7. Seorang Partner

1347 Kata
Mia sedang duduk seorang diri, sedangkan Hanna ada di kursi tamu yang ada di sudut kelab itu. Mereka sama-sama bekerja, hanya saja diantara mereka tidak ada kerjasama yang baik. Mia beberapa kali menatap pada pria yang ada di sudut tempat itu. Mereka mengambil sudut gelap dari ruangan yang cukup besar, karena itu Mia menaruh curiga. Di depan meja bar, lagi-lagi … ada yang mengajak Mia untuk bertaruh. Dan seperti biasa, dia akan mempertaruhkan tubuhnya. Sementara bartender yang ada di hadapan Mia hanya tersenyum seperti biasa. “Noa, berikan yang dia mau,” ujar Mia. “Baiklah.” Lima botol minuman berjajar rapi di sana. Ditambah lagi pria itu juga ingin minumannya dicampur dengan lainnya. Mia tentu saja tidak merasa keberatan, dia hanya meng-iyakan keinginan pria itu. Dari kejauhan, Hanna hanya bisa memperhatikan cara kerja Mia. Dan setelah taruhan itu dimulai, pria yang ada di hadapan Mia terus meminum minumannya. Sedangkan Mia dengan santai menghabiskan satu persatu minuman yang ada di hadapannya. “Mia, minumannya sudah habis,” ujar Noa. Mia berdiri dan mendorong tubuh pria itu hingga terjatuh. “Dia mabuk, bawa dia pergi!” Mia merendahkan tubuhnya dan mengambil semua uang yang ada di saku celana juga jasnya. “Noa … ini, ambil juga untuk tambahan.” Mia memberikan kartu kredit pria itu dan menyuruh Noa untuk menggeseknya di alat. Noa sangat senang mala mini, karena Mia selalu memberikan uang tambahan untuknya. Setelah selesai dengan kegiatan itu, Mia berjalan menghampiri Hanna. “Ini, mereka akan mengadakan transaksi lagi. Hanya saja, kali ini mereka lebih tertutup. Selamat bekerja,” ujar Mia sembari melangkah pergi dari sana. “Hei, apa yang sedang kau lakukan?” tanya Hanna. “Aku? Aku akan pulang … karena tugasku sudah selesai.” “Apa? Hanya itu?” “Kau ingin apa lagi dariku? Aku sudah berbaik hati membantu di sini.” “Tidak kau!” Mia menarik tangan Hanna hingga keluar dari kelab malam itu. “Apa kau bodoh? Apa kau ini orang baru?” tanya Mia kesal. “Apa? Tentu saja tidak!” “Jika kau tidak bodoh, kenapa kau dengan lantang berbicara di sana?” “Mereka tidak akan mendengar kita!” “Kau memang bodoh, dan aku tidak akan lagi bekerja dengan dirimu!” ujar Mia sembari berjalan menjauhi Hanna. Mia meraih ponselnya yang ada di dalam dashboard mobil. Dia menghubungi Tuan Barker dan mengatakan mengenai sikap Hanna yang hampir saja membahayakan misi itu. Karena Tuan Barker sudah tahu sikap Mia, dan kinerjanya. Tuan Barker menarik Hanna untuk kembali ke kantor dan tidak lagi menjadi tim Mia. Kini dia melajukan mobil itu untuk kembali ke Mansion milik orang tuanya. Sampai di depan halaman, Mia melihat ada mobil milik ibunya di sana. Mia berjalan masuk dan melihat ke ruang kerja. Dan benar saja, seorang wanita sedang duduk di depan computer dan melirik Mia dari ekor matanya. “Kau sudah pulang?” tanya Ibunya. “Ya, di mana Daddy?” “Daddy masih ada di Brazil.” “Lalu … apa Mommy akan pergi ke sana juga?” “Ya, besok pagi, karena ada berkas yang tertinggal.” “Mom, aku –“ “Mia, jangan terlalu sering minum. Tidak baik untuk kesehatanmu.” “Aku mengerti.” “Cepatlah tidur, aku harus menyelesaikan berkas ini sebelum pagi.” “Ya.” Mia kembali ke luar dari ruangan itu, dan masuk ke dalam kamarnya yang ada di lantai tiga Mansion itu. Dia langsung tidur dengan tanpa mengganti pakaiannya. *** BRAK Kedua mata Mia terbuka karena terkejut dengan suara itu. Mia mengambil senjata dan bersiap menembak orang yang akan masuk ke dalam Mansionnya. “Sial, kepalaku masih pusing!” gerutu Mia. Ceklek “MIA!” teriak Ellena. “Astaga! Apa yang kau lakukan di sini?” ujar Mia yang tidak menyangka jika Ellena akan kembali ke sana. “Apa yang kau lakukan? Kenapa kau mengembalikan Hanna?” “Bukankah dia tidak bisa bersanding denganku? Dia bahkan hanya terdiam saja di sana.” “Kenapa kau tidak memberitahu padanya siapa saja yang akan menjadi informan?” “Hei, tidak adil rasanya jika aku memberitahu begitu saja. Dia harus belajar seperti kita dulu, kita bahkan tidak diberikan bantuan,” jelas Mia. “Kenapa … kenapa kau … kau mabuk?” “Diamlah! Kepalaku sangat sakit mendengar teriakanmu. Siapa yang kau hajar di depan?” tanya Mia. “Kai.” “Apa kau tidak bertemu dengan Mommy-ku?” “Tidak. Tidak ada siapapun di bawah.” “Hah … baiklah, apa yang kau inginkan sekarang?” “Kau harus mendapatkan partner lain selain aku.” “Aku lebih suka bekerja sendiri.” “Tidak bisa seperti ini Mia!” “Elle … aku masih mengantuk, kau mengganggu saja.” “Kau bahkan belum mengganti pakaian semalam!” “Ya, aku lelah.” “Ikut aku!” Ellena menarik tangan Mia dan membawanya pergi dari Mansion. Mia hanya pasrah, dan sesekali memejamkan mata di dalam mobil. Sampai akhirnya mereka tiba di markas besar agen rahasia. Mia cukup terkejut saat Ellena membawanya ke sana. “Elle, kenapa kau membawaku bertemu dengan Tuan Barker?” tanya Mia. “Mia, dia memiliki beberapa agen. Kau harus memilih.” Ellena masih memegang tangan Mia dan tidak melepaskannya sama sekali. Hingga sampai di sebuah ruangan, di sana ada seorang pria berkulit hitam dengan satu mata yang tertutup eyepath. Pria itu tersenyum pada Ellena dan Mia. Lalu mempersilakan mereka untuk duduk. “Terima kasih karena sudah membawa Mia untuk datang ke markas, Ellena.” “Tidak masalah, Tuan Barker.” “Baiklah … sekarang … apa yang kalian inginkan dariku?”  tanya Mia. Barker memanggil beberapa orang untuk masuk ke dalam sana, dan mereka adalah orang-orang yang akan menjadi partner Mia, sebagai pengganti Ellena. “Dimana Jack?” tanya Barker. “Dia belum datang.” “Baiklah.” Mia menatap tajam pada Barker dan melihat satu persatu dari mereka yang sedang berdiri di depannya. Mia terlihat tidak begitu menyukai mereka yang kini sedang menatapnya balik. Ada dua wanita dan satu pria di sana. Sementara ada satu lagi yang belum datang. Barker bukanlah orang yang bisa menunggu, dan kali ini Mia harus memilih diantara ke tiganya. “Aku tidak bisa menilai, jika tidak melihat kinerja mereka,” ujar Mia. “Mari kita ke ruang latihan!” ajak Tuan Barker. Mereka berjalan mengikuti Barker untuk sampai di ruang latihan. Seorang wanita berdiri di atas ring, dan siap untuk melawan Mia. Mereka terlalu meremahkan Mia, karena tidak pernah muncul di markas, dan selalu membuat kacau misi meski pada akhirnya berhasil. “Mia, naiklah!” ujar Barker. “Kau yakin, Tuan Barker?” “Kenapa?” “Aku tidak ingin membunuh orang saat ini.” “Kau tidak perlu membunuhnya. Cukup buat dia tidak bisa bergerak saja.” “Hmm, aku tidak bisa janji, Tuan.” Sedangkan wanita di atas ring sudah sangat kesal, hingga berteriak memanggil Mia untuk segera naik ke atas ring. “Kau terlalu banyak berbicara, Nona!” Mia akhirnya naik ke atas ring dan melepaskan pakaiannya hingga hanya mengenakan dalaman  saja. Ellena melemparkan setelan pakaian bertarung milik Mia, dan di atas ring Mia mengenakannya dengan banyak mata yang melihat aksi itu. Barker hanya tertawa melihat Mia, dia selalu seperti itu. Mia memang special untuk agen rahasia pemerintah itu, dan tidak banyak yang bisa menggantikan atau menjadi partner Mia, seperti saat ini. Wanita yang ada di hadapan Mia menyerangnya dengan sebuah tinju, tetapi sayang … serangan itu mampu di tahan Mia. Mia menarik tangannya hingga berhasil mengunci tubuh wanita itu. mendengar teriakan penuh rasa sakit, Mia tersenyum kecil dan berbisik. “Kau akan kehilangan satu tangan.” Seketika Mia memutar tubuh wanita itu dan dengan cepat membantingnya hingga tergeletak tidak sadarkan diri. “Ke-kenapa dia begitu mengerikan di sana?” tanya seorang pria yang akan menjadi partner Mia. “Aku mendapatkan dia saat masih berada di atas ring WWE, kau tahu?” jelas Barker. Mereka menelan ludah kasar, dan akhirnya mengurungkan niat untuk bisa menjadi partner Mia. Mia turun dengan menyeret wanita yang melawannya di atas ring. Mia meletakkan wanita itu di hadapan ke dua orang lainnya. “Siapa selanjutnya?” tanya Mia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN