Mia sedang mengenakan pakaiannya, ia tidak menyadari jika Elena sudah pergi dari apartemen itu. Elena pergi bukan karena hal yang tidak biasa, dan Mia tahu siapa yang menjemput Elena saat dirinya terlelap di dalam kamar.
Selesai dengan persiapan diri, Mia berjalan menuju ke ruang depan. Ia melihat ada makanan di atas meja makan, tentu Elena yang sudah menyiapkan semua itu. Ada dua porsi makanan di sana, tetapi karena Elena sudah pergi, Mia menghabiskannya seorang diri.
Kring …
Terdengar suara ponsel berdering, Mia dengan bingung mencari keberadaan ponsel itu. Lalu tidak lama kemudian, ternyata ponsel itu ada di atas meja rias yang ada di dalam kamar. Mia melihat ada nama Elena di sana, dan dengan segera ia menekan ikon hijau.
“Ele, apa kau dijemput begitu saja tanpa berpamitan padaku?” tanya Mia.
“Mia, maaf.”
“Sudahlah, aku sudah sangat terbiasa dengan kejadian seperti ini.”
“Aku tidak bisa menemui dirimu dalam beberapa waktu ke depan.”
Mendengar perkataan Elena, Mia menjadi bingung. Apa yang membuat wanita itu tidak bisa menemui dirinya?
“Ele, jika kau ingin bercanda, tidak sekarang.”
“Mia, Daddy mengirim aku untuk pergi ke Florida. Sepertinya di sana ada masalah yang harus segera di selesaikan,” jelas Elena.
“Baiklah, jadi … aku harus mengatakan pada Barker untuk mengirim seseorang menggantikan dirimu.”
“Mia, maaf.”
“Sudahlah, Ele. Tidak masalah. Aku bisa menjalankan misi seorang diri.”
Tut
Kesal … itulah yang dirasakan Mia saat ini. Disaat ada banyak misi yang harus mereka jalankan, Elena pergi karena panggilan dari orang tuanya yang juga kelompok mafia di Negara itu.
Mia segera menghabiskan makanannya, lalu segera pergi dari sana menuju ke tempat misi selanjutnya. Langkah kakinya terlihat sedikit berat saat ini. Ya, jika biasanya Mia melakukan misi bersama Elena beberapa kali, kali ini ia harus menjalankan misi seorang diri.
Mia menggunakan mobil yang tersedia di basement apartemen. Pergi menuju ke kota California, lebih tepatnya ke kantor agen rahasia yang memberantas banyak kejahatan.
Mobil it uterus melaju, hingga masuk ke dalam satu hutan buatan. Sampai di depan gerbang besar, Mia menghentikan laju mobilnya dan menunjukkan identitasnya pada mesin yang ada di sana.
Tit …
Gerbang besar itu terbuka, dan Mia kembali melajukan mobilnya ke dalam sana.
“Hai, Mia. Lama tidak berjumpa.” Seorang pria menyapa Mia.
“Hi, maaf aku harus segera masuk,” ujar Mia sembari berlari masuk ke dalam gedung yang memiliki sepuluh lantai dengan keamanan super canggih.
Ting …
Pintu lift terbuka, dan Mia kini berada di kantor atasannya yang bernama Barker. Mia menunggu omelan yang akan diutarakan oleh pria tanpa rambut itu.
“Kenapa dengan Elena? Meski dia adalah agen special di sini, tetapi tidak bisa seperti ini!” gerutu Barker.
“Pak, aku sudah mengatakannya pada Elena. Dan aku sudah berusaha membujuknya selama ini.”
“Aku tahu! Cukup!”
Mia terdiam, setelah itu ada beberapa berkas yang siap untuk dibaca oleh Mia.
“Mereka adalah komplotan p**************a yang cukup pandai dalam bersembunyi. Kau harus menyamar lagi di California. Lebih tepatnya di rumahmu sendiri.”
“Apa? Aku harus kembali ke rumah?”
“Ya, karena info akurat yang aku dapatkan, mereka ada di sekitar area rumahmu,” jelas Barker.
“Baiklah, aku akan melakukannya.”
“Elena harus ikut dalam misi ini, jika tidak … kau tidak akan bisa berhasil. Ada banyak agen rahasia yang ikut mencari keberadaan mereka. Dan tidak hanya satu orang … puluhan.”
“Pak, bukankah seharusnya ada pengganti yang bisa menemani aku melakukan misi ini?” tanya Mia.
“Maaf, untuk kali ini masih tidak ada agen yang mau bekerja bersamamu.”
“Mereka terlalu manja. Baiklah, aku akan melakukannya sendirian.”
Mia menerima berkas itu dan pergi dari sana. Tidak pergi secara langsung, Mia memilih untuk berkunjung di area kantin tempat itu. Mia melihat ada beberapa agen yang duduk dan bertukar cerita mengenai misi mereka. Sayangnya … tidak ada yang mau mendekati Mia, begitu juga sebaliknya.
Mia mengambil beberapa makanan dari meja kantin, lalu duduk di sudut ruangan seorang diri. Setelah duduk di sana, Mia mengeluarkan ponselnya yang memiliki gambar tampilan depan foto dirinya bersama Elena.
“Ele, kau berubah.”
***
Mia sudah berada di sebuah rumah mewah yang ada di wilayah California. Rumah itu terlihat seperti sebuah Mansion besar dan megah. Akan tetapi terlihat sangat sepi seperti tidak berpenghuni.
Ceklek
Mia masuk ke dalam sebuah kamar yang sudah lama tidak ia huni. Kamar itu masih terlihat sangat bersih dan rapi seperti saat terakhir dirinya pergi dari rumah. Mia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, dan melihat ke atas langit-langit kamar.
“Rumah ini sangat tidak membuat aku nyaman.”
Tok
Tok
Tok
Ceklek
“Nona Muda, ternyata anda pulang,” sapa seorang pelayan.
“Ya, apa kabar?” tanya Mia.
“Baik, Nona.”
“Papa dan Mama … apa mereka masih tidak pulang hingga saat ini?” tanya Mia.
“Mereka kembali satu minggu sekali, Nona. Dan kebetulan … hari ini mereka baru saja berangkat.”
“Astaga! Masih saja seperti itu. Apa mereka tidak pernah menanyakan keberadaanku?”
“Mereka bertanya sesekali,” ujar pelayan itu.
“Baiklah, terima kasih. Kau bisa kembali bekerja, aku akan beristirahat terlebih dahulu,” ujar Mia sembari memeluk bantalan dan boneka kesayangannya.
Pelayan itu tersenyum dan berjalan keluar dari kamar Mia. Mia melihat ke arah jam dinding, lalu memejamkan mata sesaat setelah itu.
Beberapa jam berlalu …
Mia kembali membuka ke dua matanya, dia melihat hari sudah mulai gelap, dan saatnya beraksi. Mia membersihkan dirinya di dalam kamar mandi, lalu mengenakan pakaian minim untuk datang ke kelab malam.
Dengan rambut panjang yang ia gerai, dan dress mini berwarna hitam membuat Mia terlihat menarik. Langkah kakinya terlihat begitu meyakinkan, sampai di salah satu meja ada seorang pria sedang minum segelas wine.
“Mia! Akhirnya kau kembali!” seru seorang bartender.
“Kenapa mulutmu tidak bisa dijaga? Apa kau tidak bisa mengatakannya lebih pelan lagi?” omel Mia.
“Hahaha, maaf. Aku sangat senang melihat kau datang.”
Mia meraih kursi yang ada di depan meja bar. Ia memesan beberapa jenis minuman dan menghabiskannya sekaligus. Tanpa Mia sadari, ada seorang pria yang mengawasinya sejak Mia memesan minuman. Pria itu berjalan mendekat, dan duduk di samping Mia.
“Nona, bolehkah aku memberikan satu gelas minuman untukmu?” tanya pria itu.
“Apa? Kau yakin? Bagaimana jika kita bertaruh?” ujar Mia dengan tersenyum miring.
“Hmm, menarik. Apa yang akan kita lakukan jika aku menang?” tanya pria itu.
“Kita adu minum, jika kau menang … kau bisa mendapatkan tubuhku. Tetapi, jika kau kalah … kau harus memberikan semua uangmu padaku,” ujar Mia dengan sangat yakin.
“Hmm, baiklah. Aku terima tantanganmu, Nona.”
Seorang bartender yang sudah terbiasa dengan permainan Mia, mulai menyiapkan dua gelas kosong, dan lima botol minuman untuk mereka.
“Kalian siap?” tanya bartender itu.
“Ya,” jawab pria yang melawan Mia.
Akhirnya mereka meminum setiap botol yang dibuka oleh bartender, hingga semua habis tidak tersisa. Mia masih duduk dengan santai dan mulai menghidupkan gulungan tembakau di tangannya.
“Bagaimana?” tanya Mia.
Tidak ada jawaban. Pria itu justru terjatuh tidak sadarkan diri karena mabuk berat. Kali ini, Mia memenangkan banyak sekali uang dari kantong pria di hadapannya.
“Senangnya … aku bisa menikmati uang ini untuk belanja.”