Hanya Pura-Pura

1619 Kata
Seorang wanita berjalan dengan penuh percaya diri. Ia berhasil membobol brankas di sebuah kasino milik mafia bernama Edzard Elvano. Kehilangan setumpuk uang yang ada di brankas tentu tak akan membuat pria itu jatuh miskin. Sekelas brankas mewah dan canggih milik Elvano saja bisa ia bobol bersama gengnya. Ia memiliki tim yang sudah ahli dalam membobol bank atau brankas. Mereka punya alat canggih, IT yang cerdas dan anggotanya semua bergerak cepat serta pandai ilmu bela diri. Brankas yang dikelilingi CCTV, terletak di bawah tanah. Diamankan bagian dalamnya oleh brankas dari bahan kaca yang memiliki sandi khusus, diamankan juga oleh brankas besar yang menyimpan brankas kaca itu. Jika masuk dari brakas besar ke brankas kaca, harus melewati halang rintang berupa laser dulu. Sinar laser mampu membakar dan memotong apapun yang melewatinya. Dari lorong lantai atas menuju lantai bawahnya saja harus menaiki lift khusus yang sandinya menggunakan fingerprint sang pemilik. Pembangunan brankas ini saja memakan waktu enam bulan. “Ayo kita pergi!” ajaknya pada sopirnya. Gadis ini keluar lewat jalan lain di kasino itu lalu mengganti bajunya dengan cepat. Baju awal yang ia kenakan saat merampok sudah ia bakar di tong sampah.  Elvano adalah mafia yang memiliki kasino besar di Kota New York Amerika Serikat. Kasino itu sekaligus merupakan tempat jual beli senjata secara ilegal, tentu jika bukan aparat kepolisian atau keamanan negara tidak boleh memiliki senjata berbahaya, dia menjualnya secara diam-diam pada orang-orang besar dan berada di dunia hitam. Dia sangat ditakuti banyak orang karena bisnisnya ini. Elvano bisa hidup makmur karena keuntungan dari hasil penjualan barang itu mencapai jutaan dolar setiap harinya. Elvano emosi karena keamanannya berhasil diretas oleh hacker dan uangnya banyak yang raib. Brankas yang dirancang canggih dan letaknya di bawah tanah telah berhasil dibobol. Elvano sampai susah tidur karena berambisi ingin menangkap pelaku perampokannya. Dia curiga ini adalah ulah seseorang yang ingin menjatuhkan bisnisnya dan membuat Elvano miskin. Pria bermata biru ini berdiri di depan kaca. Ia berkebangsaan Amerika Serikat. Tingginya 180 cm. Kulitnya yang putih bersih dihiasi bulu ala orang Amerika di bagian d**a, betis, dan tangan. Bagian pipi juga memiliki bulu halus yang memukau. Hidungnya mancung dan mata indah. Wanita mana yang tak tertarik pada Elvano saat pertama kali bertemu? Mata indah bersorot tajam dan tubuh yang atletis itu selalu berhasil menghipnotis kaum hawa untuk bertekuk lutut di hadapannya. Sedangkan kaum pria kebanyakan takut dan tak mau berurusan dengannya. Elvano terkenal kejam dan pintar berbisnis. Hari sial Elvano adalah kemarin malam. Ia kesal karena uangnya banyak dicuri orang. Uang hasil menjual barang pun habis tak tersisa. Sekarang dia harus putar otak agar bisa kembali mendapatkan banyak keuntungan dan bertambah kaya raya. Tubuh tinggi Elvano kini dipasangi jas warna hitam dan tangannya dipasangkan jam. Pria ini akan menghadiri sebuah pesta sekaligus mencari orang yang merampoknya kemarin. Siapa tahu wanita itu ada di pesta tersebut dan berniat merampok juga.   “Silahkan masuk, Tuan.” Sopir Elvano membukakan pintu mobil. Elvano duduk di mobil mewahnya yang berwarna hitam. Dalam beberapa menit, ia sampai di lokasi pesta bisnis milik pengusaha besar di daerah ini. Elvano memiliki perusahaan di negara ini sebagai kedok pekerjaan dan bisnis gelapnya. ☆☆☆ Wajah cerah Elsa mengiringi kedatangannya di Amerika. Malam ini, ia telah membuat janji temu dengan klien penting. Suatu prestasi baginya bisa sampai di negara ini dan memiliki klien dari internasional. Berarti perusahaannya lebih unggul dari perusahaan milik kedua kakaknya. “Yeayy! Gue bebas dari dua kakak yang menyebalkan dan kota Jakarta yang penuh polusi!” Elsa benar-benar senang berhasil berangkat tanpa didampingi oleh salah satu kakaknya dan tanpa asisten. Sepertinya, sendirian di negara orang akan menjadi kegiatan yang menyenangkan. “Hmmm, gue juga bebas dari cowok yang menyebalkan itu. Saatnya move on, Elsa!” Elsa sedang menata masa depan baru. Ia ingin menghapus jejak pria tampan namun berengsek itu, biarpun pria itu memiliki perusahaan yang lebih besar dari Perusahaannya. Ia bukan perempuan yang silau pada harta. “Ayo dandan cantik untuk pergi ke pesta klienmu!” Elsa membuka koper dan mengeluarkan gaun serta peralatan make up-nya. Ia segera mandi dan berdandan. Hotel yang ia tinggali cukup mewah dan letaknya di pusat kota. Elsa akan mudah mencari wisata kuliner dan berjalan-jalan di antara pertokoan. Ia sudah tak sabar ingin belanja tas-tas merk terkenal dan barang mewah lain. “Aku rasa cukup!” Elsa memperhatikan wajahnya di depan kaca. Ia hanya menggunakan riasan tipis dan gaun berwarna cokelat. Elsa yang sudah berpenampilan anggun pun naik taksi untuk mencapai gedung tempat pesta malam ini. Mobil yang mengantar Elsa berhenti di depan sebuah gedung mewah. Ada dua orang pria kekar yang berjaga di depan jalan. Mereka juga membawa alat pendeteksi. Alat tersebut bisa mengetahui apakah tamu membawa benda yang membahayakan seperti senjata atau barang berbahaya lain. Elsa berjalan anggun seperti gadis dari kalangan atas. Kaki jenjangnya dialasi high heels berwarna cokelat setinggi sepuluh senti. Rambutnya digerai dan ditata lurus rapi. Ia hanya membawa dompet kecil dan ponsel saja. “Selamat datang. Undangannya mana, Nona?” Seorang petugas menyambut Elsa dengan ramah. Orang tersebut ingin melihat undangan digital milik Elsa. Tentu yang boleh masuk hanya orang-orang yang memiliki undangan saja. “Ini.” Elsa menunjukkan undangan di ponselnya.  “Silahkan scan undangannya di sini,” ujar sang petugas. Elsa kemudian memindai kode undangan itu sebagai pengganti absensi tamu undangan yang biasanya ditulis tangan.  “Terima kasih!” ucap petugas, lalu mempersilakan Elsa masuk. Elsa baru saja ingin melangkah masuk, namun ada suara seorang pria memanggilnya. “Elsa!” teriak pria itu dan ia pun menerobos masuk. Dua penjaga terpaksa menahan pria itu dan memeriksanya. Setelah tidak menemukan kejanggalan, mereka membiarkan pria itu masuk. Pria yang mengenakan kemeja hitam itu pun mendekat ke Elsa. Gadis itu segera mengenali pria itu. “Dani! Kenapa bisa ada di sini?” tanya Elsa heran. Ia jauh-jauh ke Amerika untuk urusan bisnis dan melupakan Dani, mantan pacar yang selingkuh itu. Ternyata sekarang ia malah bertemu dengannya di sini. “Aku ke sini untuk mencarimu!” ujar Dani. ia rela jauh-jauh ke Amerika untuk menyusul Elsa untuk memperbaiki hubungan mereka.  “Idiih! Kita sudah jadi mantan kekasih, ya. Aku nggak mau punya cowok yang berengsek seperti kamu.” Elsa masih merasa jijik setiap teringat peristiwa perselingkuhan Dani. Siapa yang mau jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kali? “Ayolah, Cantik. Daripada jomlo, lebih baik kembali membina hubungan bersamaku! Aku tahu kau masih sangat mencintaiku.” Dani sungguh percaya diri. Ia beranggapan Elsa akan bertekuk lutut dan mau kembali bersamanya. “Enggak mau!” Elsa mantap menggelengkan kepala. Entah punya dosa apa Elsa, dalam menjalin hubungan dengan seorang pria, ia selalu gagal. Mungkin karma kakaknya yang playboy terimbas padanya. Kurang apa Elsa? Ia cantik, kaya, baik, dewasa, mandiri. Mengapa para pria itu tetap saja mencampakkannya? Sungguh sial! Pacar pertama Elsa merasa minder karena Elsa terlalu kaya. Mantan kedua malah keenakan karena Elsa kaya. Ia memanfaatkan Elsa agar hidup enak. Mantan ketiga kasar dan terlalu mengatur. Mantan keempat terlalu posesif dan tak mau Elsa menjadi lebih sukses. Mantan kelima ternyata penyuka sesama jenis yang hanya menginginkan Elsa sebagai kedok perilaku menyimpangnya. Mantan keenam malah menduakan Elsa. Walau sudah diputus, tetap kekeh menyusul ke Amerika.  “Aku sudah meninggalkan dia dan ingin kembali padamu!” Dani tidak bodoh. Ia hanya menikmati tubuh wanita kelab malam itu sesaat saja. Untuk jangka panjang, jelas ia memilih Elsa yang kaya dan pintar usaha. “Aku udah nggak mau!” sentak Elsa. “Kamu kan masih sendiri.” Dani berusaha membujuk. Ia percaya Elsa tak bisa hidup tanpa dirinya. “Siapa bilang?” Elsa yang mendengarnya pun ingin muntah. Elsa memang begini. Bila sudah cinta, ia akan mencintai pria itu dengan tulus. Namun bila disakiti, tak ada ampun. Ia tak sudi memberi kesempatan kedua. Elsa malas terus meladeni Dani. Ia melihat ada seorang pria gagah yang akan masuk. Elsa spontan menariknya agar mereka terlihat sebagai pasangan kekasih. “Dia kekasihku. Silahkan berkenalan!” Elsa pura-pura mempunyai pacar bule. “Hah?” Pria yang baru datang dengan mobil mewah itu pun melirik Elsa, tapi sang gadis malah sedang menatap tajam pada mantan kekasihnya. “Dia kekasihmu yang baru?” tanya Dani seolah tak percaya Elsa mendapatkan pria yang lebih baik darinya. “Iya!” Elsa mengangguk penuh keyakinan. Beruntung pria yang ia gandeng tidak berontak atau marah di depan Dani. Mungkin sang pria sudah pintar membaca situasi dan kondisi sehingga bisa membaca bahwa Elsa hanya meminta dia untuk menolongnya agar terbebas dari hama yang satu ini. “Iya, kan, Sayang?” tanya Elsa sembari tersenyum manis pada sang pria. “Iya!” Pria itu pun mengangguk dan menatap Dani. Tatapannya tajam dan menyeramkan, mengubah atmosfer menjadi dingin. Nyali Dani pun menciut seketika. Untung Elsa dapat orang yang tepat untuk menakut-nakuti Dani. Sepertinya lebih menyeramkan dari setan. “Sana pergi. Kamu pasti nggak ada di daftar tamu.” Elsa mengusir mantan kekasihnya itu dengan gaya sombongnya. “Pak, tolong usir orang ini! Dia menggangguku!” Elsa bahkan meminta penjaga untuk mengusir Dani. “Baik, Nona. Maafkan atas ketidaknyamanan ini.” Para penjaga meminta maaf dan menarik paksa Dani. Saat Dani sudah tak ada, Elsa buru-buru melepaskan tangan yang sedari tadi merangkul lengan si pria bule tampan. “Maaf, Pak.” Elsa menunduk sopan dan tak mau melihat ke pria tampan ini. “Maaf karena tadi aku berbohong bilang bahwa kau adalah kekasihku!” Elsa malu, wajahnya akan disimpan di mana, coba? “I ….” Pria itu mau berbicara tapi perkataannya dipotong oleh Elsa “Maaf sekali. Maaf, maaf!” Elsa memohon ampun dengan bahasa Inggris. “Si—” Orang itu mau berbicara lagi, tapi Elsa memotongnya kembali. “Maaf, Pak. Saya permisi. Lain kali tak akan mengulanginya lagi.” Elsa tak mau lama-lama, nanti yang ada malah semakin malu. “Wanita yang aneh,” gumam si pria bule.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN