Dia (PROLOG)
"Apa kabar nabastala tamaram jingga?
Merindu dalam malam
Mengharap bisa berbalas, tapi nyatanya hanya halu belaka
Ternyata haluku terlalu tinggi, inginnya selama tapi nyatanya 2020 menghapusmu dipenghujung tahun, yang diharap hingga 2021 ternyata hanya halu tak bertulang
Selamat berpisah tuan haluku
Selamat menjalani hari baru dengan cerita kita yang berbeda. "
----
Ada terang yang mengharuskan mentari menyinari, dia bersajak dalam fatamorgana seolah bintang menari bak ornamen yang melukis sajak namun tetap beku. Diam seribu bahasa seolah bungkam tanpa jejak hingga patah menjadi kepingan bersayap.
Lana Arcana--seorang siswa kelas 12 yang harus terjebak dalam angan tak berujung. Dia penggemar seorang pilot yang tak pernah dijumpai dalam dunia nyata namun selalu terekat dalam bayang layar kaca.
Hari ini Lana sedang sibuk menulis untuk perlombaan cipta puisi yang akan diikutinya. Banyak sekali yang menyukainya, namun hati Lana hanya terpaku pada seorang pilot tampan yang tak pernah dia temui secara tatap muka, namun jatuh cinta secara nyata.
Tepat satu bulan lalu, laki-laki itu memberikan sebuah pesan dan mengaku sebagai penggemar Lana di blog pribadi tentang tulisannya. Awalnya Lana ragu dan tidak percaya bagaimana bisa orang-orang mendapatkan nomornya sementara dia tidak pernah membagikan hal pribadi itu ke media sosial.
"Eh Nona manis! Yang hobi ngehalu pilot, ayo pulang!" ajak Risa sahabat Lana sejak pertama kali masuk sekolah.
"Ngagetin aja," balas Lana menggelengkan kepalanya pertanda tidak habis pikir kenapa dia bisa bersahabat akrab dengan perempuan itu.
"Lagian lo sih, ngelamun aja kerjaannya. Mikirin kekasih dunia maya lo itu, yang bertemu secara online dan tidak sengaja mencintainya secara nyata, " ucap Risa yang kalo ngomong memang sesukanya.
"Dia nyata kok, dalam angan yang selalu dilukis anai-anai, meski tak pernah bertemu namun kasihnya terlalu nyata, " balas Lana puitis.
"Buat apa lagi? Masih percaya cinta sama makhluk yang engga pernah lo temuin secara nyata, apalagi dia udah cuek sekarang, lo percaya dia kerja sebagai pilot dan lo percaya ucapan dia yang bakal ngelamar, come on Lan, ini bukan cerita fiksi yang sering lo buat," protes Risa tidak mau sahabatnya itu salah langkah.
Lana menggelengkan kepalanya tidak setuju, menurutnya perasaan itu memang bisa tumbuh karena nyaman, mungkih hanya sebatas tulisan di layar kaca tanpa pernah bertatap wajah, tapi cinta datang karena terbiasa.
"Sa, perasaan itu engga bisa kita kendaliin mau sama siapa pun, meskipun gue engga tau dia beneran ada atau hanya halu belaka, tapi tulisannya benar-benar nyata. "
"Iya deh Lan, gue bakal kalah sama perkataan orang yang lagi bucin. Ayo kita pulang!" ajak Risa lagi kepada sahabatnya yang masih tampak sibuk melihat layar gawainya.
Memang perasaan adalah garis tangan sang pencipta yang membentuk orbit kepada siapa nantinya, seperti kapal berlayar mengarungi arus yang deras layaknya hati memiliki tuannya untuk berlabuh diperhentian terakhir.
"Sayang, hari ini aku flight di Bengkulu. Ayo ketemu. Aku kangen. "
Pesan singkat yang baru saja Lana terima membuat dirinya semakin merasa jika Davin Curious--seorang pilot yang sering kali disebut teman-temannya adalah kekasih halunya ternyata memang benar-benar nyata bukan sebatas layar kaca saja. Tapi perasaan ragu itu mulai muncul, apakah dia akan sama seperti apa ekspektasi Davin atau malah sebaliknya menjadi ketakutan untuk Davin?
"Lan, kok malah bengong, ayo pergi! " tegur Risa yang melihat sahabatnya itu diam terpaku sambil menatap layar gawainya.
"Sa, gue mau ke bandara sekarang. Davin lagi di Bengkulu, " balas Lana menangis haru, dia rasanya ingin menari-nari karena ulah tuan pilotnya itu.
"Ya udah, gue ikut, gue engga mau lo ketemu orang baru sendirian." Lana menganggukan kepalanya tanda setuju, baru kali ini perempuan yang sangat heboh ini bisa sedikit tenang.
Mereka menyusuri jalanan yang tidak terlalu padat, memang Bengkulu kota kecil yang jalannya lurus saja dan masih terdapat banyak pohon rindang, apalagi di sepanjang jalan bisa melihat kesibukkan penduduk yang berdagang atau sekedar berkumpul di halaman rumah.
Menurut Lana, kita boleh pergi sejauh apapun dan melihat dunia luar untuk mendinginkan pikiran, tetapi tempat asal masih menjadi tempat berteduh yang paling nyaman.
"Lo yakin dia beneran ada Lan? Kita udah jauh loh dari Tugu Hiu ke Bandara kalo dia cuma nipu dan ternyata engga ada di dunia ini gimana? " Ribuan praduga buruk dilontarkan oleh Risa, dia tahu ini tidak baik tapi menurutnya memang selain pikiran positif tidak ada salahnya jika pikiran negatif ikut mendominasi karena beda kepala beda pula pola pikirannya.
"Kalo belum dicoba engga bakal tau, dia nyata atau engga, siapa tahu dia setampan Jungkook. Awas aja ya, kalo doi gue setampan Jungkook, dilarang naksir, " balas Lana semangat, memang aura positif selalu saja mengelilingi pikirannya, wajar saja Lana jarang sekali sakit hati dengan perkataan orang-orang yang menjelekkannya.
"Lo yakin? Pilot yang udah berumur mau punya istri anak SMA kaya lo? " tanya Risa yang kalo berbicara memang jujur. tapi dia memang orang yang berpikir berdasarkan logika dalam menganalisis banyak hal.
"Makanya dicoba dulu, siapa tahu jodoh, siapa tahu nyaman, lagian kalo gue engga pernah ketemu, mana tahu dia nyata atau kaya kata orang-orang cuma halu belaka. "
Lama mereka berdebat sambil melewati berbagai jalan dan akhirnya sampai di Bandara. Motor Lana dia parkirkan sejajar dengan kendaraan roda dua lainnya. Kali ini jantung dan hati benar-benar tidak bisa diajak kompromi apalagi keringat dingin mengalir sangat deras. Ternyata pertemuan pertama memang membuat jantungnya memompa lebih cepat dari biasanya, apalagi hanya bermodal foto di layar gawainya, memang Davin sering sekali memberikan PAP kepadanya.
"Ris, gue engga dekil amat kan? lipstik, make up gue engga ketebalan kan? "
"Engga, lo udah cantik, coba deh hubungin dia. "
Lana mengambil benda pipih yang ada di dalam tasnya dan segera saja menelepon laki-laki yang sudah sekitar sembilan bulan ini menjadi kekasihnya. Tapi sejak tadi hanya ada suara operator yang menanggapi jika nomor yang dituju sedang tidak aktif, Lana tidak tahu bagaimana harus menghubungi laki-laki yang katanya pilot itu, sementara semua akun media sosialnya juga tidak aktif. Tangis Lana pecah, dia merasa ditipu dan dipermainkan ternyata semua laki-laki sama saja.
Risa yang melihat sahabatnya menangis langsung saja memeluk Lana, "Jangan nangis Lan, awas aja! Itu cowok kalo beneran nipu gue jadiin perkedel, beneran menyebalkan.”
Lana sudah terduduk dan menangis di tengah-tengah Bandara, dia merasa tertipu, sosok yang selama ini dia harap bisa menepati janji dan berbeda dari laki-laki lainnya ternyata sama saja menawarkan luka.
Namun tiba-tiba sebuah pemberitahuan yang terdengar dari speaker bandara membuat seluruh pandang orang-orang tertuju di sana.