Apakah itu Dia

1040 Kata
"Bandara yang selalu menjadi tempat untuk melihat dunia, ada yang pergi datang silih berganti tanpa henti dan hanya ada beberapa detik senyap, agar memperhatikan jika pertemuan dan kepergian memang bukan kapasitas kita untuk menentukan. " -Nabastala- *** Lana membeli beberapa makanan yang sering sekali di jual di Bandara memang tidak Seramai dan sebanyak makan di Bandara luar kota tetapi kali ini dia melihat sebuah tokoh roti yang menjual berbagai makanan unik. Beberapa pilot juga turut mengantri dan makan di toko roti itu, Lana tidak ambil pusing sampai ada suatu kejadian dimana teman-teman pilot itu memanggil nama seseorang yang beberapa hari ini memanggil nama Davin. Kali ini jantung Lana berdetak sangat cepat dia harus segera kabur hilangkan perasaan ingin mengetahui lebih atau penasaran. Memang tidak bisa dipungkiri perasaan Lana ikut merasa deg-degkan ketika Davin bergabung bersama rekan kerjanya yang lain. Semenjak kata putus yang dia ucapkan jarang sekali memberi Lana kabar bahkan seolah menghilang dan tidak pernah melihat story Lana. Tidak masalah bagi Lana, hanya saja dia merasa jika Davin mempermainkan perasaannya dengan sangat tidak baik. "Mbak, mau rasa apa?" tanya kasir toko kue itu yang melihat Lana masih melamun dalam antrian sementara sudah banyak orang yang menunggu di belakangnya." "Rasa kesal melihat mantan," jawab Lana t idak sadar dengan apa yang ia ucapkan semua mengalir saja tanpa permisi, memang bibir ini kalo berbicara suka tidak pakai tanda rem. Tawa pengunjung di sana pecah ketika mendengar suar Lana, kebetulan tempat kue itu tidak terlalu besar jadinya setiap apa yang diucapkan oleh orang-orang pasti terdengar. "Mbak kenapa abis diputusin pacarnya?" tanya seorang pilot yang masih muda dan imut. Untung lah hari ini Lana memakai masker jika tidak sudah tamat lah dia dengan malu. Lana diam saja sambil mengambil rotinya. Lana mengambil langkah pergi dan beranjak memperhatikan seorang pilot yang sejak tadi Lana lihat, sejak dulu Lana tidak pernah salah mengenali wajah orang lain, dia tidak memperhatikan secara langsung tetapi melalui kaca yang ada di depan kasir. "Mungkin hanya mirip, mana mungkin Lana tahu orang yang dia lihat hanya dari layar kaca," gerutu Lana pada dirinya sendiri. "Mbak, jangan sampe inget mantan lagi ya, mending cari yang pasti aja." "Masih sekolah, jangan diganggu," balas seseorang yang hanya diam saja sejak tadi. Lana tidak mau terlalu lama di sini Allah banyak laki-laki yang tidak ia kenal, dia termasuk orang yang tidak suka belanja di tempat tongkrongan yang banyak laki-lakinya karena tidak enak juga diperhatikan seseorang yang bukan mahramnya, sering kali Lana tidak jadi menghentikan motornya dan menyusuri lagi jalan yang lain untuk menemukan tempat belanja yang sepi. Mama Devi sudah lama menunggu sambil membawa koper, rencananya memang sudah akan pulang tetapi Lana sangat ingin makan roti itu jadilah diurungkan. "Kamu kok enggak ganti baju dulu aja Lan di rumah?" "Kasihan mama kelamaan nunggu nanti." "Terus sekarang mau ke mana?" "Pulang lah Ma, enakkan tidur sambil rebahan." "Kamu enggak mau beli kucing?" "Asik mama mau traktir ya?" "Kita beli aja yang warna abu-abu, abis mama perhatiin kamu sekarang suka galau, ide nulis terhambat ya?" "Hahaha perjalanan hidup juga ikut terhambat Ma," balas Lana tertawa. Lana mengambil karcis yang ia letakkan di bawah jok motor karena dia sangat pelupa maka diletakkan di sana, pernah waktu di sekolah dia lupa meletakkan kunci motor yang menyebabkan dia tidak bisa pulang. Sampai di tempat pembayaran ternyata yang menjaga karcisnya malah menggoda Lana. "Neng berapa tahun lagi tamat sekolahnya?" "Tanya mama aja ya Mas," balas Lana masih ramah, karena meskipun kita tidak menyukai orang tetapi harus terus bersikap baik dengan orang lain. "Ibu, tau enggak tadi saya lihat matahari." "Panas dong kalo lihat matahari, lebih baik pakai kacamata ya Nak." "Tapi lebih panas azab api neraka kalo saya memikirkan anak ibu tetapi tidak dinikahi." "Astaga Masnya gawat banget, ini aku pulang dulu ya Mas, makasih soalnya udah banyak yang antri mau bayar di belakang." Lana menarik pedal gasnya dan tertawa setelah mengalami kejadian hari ini. "Kamu kenapa ketawa?" "Gapapa Ma, lucu aja sekarang ini memang yang dicari itu keseriusan bukan janji." "Emang begitu Lan, terus apa yang aneh." "Heran aja Ma sama orang yang ngajakin pacaran, berarti dia cari temen buat menuju neraka tapi bisa-bisanya Lana percaya." "Makanya sekarang waktunya Move On, enggak ada cinta yang suci kalo belum di meja akad sama lafaz ijab kabul." "Lagi berusaha Ma, emang enggak mudah Ma buat ngelupain orang yang pernah menorehkan bahagia tapi sekarang Lana lagi berusaha." Senang mendengar sendiri dari anaknya bahwa dia ingin berubah menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Lana jarang sekali berbagi cerita dengan ibunya, sampai waktu itu sempat ada seseorang lelaki yang menghubunginya dan mengatakan bahwa dia teman Lana. Sempat kaget karena jarang sekali ada laki-laki yang datang dan memperkenalkan dirinya begitu. "Assalamualaikum Ibu." "Waalaikumsalam Nak, maaf ya baru ibu balas ibu enggak tau kalo temannya Lana, nanti lain kali main ke rumah ya." "Iya Ibu insya Allah Davin sesegera mungkin ke sana, nanti kita main ya Bu." Begitulah isi percakapan keberanian yang diucapkan Davin, saat itu dia tidak berani bilang bahwa dia pacar Lana karena takut kalo Lana ditanya dengan berbagai pertanyaan. Papa Lana memang seorang PNS yang bekerja di Dinas lingkungan hidup, kecintaan papanya dengan hutan membuat dia sering sekali terjun ke lapangan sebagai penyuluh kehutanan. Selain itu papanya juga seorang pengusaha sawit di kota Bengkulu, tidak jarang Lana memang terkenal dan banyak sekali yang tahu. Menjadi seorang penulis di usianya sekarang membuat dia punya banyak relasi hal itu juga yang mengenalkan dia dengan Davin. Sosok Davin yang tidak pernah ia temui secara tatap muka ternyata mampu membuat Lana terbuai dengan kata nyaman tanpa sadar nyaman adalah sebuah jebakan yang kapan saja bisa menghantarkan pada rasa sakit yang tidak pernah Lana kira seperti ini. Ketika sampai rumah Lana memposting sebuah foto pemandangan air yang sangat jernih dan hal itu di reply oleh Davin. "Jadi pengen mancing di sana." "Hati-hati bukannya Ikan yang kepancing malah Buaya nantinya." "Lana suka enggak sama Buaya?" "Enggaklah." "Kalo sama buaya yang bilang kamu cantik, suka enggak?" "Enggak suka Davin, kamu kalo mau chat bahas buaya mending tanya aja sama penangkaran buaya." Lana menonaktifkan gawainya karena tidak mau terlalu larut memberikan pesan kepada laki-laki yang bukan mahramnya apalagi mantan, dia tidak mau bertanya juga tentang pertemuan di bandara tadi. Terserah itu Davin atau bukan karena Lana tidak ingin ikut campur lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN