??Martha bisa .. Martha pasti bisa ??
??Martha bisa .. Martha pasti bisa ??
??Marthaa. Semangaaat??
Riuh suara fans badminton Indonesia bergemuruh di hall Indonesia Arena, seluruh penonton menyatukan dukungan untuk wakil tuan rumah, Martha Kartowidjoyo satu satunya wakil Indonesia untuk sektor tunggal putri.
*Jacob pov*
Loh aku ketiduran lagi kah nonton match Martha Kartowidjoyo, Si WS indo yg gaya mainnya umbul-umbul, yg selalu bikin ngantuk dan ujung nya sering kalah.
Oh begini ya vibes Indonesia Arena , apa karna kapasitas lebih besar dari Istora Senayan jadinya lebih berisik dari Istora, suaranya nyata banget dan real serasa nonton langsung. Tapi perasaan kemaren match lain ga seberisik gini suaranya streamingnya, kok yg ini beda..
-Jacob membuka matanya perlahan-
Hah, silau..
Loh kok aku di Indonesia Arena, Kan aku nontonnya streaming di HP.
"Kartowidjoyo are you oke?" Celetuk wanita berambut pirang yang duduk di kursi wasit
"Pick up the wheel chair!" teriak pria bertubuh tambun yang membawa kotak obat.
Bentar-bentar ini kok aku terbaring di court, gimana ceritanya nih aku jadi naik kursi roda. Gileee.. Dah kaya atlet aja deh aku nih naik kursi roda segala, mana berangkatnya dari court.
Sesampainya di sebuah ruangan kecil dengan cat berwarna putih, akupun dihampiri oleh seorang dokter wanita dengan postur agak gemuk dan tinggi semampai, jika diamati, muka dokter ini cukup terkenal.
Wih kok dokternya, dokter Sela, dokter utama tim nasional bulutangkis yg terkenal itu. Dia dokter Sela beneran apa cuma mirip ya?
"Martha, apa yang kamu rasakan tadi waktu sebelum kamu pingsan?"
Loh diruangan cuma ada kami berdua, tapi kok panggilnya nama Martha. Agak janggal nih.
"Mohon maaf dok, nama saya Jacob"
loh heee ini gimana, kok suaraku kaya suara cewek ..
"eh habis pingsan masih ja ngelawak, seluruh indonesia juga tau klo namamu tuh Martha Kartowidjoyo. Jacob siapa pula itu, pacar baru ya?" Kata dokter itu dengan nada bercanda.
Aku mengernyitkan dahi, kurasa dokter ini agak aneh..
"Dokter ini gimana sih, gimana bisa aku dipanggil Martha, aku ini cowok, duh mana Martha tuh atlet nasional, kasian kalau dimiripin sama aku yang cuma remahan rengginang ini, lagipula aku ini cowok, dok." Aku langsung menyangkal pernyataan si dokter, enak aja aku disamain sama cewek.
Dokter Sela mengambil telepon genggam di sakunya dan terlihat mengetikan beberapa kalimat. Aku sangat penasaran dengan apa yang diketiknya, nampaknya sangat serius sekali. Dan yang paling mengherankannya, dokter Sela mendorong kursi roda ku dan menghadapkannya pada sebuah cermin, jantungku berdetak lebih kencang melihat sebuah bayangan wanita cantik dengan wajah penuh keringat di cermin tersebut. Ketika ku menggelengkan kepala, bayangan di cermin ikut menggelengkan kepala. Mungkinkah, ini mimpi, aku bisa mengendalikan tubuh seorang Martha Kartowidjoyo. Dan aku menjadi seorang wanita?
Seketika aku berteriak, "Tidaak, tidak mungkin! Aku, seorang Jacob Wijaya menghancurkan hidup Martha. Benar-benar hancur. Selesai sudah karirnya!!" . Air mataku mulai menetes deras, hal pertama yang aku sadari adalah aku merampas tubuh Martha, banyak pertanyaan yang terlintas di benakku, bagaimana dengan Martha yang asli? Bagaimana aku akan merawat tubuh ini? Aku bahkan tidak pernah berolahraga, gimana karir Martha kedepannya??
Melihat aku menangis dengan histeris, dokter Sela menghampiriku seraya menenangkanku. Pelukan dokter Sela cukup menenangkanku.
"Martha, lihat ini, profil kamu di wikipedia, lengkap biodata sampai fotomu, tuh sama kan sama bentuk mukamu. Martha, sepertinya kamu perlu dirujuk ke rumah sakit, sebentar saya buatkan surat rujukan, nanti kamu ke rumah sakit ya, biar lebih lengkap pengecekannya."
Dokter Sela mengeluarkan sebuah printer portabel dan mencetak sebuah surat, tak lama dibubuhkan tanda tangan beserta cap basah berwarna biru. Dan memberikannya kepadaku seraya berbicara dengan lembut.
"Martha, ini surat pengantar, sepulang dari sini nanti langsung mampir ke rumah sakit ya, jangan lupa orangtua kamu juga harus ikut ya."
Pintu kecil di sudut ruangan tiba tiba berbunyi mengeluarkan suara ketukan tiga kali Lalu, terlihat ada seorang pria berkacamata mengenakan lanyard bertuliskan volunter muncul dibalik pintu.
"Mohon maaf Martha, sudah waktunya untuk naik podium, apakah sudah bisa lanjut untuk mengikuti seremonial podiumnya , atau mau ijin saja bu?"