7

1035 Kata
Satu jam berlalu. Lova semakin bisa beradaptasi dengan keluarga Rey yang ternyata sangat asyik sekali. Berbeda dengan keluarganya yang juga sibuk luar biasa. Papanya sibuk mengurus perusahaan dan ibunya sibuk dengan toko roti serta kumpulan dengan teman -teman sosialitanya. Kini Lova ikut membantu Sela, mama Rey di dapur. "Tante ... Boleh Lova bantu?" tanya Lova yang baru keluar dari kamar mandi dan langsung menuju dapur. Sela menoleh ke belakang dan tersenyum lebar pada Lova sambil mengangguk kecil, bahwa ia setuju dengan permintaan Lova. "Sini sayang ... " ajak Sela agar Lova mendekatinya. Lova pun mendekati Sela dan melihat apa yang sedang dimasak. "Tante masak ayam panggang?" tanya Lova saat melihat Sela membolak balikkan ayam di atas pan. "Iya. Kamu suka?" tanya Sela pada Lova. "Suka. Lebih cantik lagi kalau diatasnya diberi wijen," ucap Lova pada Sela. "Oh ya? Kayaknya tante punya. Coba tolong lanjutkan. Biar Tante cari wijen di lemari makanan," jelas Sela yang meninggalkan dapurnya menuju lemari penyimpanan makanan. Sela mengangguk dan mulai membolak balikkan ayam itu dengan luwes. Lova memang tidak begitu pandai memasak. Tetapi ia sering melihat asisten rumah tangganya memasak dan mengobrol bersamanya saat dirumah terasa sepi. Seseklai, Lova membantu saja. "Kamu bisa masak?" tanya Sela melihat Lova yang begitu santai memasak. Terlihat lincah dan sudah biasa. "Ahh enggak kok Tan. Cuma sering lihat bibi masak dirumah," jelas Lova lagi. "Sesekali main kesini nanti kita masak bareng ..." pinta Sela pada Lova. "Iya Tan. Nanti pasti Lova main kesini," jawab Lova dengan pasti. Lova mengangkat ayam -ayam panggang itu dan dirapikan di atas piring saji lalu diberi wijen agar tamilannya cantik. Waktu memang belum menjelang malam. Tapi, Lova tidak bisa lama -lama main ke rumah Rey. Orang tuanya pasti akan segera menyuruhnya pulang. David, Sela, Rey dan Lova sudah duduk di atas kursi makan mengelilingi meja makan yang berbentuk bundar itu. Sore ini jam makan malam dimajukan. Keemaptany bercerita denagn seru. Lova sendiri mulai terbiasa dengan obrolan yang semakin membuatnya semakin dihargai di keluarga ini. Pukul setengah tujuh, Lova minta pamit pulang. Dan Rey akan mengantarkan Lova. Lova pamit kepada David dan Sela. Kini, Rey dan Lova sudah berada di mobil. Keduanya saling diam sejak tadi setelah Lova memberikan alamat rumahnya. Kebetulan selama dalam perjalanan juga hujan deras. Kedua mata Lova semakin lama semakin terasa mengantuk. "Terima kasih sudah membantu aku, Lova," ucap Rey dengan tulus. Merasa diajak bicara, Lova pun menoleh ke arah Rey dan tersenyum. "Sama -sama Pak Rey," jawab Lova singkat. "Kamu punya pacar?" tanya Rey mulai membuka pembicaraan. "Baru putus," jawabnya singkat. Lova membenarkan letak duduknya dan kini pandangannya sesekali melihat ke arah Rey dari samping. Dosennya itu cukup tampan dan keren. Sedikit masuk dengan kriteria Lova. Sayangnya, udia Rey tidak seumuran dengan Lova. Jadi mana mungkin usia yang sudah matang bisa satu ferkuensi dengan Lova. Cakra saja yang usianya hanya satu tahun lebih tua dari Lova, hanya memikirkan nafsu saja. Apa memang semua begitu? "Putus? Kenapa?" tanay Rey lagi. Ia semakin penasaran dengan Lova. Menurut Rey, Lova semakin lama semakin menarik. Padahal ia baru dua hari mengenal Lova. Tapi, melihat cara Lova memperlakukan kedua orang tuanya dengan hormat dan sopan. Rey tahu, Lova adalah wanita baik dan tulus. Ditambha lagi, Mama Sela sepertinay menyukai Lova. "Dia selingkuh Pak. Kayaknya semua laki -laki itu begitu. Cuma nafsu yang dikedepankan," jelas Lova sedikit emosi. Kejadian antara Cakra dan Siska itu masih terngiang di memori otaknya. Ia melihat bagaimana Cakra menindih tubuh polos Siska dan menggerakkan pinggulnya dengan nikmat. Saat itu, Lova tidak langsung berteriak. Ia melihat hal itu dengan lama. Bukan hanya takjub, tapi melihat pasti gaya pacaran para mahasiswa masa kini yang hanya mnginginkan tubuh dan kenikmatan. "Kata siapa. Gak semua lelaki seperti itu. Ada juga lelaki yang baik yang malah diselingkuhin oleh kekasihnya karena sesuatu hal," ucap Rey dnegan nada tinggi. "Oh ya? Itu berarti lelakinya aja yang gak bersyukur kalau perempuannya sampai selingkuh. Mungkin cowok itu pelit, kasar atau main tangan," jelas Lova dengan cueknya. Rey melirik ke arah Lova. Kalau soal beginian, tetap saja yang akan disalahkan pihak laki -laki. Karena sudut pandang LOva saat ini adalah kecewa. "Hmmm ... " jawab Rey singkat. Sepertinay ia salah membuka pembicaraan. Malah berakhir berdebat yang ada. Lova melirik ke arah Rey yang mendadak diam dan fokus pada jalan raya. Hujan deras menutup semua aspal hitam menjadi basah. Hawa di dalam mobil menjadi sangat dingin sekali. "Bapak gak punya pacar?" tanya Lova kemudian. Tadi ia mengantuk. Gara -gara membicarkan selingkuh, ia menjadi panas lagi. Ditambah mengingat keburukan Cakra yang baru -baru ini terjadi. Rey spontan menoleh ke arah Lova yang sedang menatapnya lekat. Lova sedang menunggu jawaban Rey. "Enggak." Suaranya tegas dan begitu lantang. "Gak pernah pacaran?" tanya Lova hati -hati. Lova semakin inten menatap Rey. Ia penasaran, masa iya, lelaki tampan dan hebat seperti Rey tidak pernah pacaran. "Pernah," jawab Rey singkat. "Berapa kali?" tanya Lova semakin kepo. "Sekali," jawabnya pasrah. "Sekali?" tanya Lova sambil mengacungkan jari telunjuknya di depan wajahnya sendiri. Masa iya, lelaki se -keren Rey hanya pernah berpacaran sekali saja. "Kenyataannya gitu," jawab Rey singkat. Lova hanay menganggukkan kepalanya kecil. Lalu ia menatap Rey kembali seolah ada hal yang ingin ditanyakan lagi "Berapa lama? Kapan pacarannya? Kenapa putus?" Lova memberondong pertanyaan kepada Rey. Mendengar beberapa pertanyaan keluar dari mulut Lova, Rey pun terkekeh. "Kenapa mahasiswi ku ini kepo sekali," ucapnya terkekeh. "Dih ... Bukan kepo, tapi cuma mau tahu aja," jelas Lova melipat kedua tangannya di depan dad2 dan ekmbali menatap jalanan yang basah dan hujan rintik yang jatuh dnegan lebat. Rey melirik ke arah Lova dan tersenyum kecil. Lumayan seru Lova itu. "Oke ... Saya akan cerita. Tapi kamu juga harus cerita kenapa kamu putus sama pacar kamu. Biar adil," jelas Rey lagi. LOva mengagguk setuju tanpa melihat ke arah Rey, "Oke. Bapak dulu." "Dimuali dari mana ya ..." ucap Rey tertawa lebar. Kisah cintanya sudah tertutup rapat sejak dua tahun yang lalu. Entah yang bodoh siapa, kenyataannya mereka sudah berpisah setelah pacarn lima tahun lamanya. "Mau cerita gak? Kalau berat ya gak usah," ucap Lova dengan sabar. Ia tahu, menceritakan kisah yang buruk itu memerlukan effort yang kuat. "Aku bakal cerita kok. AKu juga butuh teman cerita," ucap Rey kemudian. "Hu um .. Rahasia bapak aman ditangan saya," jelas Lova lantang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN