6|| MISI BARU

1043 Kata
Rara menghempaskan tubuhnya di atas Ranjang kamar. Iamenatap langit-langit kamar, menerawang di mana dia meluap kan emosinya tadi di kantin. Rara berpikir bahwa ia sudah ke lewatan dengan Rama. Namun dia juga sangat kesal dengan lelaki itu. "Arghhh. Tau pusing gue!" Rara berkata sendiri kakinya melangkah menuju balkon yang ada di kamar. Indera pendengarannya menangkap sebuah suara. "Sampai kapan hubungan ini kita tutupin sayang." Rara mengkerutkan kening bingung ia berjalan ke sisi kanan balkon kamar. Ia melihat Oliv sedang menelpon seseorang. 'Via punya pacar?' Rara membatin. "Iya sih Rama emang masih sayang sama aku." suara Oliv bisa di dengar oleh Rara. "................." "OLIV!" teriak Ina dari bawah. "Iya bunda Bentar," balas Oliv. "Udah dulu sayang, bunda manggil nanti kita lanjut Assalamualaikum, Muachhh." Oliv berjalan meninggalkan balkon kamar dan meninggalkan Rara yang tidak di ketahui oleh Oliv. "Serius nih si Via punya pacar? " Rara berpikir." Tapi siapa pacar nya?" "Gue harus cari tau, dan ini misi baru gue." ucap Rara berdialog sendiri. **** Pagi ini Rara berjalan menuju ke kelasnya. Mood Rara pagi ini kelihatan sangat baik. Namun tiba-tiba ia terduduk di lantai ketika seseorang menabrak tubuh mungilnya. "Aduh maaf gue nggk sengaja," ucap Lelaki yang menggunakan seragam sama sepertinya. Rara menatap lelaki itu. Rambut yang tertata rapih, sepasang mata hazel dan hidung mancung. Hal itu membuat Rara berdecak kagum. "Hey!" lelaki itu melambaikan tangannya di depan wajah Rara, membuat Rara tersadar dari lamunan nya. "Ehhh,maaf guenya tadi nggk sengaja," kata Rara sedikit gugup. Lelaki itu tersenyum. 'Manis'. Rara membatin. "Lo anak baru itu kan?" Lelaki itu menebak. Dengan satu alis di naikan di atas. "Emm, lo tau?" balas Rara bertanya. "Iya tau, siapa yang nggk kenal lo. cewek yang berani cari masalah sama Rama dan teman-temannya." lelaki itu kembali tersenyum menampilkan gigi gingsulnya. "Segitu parahnya ya gue, sampe lo ngenalin gue?" Rara tersenyum juga. "Ternyata lo nggk seperti yang di bilang anak-anak ya?" Leleki tersebut duduk di kursi depan koridor. "Gue tau kok mana orang yang perlu di sikapin kayak gitu sama emm...Biasa aja" ucap Rara sembari duduk di samping lelaki itu. "Oh iya, kita belum kenalan. Nama gue Julian Pratama, panggil aja Lian." lelaki itu mengulurkan tangannya kepada Rara. "Oh, hai Lian. Gue Rara Cassandra, panggil aja Rara." Rara membalas uluran tangan tersebut. Rara asyik mengobrol dengan Lian. Menurut Rara Lian orang yang begitu asyik. Bukan hanya itu, Lian juga tipe lelaki humoris. "Btw lo kelas berapa Ian?" Rara bertanya. "Gue kelas 12," Lian menjawab seraya tersenyum. "Ha? Serius? Eh sorry ya, gue dari tadi nyebut nama lo nggk sopan." Rara menyengir, merasa bersalah. "Oh nggk pa-pa lo kan nggk tau," Lian menanggapinya dengan santai. Rama dan teman-temannya melewati Rara dan Lian. Rama menatap sinis Rara, Rara pun ikut menatap Rama dengan sinis juga. >> "Jadi lo deket sama kak Lian?" Mimin bertanya di tengah suasana kantin yang ramai. "Gue nggk deket baru juga kenal tadi pagi," jawab Rara seraya menyedot minumannya. "Lian yg mana sih?" tanya Indut yang sedari tadi diam saja menyimak. "Julian Pratama Indut!" seru Mimin dengan nada kesalnya. "What? Cowo yang di gay itu?" Indut sedikit berteriak, Mimin yang berada di sebelahnya segera menutup mulut Indut. "Apa lo bilang gay?" Rara sedikt bingung, dan meminta penjelasan. "Iya dulu sih rumornya gitu," ujar Indut singkat. Rara masih diam."Dia itu nggk pernah deket sama cewe, dan lo tau? dia juga nggk suka di pegang sama cewe." jelas Mimin menambahkan. "Emm, tapi nyatanya sama gue nggk," sahut Rara membela Lian. Tiba tiba seorang lelaki berjalan ke arah mereka. "Hay, gue boleh duduk di sini?" tanya Lian kepada Rara, dan teman-temannya. "Eh, Iya boleh kok kak." jawab Rara, sementara mereka bertiga, Jasmin, Indi dan juga Oliv hanya terdiam. Rara dan Lian kembali asyik dalam obrolan mereka, tanpa mereka sadari dari kejauhan kantin. Tepatnya di pojok kanan kantin, sekumpulan lelaki sedang menatap kearah mereka. "Kok si bebeb Rara jadi deket sama si Lian sih?" Danu berkata sambil mengunyah kripik kentangnya. Pandanganya masih mengunci kearah Rara dan teman-temannya. "Ram kayaknya, lo harus buruan deketin tuh cewe deh." saran Leo merangkul pundak Rama. Rama menatap Leo sinis, Leo sudah hafal dengan tatapan seperti itu. Lelaki itu hanya tersenyum ragu. "Maksud gue biar nggk keduluan sama si Lian." Leo menyambung perkataannya. Rama teridam menatap mereka dari kejauhan. "Bukannya si Lian gay ya?" Melvin memecah keheningan. "Iya, coba lo dektin Yo, mungkin dia tertarik sama cabe kek lo." Danu menimpal ucapan Melvin dan meledek Leo. Pletak. "Sembarangan lo tong, kalok ngomong gue bayarin nih mulut lo!" Loe menjitak kepala Danu. "Sok bayarin mulut gue," Danu memoyongkan mulutnya. "Nih gue bayarin," ucap Leo seraya menyendokkan sambal di muka Danu. "Anjir, pedes b**o. Emang dasar lo b**o Leo!" seru Danu mengelap mulutnya dengan Tissu semetara Leo lari begitu saja dari kantin. ***** Rara menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Perempuan itu baru saja keluar dari kelas, hendak berjalan keluar lingkungan sekolah. Awan sore berwarna biru sangat cerah.  Rara harus pulang sendiri. Karna Oliv harus mengikuti eskulnya. Rara belum mendaftarkan diri sebagai peserta eskul. Ia bingung harus mengikuti eskul apa. Di ujung koridor, Rara melihat Rama dengan seorang perempuan, perempuan yang terlihat sangat manja dengannya. Perempuan itu merengek, seraya menarik lengan Rama.  "Ram, aku pulang sama kamu, ya?" ucap perempuan itu sedikit manja. "Nggak bisa Fan, gue mau pulang sendiri." keturunan Rama.  "Harus pulang sama aku. Atau kamu mau aku lapor ke Papa kamu?" ancam perempuan itu. Rara mendengar semua pembicaraan keduanya. Membuat Rara yang melintas di hadapan tersenyum remeh. "Takut sama perempuan?" Rara menyindir Rama, dengan nada mengoloknya. Rama menatap tajam Rara. Harus ia apakan perempuan ini? "Apaan sih lo, anak baru!" seru perempuan itu menatap Rara tidak suka. Rara mengalihkan pandangannya pada perempuan itu. Menatap remeh perempuan itu. "Gaya tante-tante, sok godain brondong." Yah, Rara juga menyindir perempuan itu. Rara menatap duanya remeh, lalu berjalan meninggalkan keduanya. Perempuan bernama Fany itu melepaskan tangannya dari lengan Rama. Lalu menatap Rara dengan tatapan jengkelnya. Perempuan itu juga menghentak-hentakan kakinya.  "Awas aja lo anak baru!" serunya. Dan Rama, menggunakan kesempatan itu untuk pergi dari sisi Fany. Setelah beberapa menit kemudian Fany mengalihkan pandangannya menatap Rama. Namun tidak ada Rama di tempatnya. "Loh? Rama? Lo kemana?" lirih Fany, lalu ia dapat melihat seorang lelaki berjalan menjauh darinya. "RAMA, KOK AKU DI TINGGALIN SIH!" teriak Fany menghentak-hentakan kakinya kesal. ******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN