6

782 Kata
Rey duduk di dekat Lova. Jelas sekali, wajah Lova terlihat canggung dan kurang percaya diri. "Minum dulu biar gak gugup," ucap Rey yang mengambil satu gelas minuman untuk mengawali agar Lova mengikutinya juga. Lova mengangguk dan ikut mengambil minuman di meja lalu menyeruputnya dengan nikmat. "Kamu jangan panik. Slow aja, kayak kita beneran pacaran. Jadi terlihat wajar ..." bisik Rey mendekat ke Lova. Lagi -lagi Lova hanya bisa mengangguk kecil sambil meletakkan gelas minuman itu. Dad4nya bergemuruh, jantungnya berdetak dengan kencang membuat napasnya agak sesak sedikit. Tak berselang lama, Sela dan David pun muncul dari arah dalam. David terlihat serius menatap Rey dan Lova secara bergantian. "Wah calon mantu ..." ucap David terkekeh langsung mengulurkan tangan ingin berkenalan dnegan Lova. Spontan Lova berdiri dan membalas uluran tangan dari David. "Lova Om ..." ucap Lova dengan suara rendah dan sopan. "Saya David, papanya Rey. Kalian kenal dimana? Bukan pacar kontrak kan?" tuduh David sambil tertawa lebar membuat Lova spontan melirik ke arah Rey. Deg! Rey menangkap kepanikan Lova yang mendadak melihat ke arahnya. Tentu saja, kata -kata Papa Rey itu sangat berarti sekali. Seolah, Papa Rey tahu apa yang sedang terjadi diantara Rey dan Lova. David dan Sela masih menatap ke arah Lova yang terlihat bingung. Lalu duduk di sofa yang ada di seberang Lova dan Rey. "Duduk Lova ..." titah Sela pada Lova. "Ohh ... Iya Tante .." jawab Lova agak gugup. Lova kembali duduk dan diam melirik Rey kembali. Entah ia harus biacara apa sekarang. Rey merapatkan tubuhnya di samping Lova lalu merangkul pundak Lova. "Dia ini mahasiswi Rey. Semester lima," jelas Rey begitu lantang. "Hmmm ... Jadi ini hubungan anatar Pak dosen dan mahasiswinya. Kayak di novel -novel dong ..." ucap David kembali terkekeh. "Pa ... Lova ini pendiam. Jangan di godain mulu," jelas Rey membela lOva. "Iya Pa. Nanti malah gak betah, bakal jarang main kesini. Kapok. Lova mau tante masakin apa?" tanya Sela kemudian. "Eum ... Gak usah Tante. Jangan repot -repot. Tadi Pak Rey sudah ajak Lova makan. Nanti Mama Lova juga pasti masak makan malam. Gak enak kalau gak makan dirumah juga," jelas Lova jujur. "Ohh ... Rumah kamu dimana? Kirain anak kos dari perantauan," ucap Sela lagi. "Bu -bukan kok. Saya tinggal dirumah orang tua. Kalau dari sini ya sekitar setengah jam," jelas Lova lagi. "Sering -sering main kesini. Kalau weekend kesini juga. Biar nanti dijemput Rey dan kita bisa bakar -bakaran di samping rumah," jelas Sela begitu semangat. Maklum Sela hanya bisa memiliki satu anak saja, dan itu Rey. Setelah Rey lahir, rahimnya terpaksa diangkat karena ada penyakit keras. Jadi impiannya memiliki anak perempuan tidak terwujud dan hanya bisa ia dapatkan dnegan memiliki menantu seperti Lova. Bertemu Lova pertama kali, langsung membuat Sela jatuh hati. Ia seperti memiliki anak perempuan yang cantik, imut, menggemaskan. "Iya Tante ..." jawab Lova masih terasa canggung. "Eum ... Tante masak dulu. Dan kamu harus cicipin dikit aja. Kalian ngobrol dulu sama Om David. Tapi hati -hati, Om David ini suka iseng ..." ucap Sela menasehati Lova. "Mama .... Apa -apaan sih. Emang papa kayak gitu?" desis David dengan bibir maju ke dpean. Seperti anak kecil yang sedang merajuk pada ibunya. "Uluh ... Bayi besarku, kenapa bibir kamu dimonyongin begini. Kan bikin gemas. Tugas Papa, jagain menantu mama biar Rey gak macem -macem," titah Sela yang kemudian berdiri dan berjalan masuk ke adalam dapur. Lova menahan senyum. Pemandangan tadi adalah drama yang paling seru. Lova sanagt senang dengan pasanagn suami istri yang di usia tuanya masih terlihat romantis dan hubungannya hangat. Rey hanay menggeleng -gelengkan kepalanya saja. Ia tahu, sifat papanya yang sangat manja pada mamanya. Makanya, Rey iri pada David dan menginginkan memiliki istri yang bisa diajak bercanda dalam segala situasi. Kalau istilah sekarang itu, satu frekuensi. "Jangan kaget Lova. Om dan Tante memnag begini. Maklum sudah tua, hanya tinggal berdua saja. Paling sama perjaka tua kayak Rey. Biar dia iri sekalian. Om dan Tante itu sudah pengen gendong cucu," ucap David dengan serius. Lova yang sedang minum pun langsung terbatuk -batuk. "Hati -hati, sayang ..." ucap Rey cepat mengambil tisu sambil mengelap air yang muncrat ke dekat dagu Lova. "Duh ... Maaf. Kamu gak terima kalau Om panggil kekasihmu perjaka tua?" tanya David sambil terkekeh. "Eh ... Enggak Om ... Anu ... Lova aja yang gak hati -hati," jelas Lova cepat. "Lova bisa sendiri," ucap Lova lagi, semakin gugup. Lova mengambil alih tisu di tangan Ry dan ia mengelap bagian dagu yang masih basah. Cakra, mantan Lova tidak semanis ini perlakuannya. Lebih tepatnya, mereka jarang makan bersama. Selama mereka pacaran hanay sebatas ketemu di Kmapus, antar jemput ke Kampus dan ngobrol di Rumah Lova. Itu pun jarang Cakra lakukan. Cakra terlalu sibuk dengan organisasi dan genk motornya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN