bc

Mencintai Duda, ayah temanku.

book_age18+
5
IKUTI
1K
BACA
drama
sweet
office/work place
like
intro-logo
Uraian

Aqila Damanik, gadis 19 tahun yang hidup dengan penuh kegetiran. Bagaimana tidak, ia hidup bersama ibu tiri dan kedua saudara tirinya. Kehidupannya benar-benar sangat menyedihkan. Ia harus kuliah, melakukan kerja part time dan menjadi tulang punggung keluarga, belum lagi semua pekerjaan rumah dilimpahkan padanya. Sedangkan ibu tiri dan kedua kakak tirinya selalu menindasnya, dan sang ayah seolah tidak peduli.Aqila mempunyai seorang teman yang bernama Farah, satu-satunya teman yang dekat dengannya, mereka berteman saat mereka di bangku sekolah menengah. Seiring berjalannya waktu, seiring kedekatan Aqila dan Farah ... Tanpa diduga, Aqila yang hidup penuh dengan kegetiran malah mencintai Fikri Atmaja, yaitu ayah dari Farah.Aqila tidak tahu kapan cinta itu tumbuh. Namun seiring berjalannya waktu, ia merasakan debaran aneh saat melihat ayah temannya yang sangat dingin dan acuh. Tapi sikap dingin Fikri justru menjadi daya tarik sendiri untuk Aqila. Setiap ia melihat Fikri, rasanya Aqila ingin sekali menggapai lelaki itu.Fikri Atmaja lelaki yang kini menginjak 39 tahun, dia adalah seorang duda dan mempunyai anak satu yang kini menginjak 19 tahun, bernama Farah Atmaja. Kehidupannya begitu misterius, dia dingin, pendiam dan sangat tertutup. Dia bukan hanya dingin pada orang lain saja, melainkan dingin pada putrinya sendiri.Ada kejadian di masa lalu, di mana sampai sekarang ia tidak pernah bisa menyayangi putrinya. Selama 19 tahun Farah hidup, Fikri sama sekali tidak pernah mau peduli pada putrinya. Hingga Farah tumbuh menjadi wanita yang kesepian, tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah, apalagi seorang ibu karena ibunya sudah meninggalDan Fikri yang dingin, tertutup serta misterius di pertemukan dengan Aqila, gadis Malang namun tetap ceria. Saat Aqila kabur dari keluarganya, Aqila memutuskan untuk berhenti kuliah dan tanpa diduga Ia diterima bekerja di perusahaan milik Fikri menjadi seorang office girl.Awalnya ia tidak terlalu mempermasalahkan Aqila bekerja di perusahaannya, karena Aqila murni masuk dengan tes, bukan karena dia adalah teman Farah. Tapi semakin lama, Fikri merasa semakin jengkel, karena Aqila yang selalu bertanya dan selalu sok dekat dengannya.Padahal jelas-jelas Fikri adalah orang yang tidak mau didekati oleh siapapun, termasuk putrinya tapi Aqila seolah sengaja mendekati Fikri. Mungkin, sikap Aqila tersebut adalah karena Aqila mencintai Fikri dan setiap ia bekerja ia selalu berusaha untuk dekat dengan ayah dari temannyaDan setelah sekian lama bekerja di perusahaan Fikri, akhirnya Aqila malah memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya pada Fikri. Entah apa yang menuntun Aqila untuk jujur tentang apa yang ia rasakan, dan tentu saja Fikri menolak dan bersikap tegas pada Aqilah dengan memecat Aqila, agar Aqila tidak bekerja lagi di perusahaannya, bahkan ia pun sempat melontarkan kata-kata yang menyakitkan untuk Aqila.Namun seiring berjalannya waktu, setelah kepergian Aqila, Fikri merasa ada yang aneh. Seperti ada yang hilang dengan dirinya, awalnya, Fikri mengingkari perasaanya, ia selalu mengelak bahwa ia tidak membutuhkan Aqila dan menganggap Aqila hanya sebatas office girls di kantornya.Namun semakin ia mengelak, hatinya semakin tak tenang, hingga ada satu titik dia menyadari, bahwa dia mulai terbiasa dengan kehadiran Aqila. Dan ketika Fikri menyadari perasaannya. Ada satu fakta masa lalu yang terungkap dan dia pun menyesali perbuatannya yang mengabaikan Farah bertahun-tahun.Saat menyadari perasaanya pada Aqila semuanya terlambat, Aqila sudah sangat tersakiti dengan hinaan Fikri. Begitu pun dengan Farah.ketika Fikri menyesal telah mengabaikan dan berniat meminta maaf pada Farah, semua terlambat. Karena Farah sudah tak ingin lagi memaafkan Fikri yang sudah mengabaikannya.Tapi tentu saja Fikri tidak menyerah, sekarang ia harus berjuang mendapatkan Aqila dan putrinya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1
Bab 1 mobil yang di tumpangi Fikri melaju dengan kecepatan pelan. Apalagi ibukota sedang diguyur hujan, hingga sekretaris Fikri menyetir mobilnya dengan kecepatan yang sedang. Fikri menyenderkan tubuhnya ke belakang, beberapa kali ia menghela nafas. Rasanya, ia ingin secepatnya sampai di rumah dan beristirahat. “Pak, Bukankah itu Putri Anda?” ucap Septian yang tak lain adalah sekretaris Fikri. Fikri menoleh ke arah samping, ia melihat putrinya dan teman putrinya sedang berteduh, seraya memeluk tubuhnya. Ia tahu, mungkin putrinya kedinginan. Tapi walaupun begitu, Fikri tidak berniat untuk mengajak putrinya pulang bersama “Apakah kita harus mengajak Nona untuk pulang bersama, Tuan?” tawar Septian, ia melihat Fikri dari kaca depan. Walaupun ia sudah tahu jawabannya, tapi ia tetap bertanya. Siapa tahu, kali ini tuannya berubah pikiran dan mau mengajak Farah untuk pulang bersama. “Tidak usah, biarkan saja dia!” kata Fikri, seperti biasa. Ia sama sekali tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh putrinya, dan apa yang terjadi pada putrinya. Sedangkan Septian hanya mengangguk. Fikri Atmaja, seorang lelaki matang yang kini menginjak 39 tahun, lelaki itu berperawakan tegap, tampan dengan rahang kokoh dan tubuh yang atletis. Semua wanita mengidamkannya, apalagi dia seorang duda dengan anak satu yang kini berusia 19 tahun. Farah Atmaja, adalah putri pertama dari Fikri Atmaja Putri. Orang pikir, mungkin akan beruntung menjadi Farah di mana Farah adalah anak satu-satunya dari seorang konglomerat. Tapi sayangnya, semua tebakan itu salah. Karena faktanya, Fikri begitu acuh dan abai pada putrinya Entah apa yang membuat pikir begitu dingin pada putrinya sendiri, yang pasti sejak Farah lahir sampai detik ini Fikri tidak pernah mau peduli apapun yang terjadi pada Farah. Sedari kecil, Farah lebih sering diurus oleh susternya. Hanya saja, saat usia Farah 13 tahun, suster yang mengurus Farah sedari bayi meninggal dan sejak saat itu, Fikri tidak lagi mencarikan suster lagi untuk Farah, karena menganggap putrinya sudah dewasa dan sejak saat itu Farah selalu menghabiskan waktunya sendiri. Ia begitu kesepian, beberapa kali ia meminta waktu sang ayah untuk sekedar menemaninya. Tapi, Fikri tidak pernah menggubris putrinya Hingga akhirnya, seiring berjalannya waktu Farah mulai mengerti, bahwa sang ayah tidak pernah menyayanginya. Setelah ia mengerti semuanya, ia tidak pernah lagi meminta apapun pada ayahnya. Semua ia lakukan sendiri. Dan ketika sekolah menengah, Ia mempunyai teman bernama Aqila, yang bernasib sama sepertinya. Hanya saja Farah sedikit beruntung, karena mempunyai ayah yang kaya. Berbeda dengan Aqila. Aqila hidup dengan penuh kegetiran. Ia hidup bersama ibu tiri dan kedua Kaka tiri yang menindasnya, belum lagi, hidup mereka serba kekurangan dan Aqilalah yang menjadi tulang punggung keluarga. Ayah kandungnya seolah tak perduli, bahkan ia selalu abai ketika Aqila di perlakukan buruk oleh kedua Kaka tirinya dan ibu tirinya. Karena nasib Aqila dan Farah sama, keduanya bisa berteman, Aqila mampu membuat Farah nyaman, padahal Farah adalah orang yang cukup introvert dan jarang bisa bergaul dengan orang lain, belum lagi kehidupan pribadinya yang tidak mendapat kasih sayang dari ayahnya Ia tidak mengerti, kenapa sang ayah tidak pernah tersenyum padanya. Setiap ia sakit, ia selalu melewatinya seorang diri. Diabaikan diacuhkan sudah biasa. Tapi yang paling menyakitkan adalah, ketika ia melihat sang ayah tersenyum pada anak rekan bisnisnya, sedangkan padanya sang ayah sama sekali tidak pernah tersenyum, tidak pernah bertanya apa yang terjadi dan tidak pernah bertanya apa yang ia rasakan dan apa yang ia butuhkan. Ia dan ayahnya memang tinggal satu rumah. Namun setelah di rumah, ayahnya tidak pernah menyapanya, tidak pernah mengajaknya makan bersama,.keberadaan Farah seolah tidak terlihat oleh ayahnya, bahkan mungkin ayahnya menganggap Farah tidak ada di rumah itu. Tapi Farah bisa apa, seiring berjalannya waktu. Ia sudah lelah menggapai hati sang ayah, ia ingin bertanya kenapa ayahnya mengabaikannya. Tapi, jangankan bertanya, untuk berbicara pada sang ayah saja rasanya ia begitu segan. ••• “Farah itu mobil ayahmu!” pekik Aqila ketika melihat mobil Fikri melaju di hadapan mereka. Farah hanya menoleh sekilas pada Aqila, kemudian ia kembali menunduk seraya memeluk tubuhnya yang begitu dingin. Aqilah yang mengerti tatapan Farah langsung mengelus punggung temannya. “Tidak apa-apa aku yang akan mengantarkanmu!” kata Aqila, Farah pun menggangguk, karena memang dia takut pulang sendiri, apalagi ini sudah malam dan perumahan Farah berada di perumahan elit, hingga jarang ada orang di jam seperti ini. Farah menyetop taksi, kemudian mengajak Aqilah untuk naik. Sedari tadi, mereka menunggu taksi online. Tapi, tidak ada yang datang dan beruntung ada taksi yang melintasi di depan mereka, sehingga mereka pun naik ke dalam taksi tersebuy. “Kau menginap saja deh di sini, Ini juga masih hujan!” kata Farah pada Aqila, saat mobil yang ditempati mereka sampai di depan gerbang. Aqila tampak berpikir, ini sudah larut malam. Jika ia pulang, ia pasti akan dimarahi oleh ibu tirinya karena pulang terlambat, belum ia harus membereskan semua rumah. Aqila menggangguk. “Hmm, aku akan menginap!” balas Aqila, hari ini saja ia ingin beristirahat dengan tenang, ia akan memikirkan nasibnya besok. Mereka pun turun dari taksi dan berlari ke arah gerbang. “Non, kenapa hujan-hujanan!" pekik Bi ira saat membukakan pintu untuk Farah dan Aqila. “Bi, tolong siapin makanan ya buat kami. Kami mau naik ke atas dulu,” balasn Farah, bi Ira pun mengangguk. “Ayo Aqila!" ajak Farah, mereka pun masuk ke dalam rumah. Saat masuk ke dalam rumah, Farah menghentikan langkahnya kala melihat Fikri turun dari tangga. Jantung Aqila berdetak dua kali lebih cepat, saat melihat ayah temannya yang memakai pakaian Casual dan begitu tampan. “Wow!” tanpa sengaja, Aqila berdecak kagum, seolah memuji tampilan Fikri yang begitu tampan. Hingga Farah yang berada di sebelah Aqila langsung menoleh, dan akhirnya Aqila pun tersadar lalu menetralkan ekspresinya. “Ayah!” panggil Farah, ia berusaha menyapa sang ayah , “Ayah boleh Aqila nginep di sini?” tanya Farah saat Fikri melewati tubuhnya begitu saja. Sebenarnya Ia hanya basa-basi bertanya, karena sang ayah tidak perduli. Namun entah kenapa hari ini ia ingin mendengar sang ayah berbicara padanya. Apalagi hari ini hari ulang tahunnya. “Memangnya kamu pikir rumah rumah ini penampungan!” balas Fikri dengan sadis. “Apa Om tidak bisa bersikap sedikit ramah pada Farah!” ucap Aqila tiba-tiba, membuat mata Farah membulat, Farah tidak menyangka bahwa Aqila akan menjawab seperti itu pada sang ayah. Mendengar ucapan Aqila yang tidak sopan Fikri menoleh. Lalu, menatap Aqila dari atas sampai bawah. “Kamu pikir, kamu siapa di sini. Berani sekali kamu berbicara begitu sama saya!” kata Fikri, nyali Aqilah seketika menciut saat melihat tatapan Fikri yang begitu tajam.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
57.1K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook