BERTEMU DENGAN DARREN.

1074 Kata
“Baik Nyonya,” balasku dengan cepat.  “Salsa... Jangan memanggilku Nyonya. Panggil saja Tante Selly,” kata Selly. “Tapi,” ucapku yang menggantung. “Tante mohon jangan panggil Nyonya,” ujar Selly dengan lembut. “Kalau begitu. Saya pamit pulang dulu. Ini pesanan Tante,” aku pun mencoba mencairkan suasana dan berpamitan pulang. Selly mengambil papper bag dari tanganku. Aku segera berlalu meninggalkan Selly. Selly yang melihat kepergianku hanya bisa menghembuskan nafasnya. “Jika aku menjodohkan Salsa untuk Darren, Bagaimana nasib gadis itu? Apakah dia akan bahagia bersama Darren?” ucap Selly dalam hati. Buliran bening kristal meluncur di pipi Selly. Hatinya trenyuh ketika teringat tentang Darren. Hingga usia 32 tahun Darren belum menikah. Tak lama Selly pergi ke dapur lalu menaruh kue itu. Selly duduk di pantry lalu menangis. Ia teringat akan Darren yang begitu hangat, ramah dan juga murah senyum. Entah kenapa bayangan seorang wanita yang berusia kurang lebih 22 tahun muncul. Bayangan wanita itu menyuntikkan obat ke Darren. Dengan obat itu Darren selalu menurut apa kata wanita itu. Matanya Selly terpejam lalu dadanya terasa sesak. Ia segera menghapus bayangan itu. Ia akan bertekad mencari perempuan itu. “Aku harus mencarinya. Dia harus bertanggung jawab atas kehancuran putraku,” batin Selly yang geram. Sejam kemudian. Harry berdiri lalu melihat Darren yang masih sibuk, “Tuan.” “Harry... Apakah kamu sudah mengirimkan apa yang aku minta?” tanya Darren sambil menanda tangani berkas. “Sudah Tuan,” jawab Harry. “Setelah ini kembalilah ke kantor!” perintah Darren. Sesampainya di toko. Aku disambut dengan pengunjung yang lumayan ramai sekali. Aku segera masuk ke dalam dan membantu menawarkan beberapa produk yang aku luncurkan pada Minggu lalu. Hanya selang beberapa detik. Seorang asisten chef mendekatiku. Lalu ia memberikan selembar kertas, “Kak.” “Iya,” jawabku menoleh ke arah Kiki. “Stok barang yang ada di gudang tinggal sedikit,” ucapnya. “Maaf aku lupa. Apakah hari ini bahan-bahannya akan terpakai semua?” tanyaku. “Tidak sich kak. Besok baru terpakai,” jawab Kiki. “Sejam lagi aku pergi belanja,” ucapku. Inilah keseharianku yang sering sibuk di toko. Setelah kematian Papaku karena kecelakaan. Aku sama Mama jatuh ke titik terendah. Seluruh aset dan perusahaanku lenyap entah ke mana. Semuanya itu masih misteri buatku. Setelah kejadian papa meninggal. Mama mulai membangun kios kecil yang berada di pinggir jalan dekat komplek rumah. Sehabis pulang sekolah aku selalu membantu mengurus semua kebutuhan kue. Seiring berjalannya waktu. Aku telah menjadi perempuan yang tegar. Aku sama Mama bergandengan tangan untuk menjalani hidup bersama. Malampun tiba. Saat semuanya sudah selesai. Aku bersama pengawaiku segera menutup toko. Setelah semuanya sudah beres aku bersama pegawaiku meninggalkan toko kue. Saat melangkah keluar. Ada sebuah mobil mewah yang terparkir asal di depan toko. Aku sangat kesal melihat mobil itu yang menutup akses jalan keluar. Kemudian aku segera mendekat dan mengetuk pintu. Hampir lima menit orang yang berada di dalam tidak mendengarkanku. Lalu aku menggedor kaca mobil itu dengan kencang. Aku menyuruh orang yang berada di dalam segera keluar, “Saya tidak tahu siapa anda di dalam. Tetapi tolonglah minggir dari sini. Saya ingin mengeluarkan mobil saya.” Orang yang berada di dalam mobil itu membuka pintu. Aku mundur beberapa langkah dan diam di tempat. Mataku terbelalak sempurna karena yang berdiri di depanku adalah Darren Pratama. Aku segera melangkahkan kaki. Ketika melangkah Darren menarik bajuku. Tubuhku melemas dan mati rasa. Jantungku berdegup dengan kencang. Aku mematung sambil menunduk. Buliran kristal bening mulai berjatuhan. Orang yang selama ini aku hindari ternyata menemuiku. Jujur selama ini aku memang menghindari Darren. Aku tidak mau berurusan dengan dia. Meskipun Darren mempunyai wajah yang tampan namun aku sangat membencinya. Aku sering mendengar tentang kekejaman Darren dari Mama, costumer dan juga dari temanku sendiri. Jika sudah berhubungan dengan Darren, siap-siap saja akan hancur bagaikan debu. Darren segera menarikku hingga jatuh dalam pelukannya. Aku langsung berontak melepaskan diri. Namun aku tidak bisa. Karena kekuatanku tidak bisa membuatnya mundur. “Tuan... Lepaskan saya,” ucapku sambil memohon. Darren mengitari mobil dengan memelukku. Lalu Darren membuka pintu. Aku masih berusaha melepaskan diri dari genggamannya. Saat aku mencoba untuk kabur. Darren langsung mendorongku masuk ke dalam. Setelah menyuruhku masuk. Darren segera mengitari mobil dan masuk ke dalam balik kemudi. Malam ini Darren membawaku entah ke mana. Aku mencoba untuk tenang seakan tidak terjadi apa-apa. Aku berusaha untuk tidak bersuara. Sedari tadi Darren diam dan sangat fokus lurus ke depan. Ia tidak bersuara sama sekali. Aku ingin memandang wajahnya. Namun aku tidak sanggup melakukannya. Di dalam mobil aku merapalkan banyak doa. Agar Darren tidak menyakitiku. Sesampainya di gedung tinggi menjulang. Darren membawa mobilnya memasuki basemant. Ia memarkir mobil itu di tempat khusus. Darren segera keluar dari mobil. Setelah keluar Darren mengitari mobil itu. Kemudian ia menyuruhku keluar. Sorot matanya tajam bagaikan elang yang mengejar mangsanya. Seperti itulah Darren memandangku. Aku sengaja menunduk dan tidak berani menatapnya. “Apa salahku pada Tuan?” tanyaku yang lolos dari bibirku. Darren tidak bersuara. Ia segera mendekatiku. Wajahnya mulai condong ke arahku. Hembusan nafasnya membuat tubuhku meremang. Aku diam dan mulai mencari cara supaya kabur. “Jika kamu melangkahkan kakimu. Aku bisa pastikan hidupmu akan berakhir malam ini!” titah Darren dengan suara beratnya. Aku memejamkan mata. Tanpa harus melihat wajahnya itu. Darren yang melihatku hanya dingin. Tangannya segera memegang tubuhku. Lalu Darren mengangkatku seperti karung beras. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan. Kemudian Darren membawaku ke apartemen. Sepanjang perjalanan aku mencoba berontak. Aku memukul punggung Darren. Namun Darren tidak bergeming untuk melepaskanku. Sesampainya di apartemen Darren melemparkanku di ranjangnya. Seluruh tubuhku hampir parah karena ulahnya. Darren tidak memperdulikanku. Ia mengambil sesuatu untuk ditaruh di gelas. Ia segera menuang bir. Aku yang melihat itu hanya bisa pasrah. Aku tidak berani melawan pria arogan itu. Darren memang mempunyai sifat yang tidak boleh ditolak. Sekali menolaknya pasti tahu sesuatu yang akan terjadi. Kemudian Darren mendekatiku lalu duduk di tepi ranjang dengan membawa bir itu. Tangannya memegang daguku. Kemudian mencengkeramnya. Darren menyodorkan minuman tadi yang telah diberikannya obat. Aku menutup mulutku dengan erat. “Cepat minum ini!!!” titah Darren dengan dingin sambil menyodorkan gelas itu. “Aku tidak mau,” teriakku. Darren segera memasukkan gelas itu ke mulutku secara paksa. Ia meminumkan bir itu ke dalam mulutku. Mau tidak mau bir itu terminum olehku semuanya. Setelah habis Darren menaruh gelas itu di atas nakas. Aku terbatuk-batuk untuk mengeluarkan bir itu. Namun aku tidak bisa melakukannya. “Mulai saat ini kamu menjadi milikku selamanya,” bisik Darren ke telingaku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN