Mia masih berada di markas, dan Tuan Barker sedang menunggu seseorang untuk bisa segera datang ke sana. Hanya saja, Mia sangat tidak sabar, dia memaksa ingin pergi dari sana dan segera kembali ke Mansion. Mia bahkan marah pada Ellena karena sudah mengajaknya datang ke Markas.
“Elle, kau tahu bagaimana aku! Sekarang biarkan aku pergi!”
“Mia!”
Mia tidak menggubris panggilan Ellena, dia terus saja berjalan hingga sampai di luar markas. Di depan pintu keluar, Mia bertabrakan dengan seorang pria, dan tidak peduli dengannya.
Mia masih mencari kendaraan yang bisa digunakan untuk pergi dari tempat itu. Hingga dia melihat ada seseorang yang akan pergi ke suatu tempat.
Brak!
“Hei, kenapa kau masuk begitu saja?” tanya pemilik kendaraan.
“Jalankan mobilnya, jika kau masih ingin hidup.”
“Biaklah, kau ini sangat menyusahkan saja,” ujar pria itu.
Akhirnya mereka pergi bersama ke tengah kota, dan pria itu menurunkan Mia di depan salah satu bangunan tinggi di kota itu.
“Terima kasih,” ujar Mia.
Dia berjalan masuk ke dalam bangunan itu, dan di dalam sana ada banyak sekali kebutuhan yang diperlukan Mia. Apalagi jika bukan pakaian dan lainnya. Mia masuk ke salah satu butik dan mengambil beberapa pakaian. Dia mengenakan salah satu pakaian itu dan menuju ke meja kasih untuk membayarnya.
“Ini.”
“Terima kasih.”
Mia keluar dari sana, dan kini menuju ke sebuah toko sepatu wanita. Kali ini Mia akan mengenakan sepatu yang biasa digunakan untuk berolah raga. Karena pakaiannya yang terlihat bergaya seperti seorang pria.
Hingga akhirnya, Mia berhenti di depan pintu restoran. Dia masuk ke dalam sana dan memesan makanan untuk dirinya sendiri.
“Hari ini aku bisa bersantai sejenak,” ujar Mia sembari melihat jam di dinding yang menunjukkan jika sekarang sudah waktunya makan malam.
Mia menghabiskan makanan di atas meja seorang diri, dan dia kembali beranjak dari sana menuju ke Mansion milik orang tuanya. Dengan menggunakan kereta untuk bisa sampai di stasiun terdekat dari Mansion, Mia tidak ingin ada yang mengikutinya jika menggunakan mobil. Karena dia tahu, ada banyak sekali mata-mata Barker yang siap membawanya kembali ke markas.
Mia duduk dengan santai di kursi kereta. Dia menatap ada banyak orang yang sedang menunggu untuk sampai di stasiun yang mereka tuju.
Hingga akhirnya Mia sampai ditujuannya, dan dia berjalan kaki menuju ke Mansion dengan berjalan kaki. Dan saat Mia hampir sampai di gerbang masuk Mansion, dia melihat Kai tengah mengeluarkan seseorang dari sana.
“Kai,” panggil Mia.
“Nona, kau sudah kembali.”
“Siapa orang ini?” tanya Mia.
“Dia salah satu pesuruh di Mansion, dan hari ini dia harus pergi ke kota untuk satu hal.”
“Hmm, baiklah. Aku akan masuk ke dalam, jangan ada yang menggangguku malam ini.”
“ Baik, Nona.”
Setelah itu, Mia sampai di dalam Mansion. Dia menggunakan lift untuk sampai di lantai tiga. Dengan tubuh yang terasa lelah, Mia memilih untuk memejamkan mata saja hari ini.
Sayang … baru saja Mia memejamkan ke dua matanya, dia harus menerima panggilan telepon dari seseorang.
“Hmm?”
“Mia, apa kau bisa membantu Mommy?”
“Mom, ini tengah malam … ada apa?” tanya Mia.
“Mia, antarkan sebuah berkas ke Mexico, mereka sedang menunggu berkas itu.”
“Menggunakan jasa layanan apa?”
“Tidak, kau yang harus mengantarkannya.”
“Apa?”
“Ya, kenapa? Apa kau baru saja pulang dari kelab?”
“Mom, aku sedang lelah hari ini. Pekerjaanku sangat banyak.”
“Baiklah, suruh Kai untuk pergi.”
“Ya, aku akan memanggilnya.”
Setelah panggilan itu terputus, Mia beranjak dari atas ranjang untuk menekan tombol yang berfungsi sebagai alat memanggil Kai. Tidak lama setelah itu, Kai datang dan menerima perintah yang diberikan oleh Isabel, ibu Mia. Mengerti dengan tugas itu, Kai pergi dari sana, dan Mia kembali memejamkan mata.
***
Mia sedang berkeliling di sekitar pusat perbelanjaan yang ada di California. Dia seorang diri di sana, tanpa adanya penjaga ataupun teman. Hanya saja … seseorang menyadari siapa Mia. Dan orang itu berjalan mendekat untuk menyapa.
“Hai, Mia.”
“Siapa kau?” tanya Mia.
“Kau lupa? Ini Aku, Ronda.”
“Hmm, apa kita pernah bertemu?”
“WWE.”
“Ah … maaf, ingatanku tentang itu sedikit menghilang, aku mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu,” ujar Mia.
“Baiklah, aku mengerti. Apa kau sendirian?”
“Ya.”
“Kau mau makan bersama? Kebetulan aku sedang libur hari ini,” ujar Ronda.
Mia meng-iyakan ajakan itu, dan mereka duduk bersama di sebuah restoran. Mereka berbicara dan mengenang masa perjuangan bersama di WWE. Tetapi semua itu sangat percuma, karena Mia tidak bisa mengingat apapun dari cerita Ronda mengenai kejadian yang sudah lama terjadi.
“Ronda, aku sangat senang bisa bertemu denganmu. Hanya saja … aku minta maaf jika tidak bisa mengingat apapun mengenai semua kenangan itu. aku harap kau tidak marah padaku,” ujar Mia.
“Hei, tenanglah … aku akan selalu mendukungmu, dan tidak akan marah dengan hal ini. Aku sangat mengerti dengan seseorang yang mengalami lupa ingatan.”
“Terima kasih, Ronda.”
“Baiklah, maaf karena sudah menahanmu cukup lama.”
“Tidak masalah,” jawab Mia.
Mereka akhirnya berpisah, dan Mia kembali melanjutkan kegiatannya di pusat perbelanjaan itu.
Mia kembali melanjutkan kegiatannya untuk melihat beberapa pakaian dan kebutuhan lainnya. Dan saat merasa cukup dengan kegiatan belanja itu, Mia yang pergi menggunakan mobil, kini kembali ke Mansion. Sampai di depan gerbang, Mia melihat ada peti mati dari kayu dengan darah yang masih keluar dari sela-sela terkecil.
“Apa itu?” gumam Mia.
Mia memanggil penjaga dan menyuruh mereka melihat apa yang ada di dalam sana. Penjaga itu mengambil alat-alat agar bisa membuka peti kayu yang sudah tertutup rapat.
KRAK
KLEK
Akhirnya … peti mati itu terbuka, saat melihat isi di dalamnya, Mia sangat terkejut dan menutup mulutnya dengan dua tangan.
“Si-siapa yang melakukannya?” gumam Mia.
Mia meraih ponselnya dan menghubungi sang ibu yang ada di Brazil.
“Mom, Kai … dia … tewas.”
“Sudah aku duga, mereka pasti akan melakukannya,” ujar Isabel.
Mia berpikir, jika yang pergi ke sana adalah dirinya. Pasti dia akan mati seperti yang terjadi pada Kai.
“Mom, jadi … kau ingin membunuhku dengan mengirim aku ke sana?” tanya Mia memastikan.
“Tidak, Sayang. Mama tahu bagaimana kemampuanmu, kau pasti jauh lebih baik dari Kai.”
“MOM!”
“Baiklah, Maaf.”
“Apa? Kau sungguh ingin aku mati?”
“Tidak, Mia. Hanya saja … cukup! Mommy masih sibuk sekarang, kau urus mayat Kai, okay!”
Tut
“Sial! Argh!”
Mia terlihat sangat kesal, dia tidak pernah menyangka jika Ibunya akan mengumpankan dia ke musuh. Mia masuk ke dalam Mansion dan merapikan semua barang-barang miliknya. Dia pergi menggunakan mobil pribadinya dan menuju ke sebuah apartemen mewah yang sudah disiapkannya dari jauh-jauh hari.
Sangat beruntung, karena Mia bisa mendapatkan uang dengan sangat mudah. Mia memiliki banyak sekali pekerjaan selain menjadi agen rahasia. Dan keahlian itu ia gunakan dengan sebaik mungkin sampai entah kapan.
“Aku sangat beruntung rupanya … beruntung karena memiliki otak yang bekerja dengan sangat baik.”
Mia meletakkan barang-barangnya di samping ranjang dan mulai membenahi unit apartemen miliknya itu dengan membersihkan beberapa barang dan ruang. Mia juga merapikan barang yang tidak di gunakan dan meletakkannya di gudang, atau kamar kosong yang ada di belakang dapur. Tidak lama kemudian, Mia merasa lelah dan mulai menghentikan kegiatannya sejenak.