CHAPTER 3 ; Alexander

1370 Kata
CHAPTER 3 : Alexander   “Sweetheart, tidakkah kau ingin perawatan ke salon sebelum pesta ulangtahunmu?”   “Tidak mom, aku tidak ingin pergi kemana pun saat ini”   “Sejak kapan putriku menjadi anak rumahan?” tanya Martha dengan tawa jenakanya.   Sebenarnya ia menyukai perubahan putrinya yang menuju ke arah positif meskipun tidak menghilangkan sifat manja di dalam dirinya. Namun tetap saja Martha tidak bisa berhenti khawatir.   Jessica hanya terkekeh lalu kembali membaca buku pelajarannya.   Ingat misinya bukan? Karena ia telah lupa sebagian besar pelajaran saat ia sekolah dulu, jadi sekarang ia kembali ke pelajaran tingkat 1.   “Sweetheart kau tau kan bila Mom dan Dad tidak pernah menuntutmu untuk menjadi gadis pintar” Ucap Martha sembari mengelus pelan puncak kepala putrinya.   “Adakah yang mengganggu pikiranmu? Aku merasa ada yang berbeda” Tanya Martha khawatir.   Jessica mengalihkan fokusnya kepada ibunya. “Mom, tidak ada yang mengganggu pikiranku. Aku hanya ingin memperbaiki nilaiku yang buruk rupa itu” Jawab Jessica dengan nada candanya.   Yap itu memang benar, kalian tau Beauty and the Beast? Beauty adalah wajahnya dan Beast adalah nilainya, kombinasi yang menakjubkan bukan?   “Baiklah baiklah aku akan percaya meskipun aneh rasanya melihat putriku yang satu ini sedang belajar” Jawab Martha.   Jessica tertawa membayangkan separah apa ia dulu yang tak pernah sudi menyentuh buku pelajaran.   “Permisi… Nyonya”   Obrolan sepasang ibu anak itu terpotong saat seorang maid muncul dengan kotak hadiah berukuran 30 x 20 cm ditangannya. Entah apa isinya, namun yang jelas pelayan tersebut terlihat khawatir.   “Maaf Nyonya, Nona mendapatkan kiriman paket” Ucap maid yang masih terlihat muda tersebut.   “Dari siapa?” tanya Jessica.   “D-dari Tuan Alexander” Jawab sang maid terbata. Maid tersebut bahkan tidak berani menatap langsung Sang Nona.   Karena biasanya, mood Jessica akan segera jatuh sesaat setelah nama Alexander disebutkan. Ya, selalu seperti itu, gadis itu sangat membenci pria bernama Alexander.   Dan sebelum hal itu terjadi Martha lebih dulu menyela.   “Baiklah kau boleh pergi” Perintah Martha dengan cepat dan memberi kode pada Sang Maid untuk membawa kotak hadiah itu pergi dan membuangnya, seperti yang biasa mereka lakukan.   Disisi lain, Jessica yang melihat maid tersebut melangkahkan kakinya membawa kotak hadiah tersebut, gadis itu dengan panik bangkit dari sofa.   “Hei! Mau kau bawa kemana hadiahku?!!” Pekiknya.   “Sweetheart, tidak apa apa, aku akan segera memberi tahu Alexander untuk berhenti mengirimkan hadiah” Sanggah Martha dengan cepat. Wanita itu berfikir bahwa anak gadisnya ini akan bertindak impulsif dengan mengamuk kepada maid tersebut.   “Jangan!!”   Oh tuhan Jessica harus menghentikan kesalah pahaman ini.   Segera!   “Berikan padaku” titah Jessica pada maid dihadapannya.   Sesaat setelah kotak tersebut berpindah tangan, Jessica tidak dapat menahan senyumnya lagi.   Astaga ia bahagia sekali.   Martha yang ingin merebut kotak itu sebelum Jessica membakarnya, mengurungkan niatnya saat melihat Jessica yang justru mendekap posesif kotaknya.   “Mom, kau tidak lupa untuk mengundangnya kan ke acara ulang tahunku kan?” tanya Jessica semangat.   Martha mengerutkan alisnya. Baiklah, bila sifat anaknya berubah akhir akhir ini ia bisa memakluminya. Namun untuk melihat Jessica membicarakan Alex dengan suka cita bak remaja dimabuk cinta benar-benar membuatnya heran.   Ini benar-benar putrinya kan?   Setaunya Jessica sangat membenci semua hal yang bersangkutan dengan Alex karena dulu mereka sempat menjodohkannya dengan pria berdarah spanyol tersebut.   “Mom? Mom!!” Panggil Jessica saat mendapati Martha yang terdiam.   “Y-ya? Apa? You said something?”   “Mom, don’t tell me you forget to invite him?!” Tebak Jessica dengan mata memicing.   “A-apa? Jess tiap tahun kau melarangku untuk mengundangnya”   Jessica seketika tertegun.   Sial! Dia baru mengingatnya.   “Mom!! Undang dia” Rengek Jessica.   Belum sempat Martha menjawab Jessica lebih dulu menyelanya. “Mom mulai sekarang kau tidak boleh melarangku dekat dengannya” Ucap Jessica disela rengekannya.   Mendengar hal tersebut Martha ‘menjitak’ pelan kepala putrinya.   “Hei aku tidak pernah melarangmu dekat dengannya, kau sendiri yang menjauhinya”   Jessica menatap ibunya dengan senyum cantiknya.   “Mom mulai sekarang Alex adalah calon menantumu!!”   ***   Jessica menatap dress panjang berwarna peach dengan desain mewah dihadapannya.   Selera Alex memang tidak perlu di ragukan. Bahkan seleranya jauh lebih baik dari gadis remaja sepertinya….   Jessica memang selalu mendapat hadiah dari Alex namun selalu ia buang.   Bodoh memang.   .   Alexander….   Dia adalah pria berwajah dingin yang tidak pernah menampakkan emosi.   Meskipun begitu, Alex tetap mencintainya dengan sepenuh hati.   Alex telah kehilangan kedua orang tuanya saat ia berumur 10 tahun, semenjak saat itu ia hanya mencintai kakek yang merawatnya dan saat ia berumur 16 tahun ia jatuh cinta pada Jessica yang saat itu berumur 5 tahun. Gila memang. Namun cintanya tidak bisa diremehkan.   Namun, saat beranjak dewasa Jessica yang menyadari perasaan Alex pun sontak saja menjauh. Saat itu yang Jessica lihat adalah obsesi gila Alex pada gadis seusianya.   Dahulu Alex terus berusaha mendekatinya dengan memberinya hadiah hadiah kecil, lelaki itu mematuhi perintah Jessica untuk tidak menunjukkan wajahnya. Alex akan mematuhi semua permintaan Jessica tanpa terkecuali.   Jessica bahkan tidak sedikitpun mencoba membuka hatinya pada Alex, yang ia pikirkan hanylah lelaki b******n bernama Dylan dan menyia-nyiakan pria yang memberikkan seluruh hatinya.   Namun kali ini, Jessica berjanji kali ini ia tidak akan menyia nyiakan cinta pria itu. Tidak lagi.   ***   “Hei apa kau mendengar gossip bahwa seseorang tiba tiba saja berubah menjadi seorang Tuan Putri?”   Jessica menoleh saat mendengar suara pria dari sampingnya.   “Aron?”   Mendengar namanya disebut, Aron mengeluarkan cengiran khas-nya.   “Yap, that’s my name”   Masih sedikit asing baginya untuk melihat wajah wajah yang sekarang kembali menjadi muda. Di masa depan Aron akan menjadi musisi terkenal dan badannya tidak sekurus sekarang.   Aron tidak bisa dibilang sahabatnya. Mereka memiliki semacam love hate relationship sejak mereka kecil.   Jessica yang membenci sifat Aron yang blak blakan dan Aron yang membenci sifat sombong, angkuh dan manja Jessica. Well, mungkin lebihtepatnya mereka memiliki hate hate relationship.   Jessica tersenyum kecil mengingat hal tersebut.   “Apa kau jatuh hati pada Tuan Putri ini, Pangeran Kodok?” Ejek Jessica.   “Tentu saja tid- Tunggu, apa yang tadi kau bilang? Pangeran kodok?! Cih yang benar saja!” Gerutu Aron.   Dengan kesal Aron menarik kursi Ilene dan mendudukinya.   Ah, tenang saja, gadis itu tidak dapat ditemukan bila bunyi bell belum berbunyi. Entah kemana gadis itu.   “Jadi apa yang merasukimu?” Tanya Aron yang penasaran dengan perubahan tiba-tiba Jessica.   “Justru setan baru saja keluar dari tubuhku, kini aku tidak kerasukan lagi” Timpal Jessica santai. Bahkan kini ia sibuk merapikan bukunya tanpa sedikitpun pada Aron.   Aron menjentikkan jarinya. Yap, Jessica 100% benar.   Percakapan mereka terus berlanjut seputar perubahan Jessica.   Sebenarnya Jessica sangat amat malas meladeni pria ini yang terlalu cerewet dan sering kali meledeknya. Mau diusirpun pria ini tidak akan pergi begitu saja.   Jadi lebih baik ber-kooperatif dengan menjawab seluruh pertanyaannya dengan acuh.   “Benarkan? Sudah kubilang wanita itu seperti iblis! Aku selalu katakan padamu untuk gunakan otakmu, tapi lihatlah kau baru menyadarinya sekarang”   Lelaki itu memang lebih berisik dibandingkan guru sejarahnya yang tidak pernah lelah mengomel.   Aron terus menggerutu hingga melihat Jessica yang kini tengah sibuk merangkum.   “Kau sedang mengerjakkan tugas?” Tanya Aron yang dijawab dengan gelengan oleh Jessica.   “Aku hanya merangkum beberapa hal penting” Jawab Jessica yang masih fokus dengan tulisannya.   “Wow, kau benar benar menggunakan otakmu ya sekarang?” Sindir Aron.   “Ya, dan sekarang giliranmu untuk menggunakan otakmu, belajarlah! Jangan terus berbicara seakan kau orang paling pintar. Bahkan nilaimu tidak jauh berbeda denganku” Gerutu Jessica.   “Hei! Setidaknya aku bisa membedakan iblis dengan manusia” Pekik Aron tidak terima.   Ah, jika kalian penasaran, ‘Iblis’ yang sedari tadi dibicarakan oleh Aron adalah Georgina.   “Bisakah kau berhenti bicara?” Desis Jessica tajam.   “Oke oke! Aku akan pergi sekarang” Timpal Aron dengan cengirannya.   Lelaki itu bangkit dari duduknya lalu berdiri menghadap Jessica.   “Jangan lupa undang aku untuk acara ulang tahunmu oke” Ucap Aron sebelum ia pergi. Lelaki itu bahkan tidak menunggu jawaban Jessica.   Sedangkan Jessica hanya mengedikkan bahunya.   Semua tamu undangan sudah di list oleh ibunya, Jessica tidak pedulia apakah Aron salah satunya.   Yang paling penting adalah Jessica sudah memastikan kehadiran Alex.   Gadis itu bahkan kini tidak dapat menahan senyumnya saat mengingat hal tersebut.   Akhirnya kini ia akan bertemu lagi dengan malaikatnya.   Gadis itu sungguh merindukan sosok tersebut.   *** TBC  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN