BAB 20 – Bohong

1156 Kata

Selesai membereskan Mentari, aku pun turun menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Belum sampai kakiku menanjak lantai satu, aku melihat bang Putra memperlakukan mbak Nurul dengan begitu mesra. Kamar mbak Nurul memang  berada tepat di bawah tangga. Pintu kamarnya juga tidak tertutup secara sempurna, sehingga aku melihat jelas ketika bang Putra memperlakukan mbak Nurul begitu mesra. Air mataku keluar begitu saja. Entah perasaan apa ini. Mungkin hanya perasaan iri atau rindu akan sosok pria yang mampu memberikan kelembutan dan kehangatan. Sebab memang belum ada rasa cinta untuk bang Putra. Aku segera berlalu menuju meja makan. Semua kutata dengan sangat apik di atas meja makan. Tidak pernah sebelumnya aku melakukan ini. Karena biasanya kami mengambil sendiri-sendiri sarapan kami. Langit da

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN