step by step

2250 Kata
"tidak... tolong, siapapun.. tolong..." kata akira yang kemudian terbangun dari mimpi mimpi buruknya. dengan tertatih dan napas tak beraturan, ia berjalan ke dapur, mengambil minum. sampai di dapur, bukannya minum, ia malah jatuh lemas.. dia meringkuk.. dia masih merasa takut atas kejadian yang ia alami., bahkan ia belum meminta maaf secara langsung ke zero, karenanya zeus mati, karna akira tau, betapa sayangnya zero pada zeus. mendengar seperti suara isak tangis., kakak akira, miyako, datang kearah sumber suara sambil membawa jungkat/sisir rambut. miyako berjalan mengendap-endap... dan sampailah di sumber suara... "@#$&&$@$@&£¥¢€^¢..." miyako merapal mantra, kemudian menyalakan lampu, dan kaget, ternyata itu adiknya, akira. "akichan, apa yang kamu lakukan disitu,.. ayo bangun.." ujarnya menghampiri akira yang terduduk. sadar bahwa akira sedang menangis karena suatu masalah..., miyako ikut duduk, kemudian memeluk akira, menepuk-nepuk punggungnya. "sudah, sudah... jangan menangis... apa yang bisa kakak bantu? hmm... sudah..." "... hiks hiks.." masih menangis, terisak. "... cup cup... sudah.. tenang... cerita ke kakak ya..." sambil terisak dan memeluk balik kakaknya, akira berbicara. "kak, aku... aku... benci dengan diriku sendiri..." "apa maksudmu... kakak tidak membencimu... kau adikku, adikku satu-satunya... jangan berkata seperti itu..." "aku, gara-gara aku.. temanku kehilangan keluarga yang ia sayangi kak..." "tunggu disini, kakak ambilkan minum." hendak berdiri, tapi dilarang akira, dan mereka kembali duduk, berpelukan. "keluarga, apa yang kau maksud? sudahkah kau minta maaf?" "bahkan aku tidak berani menemuinya.." "(berpikir sejenak), ini bukan tindakan kriminalkan?" mencoba berpositif thinking. "..." "kakak percaya sama akira, jadi bisakah akira cerita semuanya? agar kakak bisa membantumu, dan ayo kita minta maaf sama-sama." "...." malah melepas pelukannya kemudian berjalan, kembali ke kamarnya. "anak itu kenapa sih.." pikir miyako. miyako, kakak kandung akira, umur 25th, dia sudah bekerja sebagai seorang jurnalis di sebuah majalah ternama di kota. sebenarnya sudah agak lama, miyako curiga dengan keadaan adiknya,. suatu malam (beberapa minggu lalu), akira pulang larut malam, baju kotor dan nggak rapi, dianya juga acak-acakan gitu, saat ditanya, dia nggak menjawab, hanya berlalu kekamarnya. dan yang semakin bikin penasaran, yaitu bekas ruam di kedua pergelangan tangan dan kaki, seperti bekas ikatan (mungkin..), bahkan saat tidur, ia mulai sering mengigau minta tolong, seperti takut dengan sesuatu., dan semenjak saat itu ia jarang sekali bercanda dengannya, benar-benar berubah 180⁰. awalnya, miyako berpikiran positif,.. yah,.. biasa.. anak muda..., tapi lama kelamaan, melihat akira yang sering bangun tengah malam, menangis sendirian, dan kadang dia menangis dalam tidurnya, serta betapa seringnya ia mengalami mimpi buruk, membuat miyako khawatir. dan akhirnya, miyako putuskan untuk mencari jawabannya. keesokan paginya... weekend.... "hmmm... apa dia baik-baik saja ya? sepertinya aku terlalu keras dengannya.." pikir mikha yang lagi jalan-jalan bareng chiko dan ke-2 anaknya. "wang! wang! wang!" chiko tiba-tiba menggonggong begitu sampai di sebuah gang. "ada apa chiko, ayo pulang." "wang!" chiko menggigit baju mikha, seperti meminta mikha buat ngikutin dia. dan karena penasaran, ia mengikuti kemana chiko pergi, sampailah pada suatu distrik serba merah pink. "tidak seharusnya kita kesini, ayo pergi chiko.." "wang wang!" menolak pergi, tapi mondar-mandir di depan pintu itu, sambil seperti mengendus sesuatu, kedua anaknya pun jadi ikut-ikutan. "apaan sih. berisik!" kata seseorang dari dalam rumah itu, mendengar gonggongan anjing, kemudian ia memeriksanya. "kriet (pintu dibuka)" "kalian siapa? ada perlu apa? anjingmu mengganggu, pergi sana!" kata seorang pria yang cukup..'wah' dandananya. "ah... hallo... sebelumnya minta maaf...ayo pulang chiko" ujar mikha menarik chiko, tapi dengan cepat, chiko berlari masuk (bersama anak-anaknya) yang membuat tali pengekangnya terlepas dari tangan mikha. "hei!" pria itu kaget hingga jatuh terduduk. "mohon maaf, anda tidak apa-apa?" kata mikha sambil menolongnya berdiri. "dasar binatang kotor! sana ambil anjingmu! dan awas aja kalau ada barang-barang yang rusak., kau nggak akan bisa lari." ujarnya setelah berdiri. "iya baik.. sekali lagi maaf, saya permisi ambil anjing saya." setelah ijin, mikha mencari chiko dan yang lainnya, sepanjang ia mencari, ia selalu berpapasan dengan pria-pria cantik yang berujung dengan menggodanya,. tetapi mikha dengan tegas menolaknya,. sampai pada akhirnya ia mendengar suara gonggongan. ia pun berlari ke arah sumber suara. sampailah ia di sebuah kamar, para anjing diam begitu mikha datang, jadi tidak sampai membuat kehebohan. "chiko, ayo pulang!" bisik mikha sambil menarik tali pengekangnya, tapi chiko nggak bergeming. "apaan sih chiko... ayo pulang" "(dengan raut muka memelas, chiko memandang mikha)" "ada apa? kenapa? kau mau masuk? gimana kalau ada orang, ayo pulang sajalah." "(chiko masih tak bergeming)" "kau mau masuk nih, kalau ada orangnya gimana?" "(diam memandang mikha)" "(kehabisan kata-kata membujuk chiko)" akhirnya mikha lakukan juga. "permisi.." kata mikha lirih, membuka pintu, yang ternyata nggak di kunci, dan disana hanya terlihat ruang kosong biasa dengan ornamen merah pink. chiko kembali menyelonong masuk sambil mengendus-endus setiap sudut ruangan itu. ia pun terhenti disebuah sofa, hidungnya seperti menemukan sesuatu. melihat itu, mikha bergegas mengecek, apa yang ditemukan chiko. ia menggunakan senter hp untuk membantunya, dan benar saja, di sebuah slempitan sofa, ia menemukan SDCARD. tanpa banyak bicara, ia mengambil dan menyimpannya. "apa yang kalian lakukan disini?" tanya orang yang tadi membuka pintu.. "anu... anjing saya tadi masuk kesini, kebetulan pintunya terbuka, kalau begitu, saya permisi dulu... maaf atas keributannya... dan terimakasih... saya permisi dulu.." ujar mikha sambil menarik tali kekang para anjing, yang kemudian mengikutinya. "tunggu!" "(kaget, berhenti...)" "ya..?" "kau.... cukup tampan, kalau kau butuh kerjaan, kami sedang rekrutmen.." ujar pria itu. "ah... tidak, terimakasih... saya permisi,.. terimakasih" jawab mikha kemudian buru-buru pergi meninggalkan tempat itu. "save...." ujar mikha begitu menjauh dari 'distrik merah' itu. kemudian ia merogoh sakunya, mengambil SDCARD. "hei chiko., kenapa kau menuntunku kesana? apa ada kaitannya dengan ini?" tanya mikha pada chiko, tetapi chiko cuek, mengajak pulang. "... sepertinya aku harus mengeceknya.." pikir mikha kemudian menyimpan kembali sdcard itu. sesampainya di rumah, mikha langsung membuka laptopnya,. dia sangat penasaran dengan sdcard itu.., kemudian ia mencari cardreader, lalu masangnya. begitu ia pasang ke laptopnya.... eh, ternyata gak kebaca... "aish... kok gini sih... memang nggak ada isinya apa? apa ini 'april mop'" (~memang bulan april~~hehehhe). sangking penasarannya, mikha memutar otak, kembali terdiam, ia lupa kalau ia punya hp., di bukalah sdcard itu lewat hpnya. dan benar saja.... ternyata terbuka, ada satu file disitu, gambar format mp4. dan begitu ia klik 2kali.... "...." "apa-apaan ini!" ia langsung mematikan hpnya... ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat,... disekolah.... "hei, lihat akira nggak?" tanya mikha ke salah satu murid di kelasnya akira.. "nggak tau tuh.." jawabnya kemudian pergi.. "oh... kak mikha... ada perlu apa?" kata faza yang baru balik dari ruang guru sambil membawa setumpuk buku ajar. "uh, za, kamu liat akira nggak?" "ooohhhh akira... dia ijin hari ini... katanya nggak enak badan..." "mm.... tau alamat rumahnya nggak?" "tau sih... tapi..." "please... za... penting ini...." "mm... okelah, aku percaya kakak.. tapi nanti jangan bilang aku yang ngasih tau... bisa-bisa dia marah.. bentar.." ujarnya menaruh bukunya. "oke... makasih." "nih.." kata faza memberikan secarik kertas berisikan alamat rumah akira. "sankyu... besok aku traktir 'wang galbi'" ujarnya kemudian pergi. "beneran ya, awas kalo boong" kata faza yang hanya dapat lambaian tangan mikha yang berlalu pergi. "mii...khaaaa..." panggil seseorang dari belakang, memeluk mikha. "uhh.. seo jin..." "yes, its me... kamu mau kemana? bentar lagi masuk kelas lho.." "aku sedang ada perlu... kamu kenapa disini? tumben nggak sama teman-temanmu.." "haish... nggak boleh? bahkan kau nggak ingat nama temanku? teganya..." "maaf,.. aku agak buru-buru nih... aku pergi dulu ya..." " lho kok.... aku kan masih kangen... aku ikut yah..." "nggak bisa, ini benar-benar urgent... lain kali aja ya.." "lain kali kapan? kamu selalu bilang, lain kali, besok, lusa, nanti... terus sebenarnya kapan? bukankah kita berkencan?" "mm... biar aku lurusin, kamu kan mantanku,.. dan kenapa nempel-nempel" "aku minta maaf, dah mutusin kamu... aku sejujurnya masih cinta kamu... kita balikan yah..." "nggak... bagimu, aku apa? boneka? yang bentar-bentar kamu sayang, nanti kalau nemu lainnya kamu lupain? udah deh... selagi aku masih berbuat baik..." "mungkinkah.... kamu sudah dapet cewek lain? siapa? seperti apa orangnya?" "cukup,.. kamu tuh dari dulu gitu.. selalu egomu yang kamu pake.. aku capek dengan sifatmu itu.." "mikhaaaa...." "sekarang kita bukan siapa-siapa, aku baik ke kamu karena aku menghargai masa lalu kita.. jadi jangan salah paham deh..." "seojin-i..." panggil teman seojin. "tuh, kamu dipanggil.." ujar mikha kemudian kabur. "mikha... tunggu, aku belum selesai bicara.. cih!". kata seojin sambil mengumpat. "eh, bukannya itu mikha.." tanya kim ga young, teman seo jin. "iya, dia bilang ada urusan penting, jadi pulang duluan.." "kenapa nggak dikejar?" tanya temannya yang satu lagi, seo min ji. "min ji-ssi, aku udah coba merajuk, tapi malah kalian manggil aku., jadi nggak sempat ngejar dia..." keluhnya. "yee... kita pulak yang kau salahin.... mian mian.." "mian..." "ayok, udah ah... ke mall yuk,." kata ga young mengajak keduanya. di tempat lain, mikha bergegas mencari rumah akira.. dan ketemulah rumah akira. rumah akira cukup sederhana, yah kalau digolongkan masuk ke golongan menengah atas.. "ohhh.. mereka pindah kesini toh.. lumayan jauh kalau dari tempatku.. utara-selatan..." pikir mikha sambil celingukan. "(dari kejauhan, melihat gelagat aneh, menghampirinya), ada perlu apa ya?" tanya seseorang tiba-tiba membuat mikha kaget. "kamjagiya.." "kamu ngapain di depan rumah orang? mau ngerampok ya?" ujarnya kemudian memegang tangan mikha. " nngggak... buukan... saya kesini mau ketemu akira, saya dengar dia sakit..." "oh, akichan... lha kamu siapa?" "saya mikha, teman akira.." "(mengingat) mikha... mikha... anaknya tante marie... kalau nggak salah... mikhaella..." "bukan.... aku mikha..." "ya ya ya... aku cuma bercanda.. lama tak bertemu..." "eh?" "kau lupa? aku miyako, kakaknya akira.." "ohh... kak miyak... lama tak berjumpa..." "ya... kamu juga... tambah tinggi dan ganteng juga..." "ahh... kakak, nggak perlu memuji gitu ah..." ujar mikha sambil mesam mesem. "oh, ayo masuk, paling akira lagi tidur" kata miyako, membuka pintu, masuk rumah. kemudian membuka hpnya. "silahkan duduk..." "kakak, bolehkah... aku menjenguknya?.. aku janji, nggak akan ganggu dia, cuma liat aja..." "kalau kamu nggak keberatan, bisa jagain dia nggak?" "heh?" "aku ada rapat dadakan ini... bisa nggak, kamu nggak sibuk kan?" "iya... bisa kok kak... aku akan menjaga akira sampai kakak pulang nanti... tapi sebelum itu, dimana om dan tante?" "ayah dioper kerja ke luar negri, kalau mama, yaa ikut nemenin ayah disana.. jadi kami tinggal berdua aja.." jawab miyako sambil bersiap-siap berangkat kantor.. "oia, kamar akira, diatas paling ujung, depan pintu kamarnya ada namanya kok.. ya sudah... aku pergi dulu... tolong ya... aku akan berusaha pulang cepat.. itte kimasu~" lanjut miyako. "itte rasshai~" jawab mikha. sepeninggal miyako, mikha pergi kelantai atas, kekamarnya akira.. begitu ketemu, ia mengetuk pintu pelan lalu menyelonong masuk, karena nggak mendapat jawaban dari dalam kamar. "akira,..." panggil mikha yang duduk di kasur akira. "..." "apa ada yang sakit? mau aku pijit? atau mau makan sesuatu?" tanya mikha, sambil mengganti kompresan. "..." "aku tau, seharusnya aku tidak membicarakan ini saat kau sakit... aku melihat semuanya... aku tidak tau, kalau kau mungkin selama ini menderita... maafkan aku akira..." "mmm...mmh.." seperti mengalami mimpi buruk, kemudian tangannya digenggam mikha... "gwaenchana... daijoobu..." ucap mikha,. dan sepertinya akira kembali tenang dalam tidurnya. setiap kali akira mengigau, mikha selalu menenangkannya... >kring kring tut tut tut< telepon mati. mikha kembali ke kamar, mengganti kompres, dan ia pun tertidur kembali. keesokan paginya... mikha kaget, begitu ia bangun, ternyata ranjang akira sudah rapi. diapun langsung bergegas ke lantai bawah. "kau... bagaimana keadaan mu? dah sehat?" tanya mikha setelah menemukan akira. "ya.." "ah... walau gitu kau masih belum sembuh benar, kembali ke kamarmu, biar aku yang masak..." ujar mikha ingin mengambil alih kerjaan akira. "nggak usah, aku dah sehat kok.. sana minggir... mandi sana!" kata akira. "nggak., biar aku saja... sini..." merebut spatula dan menggeser tubuh akira dengan tubuhnya. akira diam sebentar, kemudian ia mematikan kompor. ia mengambil spatula, meletakkannya, lalu menarik tangan mikha, menyeretnya ke kamar mandi. "ini handuknya, ini bajunya. paham" kata akira kemudian memasukkan mikha kekamar mandi, menutup pintu, dan berjaga didepan pintu. "sikat giginya, pakai yang di tas hijau dalam etalase." lanjutnya, kemudian kembali ke dapur. sedangkan mikha, untuk sejenak bengong, dia memandang cermin didepannya, kemudian tersenyum. selesai mandi... "apa nggak ada pakaian yang lebih besar lagi..." tanya mikha pada akira yang sudah duduk manis di ruang makan. "nggak usah komplain." jawab akira sambil memakan makanannya. "...." nggak komen lagi. kemudian duduk dan menyantap sarapannya. "nggak kusangka... kau bisa masak.. mmm.... lumayan lah..." komen mikha dengan makanan yang tersaji. "... kak miya kemana? kenapa kau dirumahku.?" "yaa... tidakkah kau berterimakasih padaku terlebih dahulu?" "..." "..." diam, karena canggung. "ehem... semalam, kak miyako dapat pesan dari kantornya, jadi dia buru-buru balik kantor dan.. dia pun lembur... jadi nggak pulang, mungkin dia pulang siang nanti.." jelas mikha. "..." "hei, bicara apa kek..." "habiskan makanannya lalu keluar dari rumahku." ujar akira, membereskan piringnya dan menuju westafel, mencucinya. mikha mengikutinya. "sebenarnya ada yang mau aku bicarakan denganmu.. mungkin ini tidak pantas kutanyakan, tapi..." "..." "aku tau rahasiamu." kata mikha. "(kaget, menjatuhkan mangkoknya), prang!" "akira, kau nggak apa-apa? nggak luka kan? minggir biar aku yang beresin." "... (masih membeku, ketakutan mulai nampak diwajahnya)" melepas sarung tangan cuci, pergi meninggalkan mikha yang beres-beres. tapi melihat tingkah akira itu, mikha bergegas mengejar akira. "akira, tunggu..." tersusul (~ini, bahasa indonya apa ya? atau udah termasuk bahasa indonesia.. maaf lupa~), tangannya ditarik, akira pun jatuh ke pelukannya mikha. "(tidak mengatakan apapun, hanya memeluk akira dengan erat)". akira meronta, mencoba melepaskan diri dari pelukan mikha, tapi mikha kekeuh memeluk akira, dan seketika, tiba-tiba akira tidak bisa menahan lagi, ia pun menangis, menangis kencang dalam pelukan mikha, mikha pun hanya bisa mendekapnya dan sembari menepuk-nepuk punggungnya, mencoba memahami akira.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN