Menjauh

1045 Kata
Di sisi lain, Anggara sampai di pulau yang dimaksud oleh Jacko. Anehnya ia tidak menemukan Nila. Bahkan senjata infra red yang bisa mendeteksi hawa panas pun tidak menangkap hawa manusia. "Apa Jacko membohongiku,'' gumam Anggara. Pria itu mengatakan akan meninggalkan Nila di pulau ini tapi keberadan Nila tidak ada dimana - mana. Di hamparan pulau yang memang tidak terlalu luas ini, seharusnya sangat mudah menemukan Nila. Ia pun mengambil ponsel dan menghubungi Rubah. Secara kebetulan Rubah sudah menghubunginya lebih dulu. Anggara dengan cepat mengangkat ponselnya. "Apa kamu sudah menemukan dalangnya?" tanya Anggara tanpa basa basi. [Jennifer, hanya dia yang memiliki kemungkinan besar menghubungi Marquist dan mempengaruhinya. ] Anggara tidak habis pikir bagaimana bisa Jennifer melakukannya. Namun ia tidak pernah meragukan Rubah. Sikap profesional pria itu dan keahlian dibidang IT tidak perlu diragukan lagi. "Baiklah, kerja bagus!" Tak lama Anggara menghubungi Jennifer. Gadis itu nampak bersemangat ketika menerima telepon Anggara seolah ia sudah lama menunggu telepon dari pria itu. [Anggara, akhirnya kau menghubungiku. Katakan, apa kamu mau aku ke rumahmu?] Suara centil Jennifer membuat Anggara tidak sabar. "Jika Nila dalam bahaya, aku akan memburumu," ancam Anggara. Ancaman dari Anggara membuat Jennifer memucat. Ia sekuat tenaga mengelak dan bersikap polos. [A- apa - apaan itu... Apa yang kau bicarakan? kenapa kau tiba - tiba mengatakan hal kejam padaku?] jawab Jenny seolah tidak memiliki dosa dan tidak tahu apapun. Inilah yang menyebalkan dari Jennifer, gadis itu tidak akan menyerah dan mengelak layaknya belut jikaorang lain tidak memiliki bukti yang kuat. "Apa kau pikir aku tidak memiliki bukti kalau kamu menyuruh orang untuk menculik Nila?" [A-aku...] Di telepon Suara Jennifer tergagap. Ia lupa jika Anggara memiliki hacker luar biasa. Gadis itu tahu jika tidak akan mengelak lagi. Ia pun terpaksa jujur. [I-itu karena kamu menjadi lemah Anggara. Aku harus melaporkan itu karena Marquist memberiku tugas. Apa kamu dengar? aku hanya menjalankan tugas.] Omong kosong Jennifer tentang tugas tidak membuat Anggara luluh, sebaliknya ia semakin galak. "Sebelum kamu menyesal, katakan siapa yang membawa Nila?" Jennifer tahu jika ia akan habis kalau tidak mengaku. Apalagi dia ketahuan. [Renald dan Gege entertaiment] "Fvck," umpat Anggara. Ia tahu jika kedua orang itu adalah produsen blue film. Mereka juga terlibat perdagangan manusia. Rasanya ia ingin mencincang Jennifer ketika tahu orang yang dipilih gadis itu untuk menculik Nila adalah seorang germ0. Anggara tidak bisa membayangkan betapa hancur Nila jika sampai kedua pria itu melakukan hal- hal cab0l padanya. "Berdoalah agar Nila baik - baik saja. Nyawa mu tergantung keselamatan Nila," desis Anggara sebelum mengakhiri telepon. Tanpa membuang waktu Anggara mengirimkan pesan pada Rubah untuk melacak keberadaan dua orang itu. Dia melakukan kapalnya dengan cepat. To Rubah. Kirim lokasi Reland dan Gege Entertaiment. Jennifer gemetaran usai menerima telepon dari Anggara. Matanya masih terbelalak dan membayangkan kengerian yang akan ia alami jika Anggara memutuskan memburunya. "Aku harus segera pergi dari sini," gumam Jennifer. Ia yakin kalau Nila tidak akan selamat sebab ia mengirim dua orang yang sangat menakutkan di dunia hitam. Satu Jacko dan satunya Renald. Mereka adalah pria-pria berbahaya yang tanpa ampun. Memikirkan kemungkinan yang terburuk, Jennifer segera mengemas pakaian seolah rumahnya akan roboh beberapa detik lagi. Dalam keadaan kalut, tangannya mampu meraih apapun yang ia butuhkan sebelum otaknya memerintah. Ia seperti robot yang bergerak sendiri. Aku tidak mau mati! Aku harus menemui Marquist dan meminta perlindungan darinya. Padahal Jennifer mencintai Anggara, tapi yang ia dapatkan justru membahayakan nyawanya. Kini ia pun menyesal. *** Di sisi lain, Nila masih berusaha keras melawan. Meski itu sia- sia, Nila tidak ingin kedua pria ini mendapatkan dirinya dengan mudah. "Jangan bergerak, Sayang. Kau akan menyukainya nanti." "Tidak!" Kaki Nila menendang ke sana ke mari. Meski tidak kuat untuk mendorong Renald tapi mampu mengganggu konsentrasi pria itu. "Kau!" "Hentikan Renald, aku tidak mau modelku terluka!" peringat Gege sebelum pria itu memukul Nila. Renald yang kesal hanya mendecih, ia sebenarnya sudah sangat tidak sabar memasuki Nila. Akan tetapi filmnya akan tidak menarik tanpa pemanasan lebih dulu. "Kalau begitu pegang kakinya. Arahkan kameranya di sini." Gege yang sejak tadi menunggu giliran dengan senang hati melakukannya. Pria itu berada di posisi sebelah kiri Nila dan memegang satu kakinya. Kemudian ia melebarkan. Hal serupa juga dilakukan oleh Renald, masing - masing memegang satu kaki Nila. "Hentikan! kalian gila. Kalian biadap!" jerit Nila. Sayangnya Reland dan Gege tidak perduli. Tangan Renald yang besar merambat ke paha Nila lalu semakin ke atas hingga menemukan G-string Nila yang mudah dilepas. Akan tetapi Renald tidak langsung membuka G-string itu. Ia ingin membuat penonton yang akan membeli videonya penasaran dan tidak sabar. "Oh sangat lembut, aku harap kamu sudah basah karena lidahku." Renald melihat dengan puas pada Nila. "Tidak mungkin, kamu sangat menjijikkan. Mana mungkin aku basah!" Renald tidak marah, ia justru merasa tertantang. "Kalau begitu aku akan membuat mu basah dengan jariku." Nila tahu dia tidak akan bisa selamat. Gadis itu hanya bisa memejamkan mata sambil menunggu dirinya diperlakukan lebih menyedihkan. Di saat ia menunggu, tiba -tiba Nila merasakan kakinya terlepas. Gadis itu pun membuka mata dan terkejut melihat wajah Gege ada di sampingnya. Nila kebingungan karena Gege yang menghadap ke arahnya masih membuka mata. Hanya saja tatapannya kosong. Nila juga melihat hal serupa terjadi pada Renald. Mereka sama -sama masih membuka mata akan tetapi tidak bergerak. "Kyaa!" Nila menjerit hebat kala tahu jika kedua pria yang hendak mempermalukannya ini sudah tewas. Nila melihat darah mulai merembes dari kulit mereka. "Tidak! Ya ampun. Ini tidak mungkin!" jerit Nila. Gadis itu berusaha keras melepaskan diri. Akan tetapi tali yang mengikatnya terlalu kuat. Hany saja ia tidak menyerah dan tetap berusaha menggigit tali itu. "Jangan lakukan itu, aku takut bibirmu yang cantik terluka, " seseorang memperingatkan Nila. Mata Nila terbelalak begitu tahu jika orang yang menembak kedua pria ini adalah Anggara. Nila bahkan tidak percaya Anggara ada di sini. Ia mengira jika masih bermimpi. "Anggara..." "Ck kamu ini, setelah di hotel sekarang di pulau terpencil. Kamu benar - benar mengejutkan ku," gerutu Anggara. Nila kali ini sangat lega, ia begitu lega sampai menangis keras. Gadis itu melupakan jika Anggara adalah orang yang menghabisi kedua orang di sampingnya. Ia terlalu shok dengan kejadian ini. "Terima kasih sudah datang hiks, terima kasih..." Meski ia tidak lagi virgin, tapi Nila tidak mau dirinya disentuh pria yang tidak ia ijinkan. Apalagi dijadikan bahan tontonan. Dengan kata lain, Anggara sudah menyelamatkannya dari mimpi buruk. tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN