Mia melihat ada yang aneh pada transaksi itu. Dia tidak menemukan pelaku utama pada penjualan kali ini, sehingga rencana awalnya akan sedikit berubah. Mia mencoba untuk berkeliling dan melihat keadaan sekitar, dia melihat ada satu ruangan yang memiliki tanda ‘No Entry’ pada daun pintu. Tentu saja tulisan itu membuat tanda tanya besar di kepala Mia. Sementara ruangan di lain tempat, tidak memiliki larangan itu.
Mia membuka pintu itu, dan ternyata tidak terkunci. Dia melihat ada beberapa orang di sana, dan mereka semua menatap penuh tanya pada Mia.
“Siapa kau?” tanya salah satu dari mereka.
Mia berpura-pura sedang mabuk dengan mengatakan jika kamar itu adalah miliknya. Tentu saja hal ini membuat para pria itu mengambil kesempatan untuk menyuruh Mia masuk. Mereka terlihat membaringkan tubuh Mia di atas ranjang. Dan Mia yang tengah menghitung jumlah pria di sana bergerak dengan mengubah posisinya agar bisa lebih jelas lagi.
“Tunggu, apa kalian tamuku mala mini?” tanya Mia.
“Ya, kami adalah tamu yang harus kau layani,” jawab seorang pria.
“Tunggu, apa itu?” tanya Mia saat melihat ada beberapa plastik berwarna putih, dan obat-obatan tanpa label.
“Ini hanya barang jualan saja.”
“Apa aku bisa memilikinya?”
“Tentu saja, setelah kau melayani kami tentunya,” jawab pria yang sama.
“Satu, dua, tiga, empat, lima … hmm, bagaimana caranya milik kalian bisa masuk secara bersamaan? Milikku hanya satu, dua, dan tiga saja,” ujar Mia dengan tersenyum menggoda.
“Kau sungguh menggoda kami, Nona.”
“Tidak … aku selalu melakukannya dengan tiga orang, dan kalian ada lima orang.”
“Baiklah, dua diantara kami akan menunggu.”
“Hmm … baiklah, jika terjadi sesuatu, dua diantara kalian jangan ada yang masuk ke dalam kamar! Mengerti?” tanya Mia.
“Ya, baiklah.”
Aku akan menunggu kalian di dalam sana, jangan terlalu lama.”
Mia berjalan masuk ke dalam kamar, dan tiga pria yang ingin lebih dulu berjalan masuk mengikuti langkah Mia. Mereka sudah melihat Mia dengan dalaman saja, mata pria yang penuh nafsu itu semakin ingin segera melakukannya.
Salah satu diantara mereka mendekat dan mulai menyusuri tubuh itu. Sedangkan dua pria lainnya mulai mengikuti apa yang dilakukan pria itu.
“Uhm … jangan seperti ini, ahh … kalian sungguh nakal,” ucap Mia yang merasakan tubuhnya tengah dimanjakan.
Tiba-tiba saja ada dua jari yang mulai bermain di area sensitifnya, mengaduk hingga Mia mengalami pelepasan.
“Baiklah, aku sudah selesai dengan hal ini. sekarang giliran kalian,” ujar Mia.
Dia mengambil senjata yang sudah disiapkan di dekat ranjang. Satu persatu Mia bunuh dengan senjata yang sudah diberikan peredam suara. Sehingga, dua pria yang ada di depan tidak bisa mendengar suara ledakan dari senjata itu.
“Hmm, cukup menggairahkan. Sayang … aku tidak ingin milik kalian masuk ke dalam sana,” gumam Mia.
Mia memanggil dua pria lain setelah membereskan tiga pria dan memasukkannya ke dalam kamar mandi agar tidak dicurigai.
“Kalian bisa masuk sekarang.”
“Hmm, kenapa sangat singkat?” tanya pria lainnya.
“Mereka sedang mandi, dan akan ikut melanjutkan kegiatan ini setelah kalian juga selesai,” jelas Mia.
“Baiklah.”
Satu pria sudah tergoda dengan tubuh Mia, dia memainkan dua gundukan kenyal milik wanita itu, dan mulai menyusu seperti bayi. Sementara pria lainnya hanya berdiri mematung melihat kegiatan itu.
“Tuan, kenapa kau hanya berdiri di sana?” tanya Mia.
Pria itu menatap tajam pada Mia, dan berjalan menuju ke kamar mandi. Tanpa pria itu ketahui, Mia mengeluarkan senjatanya kembali dan menembak ke duanya.
JLEB
JLEB
“Kalian sangat menyusahkan saja!” ujar Mia.
Dia pun kembali mengenakan pakaiannya dan mengambil gambar barang bukti. Mia mengirim semua gambar itu pada pimpinannya, Tuan Barker.
“Aku sudah selesai, terserah kalian mau apa di sini,” ujar Mia dari earphone-nya.
“Baiklah.”
Mia berjalan dengan santai ke luar dari hotel mewah itu, dan semua pasukan rahasia datang menangkap setiap orang yang ada di sana.
***
Mia sedang dalam perjalanan kembali ke Mansion, dia melihat ada sebuah mobil yang lagi-lagi mengikutinya. Mia menghentikan mobilnya dan turun dari sana. Dia tahu siapa orang yang kali ini sedang mengikutinya.
“Kenapa kau –“
PLAK
Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Mia. Mia membulatkan kedua matanya dan menatap tajam pada wanita di hadapannya.
“Apa yang kau lakukan dengan mereka di dalam sana?” tanya Ellena.
“Aku hanya sedikit bersenang-senang, kenapa? Apa salah satu diantara mereka … kekasihmu?”
PLAK
“Mia! Sadarlah!”
“Sadar? Apa saat ini aku kurang sadar?”
“Aku tidak akan lagi mau menjadi tim-mu.”
“Baiklah, cari sendiri tim yang bisa bekerja sesuai keinginanmu! Lagi pula, orang tuamu pasti tidak akan mengizinkan dirimu untuk terus berada di dalam tim ini,” ujar Mia.
“Aku pergi!”
“Cih! Dasar!”
Mia kembali ke mobilnya dan melajukan mobil itu dengan sangat cepat sampai di Mansion.
Dia sangat marah dengan ucapan Ellena, apalagi dua kali tamparan itu mendarat di wajahnya. Meski sedang marah, Mia tidak pernah membalas pukulan itu.
Masuk ke dalam Mansion, Mia melemparkan beberapa barangnya. Dia berteriak dan kesal dengan persahabatannya yang kacau.
Kini Mia harus menenangkan diri, dia pergi ke mini bar miliknya dan mengambil beberapa minuman di sana. Mia menenggaknya hingga entah berapa botol yang bisa membuat dia mabuk.
“SIAL!” teriak Mia.
“Nona, kau tidak seharusnya seperti ini,” ujar Kai.
“Kai, aku tidak bisa mabuk … kenapa aku bisa menahan minuman ini?”
“Nona, apa yang terjadi?” tanya Kai lagi.
“Kai, temani aku sampai aku mabuk!”
“Maaf Nona.”
“ARGH!”
Mia kembali meminum satu botol vodka dan kini kepalanya terasa berputar. Dia berjalan sedikit sempoyongan untuk bisa sampai di dalam kamar. Mia membaringkan dirinya di atas ranjang, dan memejamkan matanya.
Keesokan harinya … Mia terbangun siang hari. Kepalanya terasa sangat berat. Sudah ada makanan yang dihidangkan di atas meja. Mia beranjak dari ranjang dan duduk di sofa yang ada di sudut kamar itu. Mia menikmati makanan yang ada di sana, dan setelah itu Mia masuk ke dalam kamar mandi.
Tok
Tok
Tok
“Nona, ada yang ingin bertemu dengan anda.”
“Tunggu!”
“Baik, Nona.”
Mia membuka pintu kamar mandi dengan tubuh yang masih belum tertutup apapun. Kai yang sudah terbiasa melihat Mia seperti saat ini, hanya bersikap datar.
“Nona, segera kenakan pakaianmu. Orang itu menunggu di bawah.”
“Baiklah.”
Mia berjalan masuk ke dalam lemari pakaian, dia kini mengenakan setelah kaos dan celana hitam. Tidak lupa rambutnya di kuncir tinggi ke belakang. Mia ke luar dari kamar, dan melihat siapa yang sedang duduk di ruang tamu.
“Siapa kau?” tanya Mia.
“Mia, perkenalkan … aku adalah Hanna. Partner baru yang diperintahkan Tuan Barker.”
“Aku sudah mengatakannya, aku tidak memerlukan seorang partner,” ujar Mia.
“Kau harus menerima aku, karena Tuan Barker yang memberikan perintah.”
“Terserah, kau bisa bergerak sendiri tanpa aku. Aku sedang lelah hari ini, jangan ganggu.”
“Mia, hari ini ada seseorang yang mencoba mendapatkan informasi lain mengenai pengedaran n*****a di wilayah ini, dan jika mereka yang lebih dulu menangkap orang itu, Tuan Barker pasti akan sangat marah.”
“Kalau begitu, kau bisa memulainya sekarang juga. Aku akan tidur, kau tahu … semalama aku sudah bekerja dengan sangat baik! Dan jika kau ingin bekerja denganku, kau bisa menunggu hingga malam hari,” jelas Mia yang kembali berjalan masuk ke dalam.
Hanna hanya menggelengkan kepalanya, dia tidak mengerti dengan sikap partnernya kali ini. Hanna pun beranjak dari sana dan mencari tahu sendiri mengenai pengedaran n*****a di sana.
Di dalam kamar, Mia sedang memeriksa beberapa hal. Pergerakan banyak orang yang ada di kelab malam, dan kelab besar yang ada di sekitar wilayah itu.
“Kenapa mereka harus memilih kelab ini lagi?” gumam Mia.
Mia kembali menyiapkan pakaiannya, dan kali ini dia harus bisa sadar sampai pagi. Karena kemungkinan akan sangat sulit untuk menemukan siapa yang sedang mengincar barang terlarang itu.