Salah Sasaran

1278 Kata
Elsa merasa malu sekali atas kejadian di pesta. Meski begitu ia tetap profesional, berbincang-bincang dengan klien dan berbaur di kerumunan para tamu undangan. Saat melihat postur tubuh tamu yang mirip dengan pria tadi, Elsa langsung menghindar dengan cara berpindah tempat. Ia malu jika bertemu lagi dengan pria itu. Rasanya Elsa ingin operasi plastik saja agar wajahnya berubah dan tidak dikenali lagi, atau jika ada topeng, lebih baik dia pakai penutup wajah saja.  Penampilan serta sikap Elsa ternyata disukai oleh klien dari Amerika ini. Elsa merasa menjadi orang paling berhasil karena bisa berbaur dengan orang luar, ini sebuah prestasi untuknya yang merupakan anak satu-satunya dari keluarga Ahmad dan terkenal manja. Sayangnya, hati Elsa sempat bersedih karena entah kenapa si cowok pengganggu bisa sampai di negara ini dan membuat kegaduhan. Mungkin Dani mengetahuinya dari sang sekretaris atau dari pegawai lain. Jika bukan karena Dani, ia tidak akan bertindak bodoh dengan pura-pura mempunyai pacar bule. Pria bule tadi bak malaikat saja, menolong saat situasi genting. Jika tanpa pria itu, mungkin Dani tak akan pergi. Elsa seharusnya mengucapkan terima kasih, namun karena gugup, ia malah mengucapkan maaf saja. “Elsa …. Elsa. Jangan sampai bertemu dengan pria itu lagi, malu! Muka lo mau di taro dimana, hah?”  Doa Elsa terkabul. Dari awal sampai selesai pesta, ia tak bertemu sang pria. Elsa pulang dengan perasaan lega sekaligus senang, walau sedikit terselip rasa bersalah dan sedih. Ia senang karena berhasil membuat proyek besar dan berhasil mengusir Dani. Bersalah karena membawa orang lain pada masalahnya. Sedih karena takut Dani datang lagi.    Keesokan harinya, suasana hati Elsa telah membaik.Cuaca pagi itu pun sangat cerah sehingga sangat mendukung semangat Elsa menyala lagi. Ia segera mandi dan berdandan karena ingin pergi ke store Louis Vuitton, Gucci dan Hermes. Bila membeli di Amerika langsung, barang yang didapat pasti asli, bukan KW super. Di Indonesia banyak barang branded yang dijual mahal dengan harga asli. Padahal kenyataannya cuma barang murah alias KW super yang nyaris persis seperti aslinya. Banyak orang yang tertipu serta merasa dirugikan. Jadi, mumpung sedang di Amerika, Elsa ingin membeli beberapa barang dari merek favoritnya. Ternyata oh ternyata, banyak turis yang ingin masuk ke store LV sampai banyak yang antre di luar. Store sengaja tak menerima semua orang masuk agar yang berbelanja lebih leluasa. Elsa ikut berdiri dalam antrean dengan sabar. Setelah lama menunggu, akhirnya Elsa bisa masuk diikuti oleh seorang wanita yang mengantre di belakangnya. Mereka berdua ternyata memilih dan memakai baju merk LV juga. Dari atas sampai bawah, wanita itu meniru semua yang dipilih dan dibeli oleh Elsa. Wanita itu pun membayar dan masuk ke dalam lagi, berpura-pura ada barangnya yang tertinggal. Sementara Elsa yang melihat tingkah wanita itu menjadi kesal. Ia langsung pergi. “Nyebelin ih, semua yang dia beli sama kayak punyaku!” Baju mereka sama-sama dres berwarna merah, menggunakan ikat pinggang warna hitam, jam tangan berwarna cokelat, sepatu high heels hitam dan tas sling bag warna cokelat. Benar-benar meniru seratus persen. Elsa berjalan sendirian menyusuri lorong yang sepi untuk kembali ke hotel. Tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Kepalanya tertutup dan tiba-tiba Elsa sudah berada di suatu tempat asing. Jantung Elsa bergemuruh sangat kencang. Ia takut diculik oleh orang jahat lalu diperkosa. Otaknya berpikir keras siapa dalang penculikan ini. Jangan-jangan Dani orangnya. Elsa mencoba berpikir positif meski itu hal yang sulit. Saking gugupnya, telapak tangan Elsa sampai mengeluarkan keringat dingin. Elvano tak hanya punya kasino dan perusahaan properti saja. Ia juga punya perusahaan penyedia jasa keamanan. Bodyguard yang dilatih di tempatnya sering disewa oleh petinggi negeri. Pada malam itu, bodyguard dari perusahaannya berhasil menemukan, mengikuti serta menangkap wanita yang dicurigai sebagai pencuri di kasinonya tempo hari. Elvano pun ingin memastikan pekerjaan anak buahnya benar atau tidak. Penutup kepala Elsa pun dibuka. Alangkah kagetnya Elvano saat melihat siapa yang anak buahnya tangkap. Ia tak percaya pencurinya Elsa. Wanita menyebalkan yang entah berbicara dengan bahasa apa sambil melingkarkan tangannya pada tangan Elvano hari itu, padahal mereka tak saling kenal. “Apa benar kau yang mencuri uang di kasinoku?” tanya Elvano dengan tatapan begitu tajam. Pedang samurai saja kalah tajam. Padahal malam itu dia sempat digoda dan melihat wajah si pelaku, tapi karena mabuk dia jadi sedikit lupa akan wajah gadis itu. “Siapa kamu? Kenapa menuduhku mencuri?” ternyata Elsa bukan diculik, tapi ditangkap karena dicurigai sebagai pencuri. Boro-boro mencuri, harta kekayaan keluarganya saja tak akan habis dimakan tujuh turunan. Untuk apa Elsa berbuat hal kotor seperti itu? Mau ditaruh dimana wajahnya nanti saat nama baik keluarga tercemar hanya karena hal sepele seperti mencuri? “Bodyguard-ku menangkapmu karena kau yang mencuri isi brankasku.” Elvano pun menjelaskan kronologisnya.  Elsa yang memandang Elvano, tak percaya nasibnya sedemikian buruk. Ia datang ke negara ini hendak menyelesaikan urusan bisnis. Mengapa sekarang ia malah ditangkap dan diperlakukan bak maling ayam? Sungguh tak sopan. “Uang? Kasino?” Elsa semakin tak mengerti. Ia bahkan tak pernah masuk ke tempat yang bernama kasino. Menyambangi bar saja bisa dihitung dengan jari. Orang di hadapannya ini berlagak kaya karena punya kasino. Sombong sekali!  “Amit-amit! Tidak ada keturunan pencuri di keluargaku. Mana mungkin aku mencuri?” Elsa membela diri meski perkataannya tak mudah dipercaya oleh Elvano. “Apa buktinya?” tanya Elvano sambil melemparkan tatapan dingin lagi. Ia sangat irit berbicara. Bertanya pun hanya seperlunya saja. “Sebaliknya, Tuan, Anda menangkap saya. Apa buktinya saya mencuri?” tanya Elsa balik. Masa ia dituduh mencuri dan mau dipenjarakan tanpa ada bukti kuat? Benar-benar orang ini gila! “Saya datang ke negara ini hanya untuk urusan bisnis dan berbelanja, bukan untuk mencuri. Enak saja menuduh yang tidak-tidak!” tambah Elsa lagi sambil bermode ketus dan ngegas dengan bahasa Inggris. Elvano pun ingin mendapat bukti kuat bahwa Elsa benar-benar bukan gadis yang mencuri uang di brankasnya. “Tunggu di sini, Nona. Para bodyguard-ku akan menyelidiki dulu apakah ucapan Anda benar atau tidak.” “Lepaskan dulu tanganku! Anda sudah salah tangkap, seharusnya Anda malu!” Elsa memajukan lengannya yang terikat tali. Elvano menyilangkan tangan di depan d**a. “Kami konfirmasi dulu. Jika Anda penipu, kami akan menyerahkan Anda pada kepolisian.” Pria tampan bermata biru ini pun meninggalkan Elsa sendirian. Ia sudah siap mengambil tindakan jika benar Elsa adalah seorang pencuri. Ia sabar menunggu hasil penyelidikan yang dilakukan IT-nya. IT tersebut melihat daftar penerbangan dan daftar turis yang menginap di hotel terdekat.  Data yang ditemukan membuat IT tersebut mengeluarkan keringat dingin. Ia takut dimarahi dan semua timnya dipecat. “Tuan!” panggilnya pada Elvano yang sedang duduk mengusap-usap benda pipih berbentuk persegi panjang menggunakan kedua jempolnya. “Bagaimana hasilnya?” tanya Elvano sambil menoleh pada karyawannya. Elvano mendekat ke arah komputer dan ingin melihat hasil penemuan karyawannya. “Ternyata benar yang ia ucapkan. Dalam data ini, dia baru sampai saat anda mengalami kejadian kemalingan itu.” Petugas itu menunjuk layar komputernya. “Maaf, kami salah tangkap. Mungkin perempuan itu menyamar dengan berpenampilan sama dengan nona itu untuk mengelabui kami.” Sang petugas menunduk, pasrah bila Elvano menghukumnya.  “Sialan! Kalian bisa kerja tidak?” Elvano menendang kursi yang diduduki karyawannya. “Maafkan kami!” Orang ini sampai turun dan bersujud di kaki Elvano. “Sudah tak berhasil menjaga brankasku sampai kemalingan, sekarang malah salah tangkap pelaku perampokannya! Bodoh! Kalau begini caranya, mana ada yang memakai jasa bodyguard kita lagi?” Bos macam apa dia, sudah sukses punya kasino, perusahaan propertinya juga sukses tapi bisnis bodyguard gagal. Elvano emosi dan ingin menghukum semua karyawannya. Semua dianggap tak becus. Mungkin mereka kurang aqua sehingga kerjanya tak fokus. “Sekali lagi maaf, Tuan.” Anak buah Elvano memohon ampun. Nyawa mereka di ujung tanduk. Tempat ini bisa hancur bak terkena gempa tektonik bila Elvano mengamuk. “Siaaaal! Gara-gara kalian, aku harus meminta maaf pada wanita itu,” rutuk Elvano.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN