa daerah ku di sebut pencok . Walaupun tidak perlu di rendam dan bersih kan seperti kulit sapi tapi pekerjaan ini lebih rumit . Aku harus memasuk kan nya ke dalam kantong - kantong plastik kecil dengan hitungan 25 biji per kantong nya . Hitungan nya tidak boleh kurang ataupun lebih . Dengan menahan rasa kantuk , semua itu harus ku laku kan seorang diri di balik selimut udara pagi yang begitu dingin . 20 menit kemudian , di hadapan ku sudah menumpuk kurang lebih 120 bungkus .
" hemmm masih banyak yang belum di bungkus " pikir ku . Sememtara jam sudah menunjuk kan pukul 03.55 WIB . Sebentar lagi azan subuh akan berkumandang itu arti nya aku harus menggunakan tenaga extra untuk memyelesaikan pekerjaan ku tepat pada waktu nya . Ahir nya sekitar 15 menit , semua nya sudah habis terbungkus . Setelah itu aku pun beralih ke tugas selanjut nya yaitu menghangat kan santan kelapa yang sudah di beri bumbu untuk menjadi campuran kulit sapi dan sagu tersebut . Setelah mendidih baru ku turun kan dan ku masuk kan ke dalam panci yang akan di gunakan untuk membawa nya ke pasar .
Jam 04.39 WIB , azan subuh pun sayup - sayup terdengar dari puncak menara masjid yang tidak terlalu jauh dari rumah ku . Aku bergegas kek kamar mandi, ku guyur tubuh penat penuh keringat ku dengan air dingin .
"BYUUURRR.........." air dingin mulai membasahi seluruh tubuh ku . Setidak nya itu mampu menghilangkan rasa capek yang menjalar di seluruh tubuh ku . Ku biar kan busa sabun mandi yang ku gunakan melenggak lenggok di tubuh ku . Dengan pikiran yang mengawan kembali ku guyur tubuh ku dengan air berkali - kali . Rasa dingun air air pun kembali terasa namun kali ini lebih dingin sangat dingin , sedingin alam perasaan ku . Selesai mandi ku ambil air wudhuk , saat itu lah satu persatu penghuni rumah mulai terbangun . Semua lampu pun sudah di nyalakan , suara - suara pun sudah mulai terdengar ribut saat aku menggelar sajadah usang ku di lantai yang hanya di lapisi oleh kasur lantai yang tipis . Sesaat kemudian aku pun mulai menunaikan solat subuh , ku bersimpuh di hadapan sang maha pencipta menangis dalam sujud ku . Selesai solat tidak lupa ku panjat kan do'a untuk ke dua orang tua ku. Setelah itu ku lipat sajadah usang ku , lalu dengan tetap menggunakan kain solat ku baring kan tubuh ku sambil membaca buku pelajaran yang akan ku pelajari pagi ini .
Pukul 05.30 , nenek ku yang bertugas menjual kulit sapi dan sagu yang ku kerjakan semalam pun sudah siap dengan seragam dinas nya . Sebuah kebaya zaman dulu dan sarung panjang motif batik yang sudah agak sedikit bumar di kenakan nya . Karena letak rumah ku di tengah - tengah sawah dengan jalan setapak yang licin dan gelap serta sedikit jauh dari jalan raya , maka untuk membawa barang dagangan nya keluar ke jalan raya harus dengan cara di usung . Dan itu lagi - lagi menjadi tugas wajib ku . Aku harus menempuh jarak sekitar 100 meter lebih sambil mengusung susunan bak dan karung yang berisi kulit sapi dan sagu , sementara sebelah tangan ku harus menenteng panci berisi cairan ragi . Berat beban di kepala serta tangan terkadang membuat ku sulit untuk berjalan . Kalau jumlah nya terlalu banyak , aku pun terpaksa bolak - balik dua kali . Karena melihat kondisi nenek ku yang sudah tua dengan badan yang agak sedikit membungkuk , rasa nya tidak mungkin bagi nya untuk membantu ku . Setelah sampai di jalan raya , aku pun meletak kan semua barang dagangan nenek ku di tempat yang biasa dia menunggu angkutan umum. Lalu sebelum aku pulang , nenenek ku pun menyerah kan selembar uang lima ribuan ke pada ku . Ku langkah kan kaki ku menyusuri jalan - jalan penuh krikil . Uang lima ribuan yang di berikan nenek ku masih tergenggam di tangan ku . Seperti jalan yang ku lalui , aku merasa melihat masa depan ku penuh krikil dan tampak suram .
Begitulah kegiatan ku setiap hari nya , semua itu berawal ketika keras dan kejam nya hidup membuat ibu ku harus meninggal kan kami anak - anak nya . Untuk merantau menjadi TKW ke malaysia . Saat itu usi ku masih 14 tahun .
Masih terlukis jelas di ingatan ku .
Pagi yang indah di bawah kolong langit biru .
Perpisahan yang begitu pilu.
Menjadi hiasan pagi yang kelabu .
Angin yang berdesir menjadi saksi bisu .
Sejuta cinta dan cerita begitu saja berlalu .
Meninggal kan ku dalam kehampaan sepanjang waktu .
Saat itu tanggal 23 februari beberapa tahun yang lalu .
Itu lah saat ibu ku pergi .
Ku tatap lambaian tangan nya hingga hilang dari pandangan kami .
Kepergian nya tanpa kata perpisahan .
Hanya meninggal kan seulas senyuman
.
Sejak saat itu lah , untuk memenuhi kebutuhan ku sehari - hari aku memutus kan untuk tinggal bersama nenek sementara kakak dan adik ku tinggal di rumah kami yang tidak jauh dari rumah nenek . Sedang kan adik ku yang paling kecil , saat itu masih berusia 5 tahun karena di nilai masih membutuh kan kasih sayang seorang ibu terpaksa dia tinggal bersama bibik ku . Mulai dari hari itu , aku berubah menjadi anak paling sibuk dengan sederet jadwal pekerjaan mulai dari sebelum sekolah sampai sepulang sekolah . Semua itu terasa sangat melelah kan.
Saat usia ku 16 tahun , aku lulus dari SMP dengan nilai yang membanggakan . Sebagai juara umum tentu saja menjadi kebanggaan yang tidak terhingga untuk ku . Mengingat waktu ku untuk belajar sangat kurang karena habis untuk bekerja . Yang pastinya aku mendapat kan semua itu dengan kerja keras , belajar sambil bekerja itu adalah hal yang biasa aku kerjakan . Tidak heran kalau dari kelas satu sampai lulus SMP aku tidak pernah bergeser dari peringkat satu . Dan semua itu merupakan anugrah dari ALLAH SWT yanga sangat ku syukuri . Meski kadang aku sedih karena tidak bisa menikmati masa - masa SMP ku seperti orang lain yang belajar sambil bermain . Egois nya hidup merenggut dunia bermain ku . Awal nya aku berpikir setelah lulus SMP semua nya akan berubah , aku tidak lagi terbelenggung dalam pekerjaan - pekerjaan yang sangat menyiksa ku . Tapi ternyata aku salah , meski aku sudah duduk di bangku kelas satu SMK semua nya tidak ada yang berubah . Bekerja dan belajar adalah dua hal yang sangat melelah kan . Waktu yang habis untuk bekerja membuat ku kehilangan kesempatan untuk bermain dengan teman - teman sebaya ku , semua itu ahir nya membuat ku bertingkah laku dan berpikir lebih tua dari usia ku . Aku tumbuh menjadi pribadi yang kaku dan sulit untuk bergaul . Aku tidak punya teman akrab , di sekolah aku hanya berteman dengan diri ku sendiri sementara di rumah aku hanya berteman dengan tugas - tugas wajib ku yaitu bekerja . Namun bagi ku sesulit apapun hidup aku harus bisa untuk bertahan .
Walaupun di tengah malam yang sunyi .
Aku terbangun dan tinggal kan indah nya mimpi .
Rasa dingin yang menembus kulit sampai ke hati .
Aku tidak perduli hanya demi nyatanya mimpi .
Dentuman suara air yang beradu dengan ember hitam .
Memecah kesunyian malam .
Di saat seluruh alam .
Seakan kaku membisu dalam diam .
Aku tidak perduli betapa lelah nya tubuh ku ini .
Aku tak perduli betapa dingin nya malam ini .
Namun di sini aku punya harapan .
Meski bekerja hanya untuk sesuap nasi dan selembar uang lima ribuan .
Aku telah berjanji pada diri ku sendiri .
Kan ku hadapi batas nyata dan mimpi .
Di tengah topan hidup yang menderu .
Di tengah padang hidup yang gersang .
Biar lah ku hidup untuk menunggu .
Walau sore tinggal kan siang .
Dalam hidup ku yang gamang .