Part 4

917 Kata
"Kinera, kemeja saya sudah kamu setrika?" Aku benar-benar tak habis pikir dengan Pak Arvian, sepertinya dia sudah mengganggap aku sebagai asisten pribadinya. "Sudah saya gantung di lemari Pak." "Sarapan saya sudah jadi?" "Bawel. Mending Bapak buruan mandi deh dari pada nanya mulu." Pak Arvian tertawa mendengar ucapanku, "Masih pagi Kin, jangan cemberut gitu, entar cepat tua." Aku lagi-lagi hanya bisa menghela napas. Kesan pertamaku terhadap Pak Arvian itu benar-benar buruk, ia itu pemarah dan judes. Namun kesan yang kudapat setelah menjabat sebagai sekretarisnya Pak Arvian benar-benar bikin sakit kepala. Pak Arvian saat sedang bekerja dengan Pak Arvian saat sedang senggang itu benar-benar berbeda seratus delapan puluh derajat. Saat sedang bekerja, Pak Arvian terlihat sangat profesional. Berbicara irit dan tidak segan melontarkan kalimat tidak menyenangkan apabila ada kerjaan yang tidak memenuhi standarnya. Sedangkan ketika di luar pekerjaan, Pak Arvian itu sangat cerewet dan jahil. "Kin..." "Kenapa lagi sih Pak?" "Mie goreng lagi?" Aku menganggukan kepalaku, "Kenapa? Enggak mau makan?" Pak Arvian mengambil suapan pertamanya, "Belajar masak." "Nanti minta calon istri Bapak aja buat belajar masak, atau cari asisten rumah tangga. Jangan minta saya." "Saya kan mintanya kamu." "Bawel banget sih Pak." "Saya bawel juga demi kebaikan kamu." Aku menatap Pak Arvian dengan sendu, "Pak, jangan buat saya darah tinggi. Saya masih muda." Pak Arvian membalas ucapanku dengan senyuman yang sebenarnya tidak baik untuk kesehatan jantungku. "Kin, tolong cari informasi tentang perusahaan yang kemarin mengajukan kerja sama dengan kita, cari tahu juga siapa wanita yang datang mewakili perusahaan itu. Saya harap informasi itu bisa saya dapatkan sore ini." Titah Pak Arvian. "Danesha Group maksud Bapak?" Pak Arvian menganggukan kepalanya, "Dan juga tolong tinjau kembali kontrak yang mereka ajukan." Aku menganggukan kepalaku, "Bapak tertarik sama wanita itu ya?" Pak Arvian melirikku, "Mungkin." "Namanya Angel Tria Danesha, saya kenal soalnya dulu dia kakak tingkat saya. Orangnya cantik, baik, pintar, terus ramah. Menurut saya sih enggak pantas orang yang seperti malaikat gitu disandingkan dengan semacam iblis yang enggak punya hati." "Kamu sedang mengkritik saya?" "Tidak. Saya sedang mengulang dialog drama kesukaan saya." "Jangan bohong, mana ada dialog seperti itu." "Terserah. Nanti informasi yang Bapak minta saya kirim lewat email." "Hm." Tanganku langsung sigap memasangkan dasi Pak Arvian ketika ia tampak kesusahan memasang dasinya, "Pak, belajar pakai dasi yang benar dong. Masa gitu aja enggak bisa." "Semua mantan sekretaris saya tidak ada yang mengeluh untuk memasangkan dasi saya." "Saya pengecualian." "Untung kamu orangnya bisa diandalkan, jadinya ucapan kamu bisa termaafkan." "Maaf Pak sebelumnya, kalau bukan karena gaji yang lumayan besar, saya juga enggak mau menghabiskan waktu saya dengan Bapak, bikin emosi enggak stabil." Aku menghela nafas, sepertinya aku dan Pak Arvian sangat tidak cocok secara kepribadian. "Oh ya nanti saya izin ke kampus bentar ya Pak, mungkin jam satu sudah kembali ke kantor." "Hm." "Selain hm, enggak ada balasan yang lebih panjang?" "Suka-suka saya." *** Setelah menyelesaikan beberapa urusan di kampus, aku kembali ke kantor lebih cepat dari perkiraanku. Aku melirik meja tempatku biasa bekerja yang kini sedang ditempati Mbak Sisil. Tidak seperti biasanya, raut wajah Mbak Sisil menunjukkan bahwa ia sedang tidak dalam mood yang baik. "Kenapa Mbak?" "Sudah selesai di kampus?" Aku menganggukan kepalaku, "Mbak kenapa muka ditekuk gitu?" "Pak Arvian punya banyak wanita ya?" Aku menggeleng tidak tahu, "Mungkin." "Iya sih, wanita mana yang bisa menolak pesona Pak Arvian." Aku tertawa hambar, "Kelakuan minus gitu enggak cocok didambakan." Mbak Sisil tidak membalas ucapanku, matanya melirik ke arah belakang seperti hendak mengisyaratkan sesuatu. "Kenapa sih Mbak? Mata Mbak kelilipan?" "Siapa yang berkelakuan minus?" "Kucing saya Pak." "Sisil, kamu boleh kembali bekerja. Sisa kerjaan yang belum tuntas minta Kinera saja yang kerjakan." Setelah mendengar ucapan Pak Arvian, Mbak Sisil langsung undur diri untuk kembali ke ruangannya. Aku membelalakkan mataku, "Kok gitu sih Pak?" "Kamu mau bantah atasan kamu?" "Tapi kan ini tugas Mbak Sisil, kami sudah berbagi pekerjaan." "Mulai besok, Sisil tidak akan membantu tugas kamu lagi." "Kenapa?" "Suka-suka saya." "Pak." "Hm?" "Saya kayaknya mulai benci dengan kalimat suka suka itu." "Nanti tolong cari bunga." "Apa? Bapak mau bunga?" "Kirimkan bunga ke Angel." "Kenapa harus saya?" "Kamu sekretaris saya." "Kalau saya menolak?" "Potong gaji." "Enggak mau potong gaji." "Makanya jangan nolak." "Bapak tuh masih awam ya masalah percintaan?" "Memang kamu berpengalaman?" "Jangan ditanya lagi kalau soal itu mah. Nih ya, saya kasih tips. Dibanding ngirim bunga, mending Bapak ngirim kabar baik kalau kerja samanya sudah disetujui atau ngirim uang, tas, perhiasan." "Kirim uang itu kayaknya kemauan kamu." "Manusia mana yang mau menolak rezeki Pak." "Kamu yang aneh, biasanya wanita suka dikirim bunga." "Saya juga suka dikirim bunga." "Bunga apa?" "Bunga bank." Pak Arvian menjitak kepalaku, "Jangan salah pilih bunganya." Aku meringis sakit, "Pak! Ini namanya KDRT!" "Siapa yang ikut dalam rumah tangga kamu?" "Bodo amat, awas aja kalau Bapak nanti tertarik dengan saya." Pak Arvian sepertinya tengah memperhatikan penampilanku, "Saya suka wanita anggun, cantik, rapi, lemah lembut. Kamu jauh dari tipe saya." "Saya juga enggak mau dengan cowok pemarah terus bawel." "Ya sudah." "Jam empat nanti ada meeting dengan tim untuk bahas produk baru." "Hm." "Hm hm hm mulu." "Kenapa? Enggak suka?" Aku memaksakan diri untuk menampilkan deretan gigiku, "Suka kok Pak." "Bagus. Nanti saya transfer bonus kamu." "Bapak itu memang idaman semua wanita! Wish you luck, Pak." "Saya enggak mungkin gagal, tapi karena tadi kamu bilang kelakuan saya minus jadi saya urung transfer." "Nyebelin!" "Baru sadar?" Ujar Pak Arvian dengan nada menyebalkan. Ia tersenyum sangat puas melihat ekspresi kecewa terpatri di wajahku. "Awas aja nanti ditolak Mbak Angel!" "Enggak akan." "Terlalu percaya diri." "Itu kenyataan."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN