Tok... Tok...
Aku terkejut saat melihat orang yang masuk kedalam ruangan bukanlah sekretaris dari Ben, melainkan Xander. Xander berjalan menghampiri kami yang berada di sofa, lalu dia duduk di sebelah Ben. Jantung ku berdegup saat mata kami bertemu. bukan karena aku jatuh cinta padanya, tetapi karena tatapan mata Xander yang sangat tajam, terlebih Ben bilang bahwa Yura pernah mencoba menggodanya.
"Bro, lo masih inget kan Yura yang ketemu kita di night club." kata Ben sambil menunjuk kearahku.
"Iya gua inget. Dia juga karyawan di cafe Kak Sandra." jelas Xander kepada Ben.
"Oh ya! Wow! Kaya nya lo orang jodoh gak sih ?" ledek Ben yang langsung mendapat tatapan garang dari Xander.
"Jadi tujuan lo kesini apa ?" tanya Xander dingin.
"Sa-saya" kata ku ragu sambil melirik ke arah Ben.
Xander dan Ben menyadari hal tersebut sehingga mereka saling bertukar pandang. Tidak lama terdengar ketukan dari luar pintu. Dan sekretaris Ben masuk membawakan minuman yang tadi di pesan Ben. Setelah meletakan minuman di atas meja sekretarisnya tersebut pamit.
"Hm... klo gitu gua pergi dulu ya. Gua masih ada meeting." pamit Ben ke Xander sambil menepuk bahunya.
Sebenarnya aku jadi tidak enak dengan Ben, karena jadi terlihat seperti aku mengusirnya. Walaupun dia yang berinisiatif pergi.
Akhirnya Ben pergi menyusul sekretarisnya. Dan Xander masih terus menatapku tanpa mengalihkan pandangannya. Jantung ku jadi seperti berdegup 10 kali lebih cepat.
"So, kamuada perlu apa mencari saya ?" tanya Xander tanpa basa basi.
"Hm... sa-saya. Hm... Ma-maaf apakah tu-tuan masih membutuhkan orang untuk menjadi pengasuh anak anda ?" tanyaku takut.
Kening Xander langsung mengkerut mendengar pertanyaan ku.
"Tau darimana ?"
"Ma-maaf saya tidak sengaja mendengar pembicaraan anda dengan Bu Sandra."
"Berapa umur kamu ?"
"Du-dua puluh dua tahun tuan."
"Orang yang mau menjadi pengasuh anak saya itu harus menjadi ibu s**u nya juga. Dan saya rasa kamu tidak punya pengalaman untuk itu."
"Saya pasti bisa tuan!"
"Gimana caranya ? Apa kamu pernah menyusui ?"
"Pe-pernah."
"Kamu punya anak ?" tanya Xander penasaran, tapi masih tetap mempertahankan pose tubuhnya yang bersandar di sofa sambil menyilangkan kakinya.
"Heuh ?"
"Ya kamu bilang, kamu pernah menyusui. Anak kamu umur berapa ?"
Aku berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan itu. "3 bulan tuan."
"Kamu gak salah, anak kamu sendiri aja baru umur 3 bulan dan kamu mau kerja sebagai pengasuh dan ibu s**u anak saya ? Terus anak kamu gimana nanti ? Karena saya tidak mau apa yang di konsumsi anak saya bercampur dengan apa yang dikonsumsi oleh orang lain. Dan kamu juga harus stay di rumah saya 24 jam."
'Apa ? Jadi aku hrus stay di rumah Xander juga ? Lalu gimana dengan ayah nanti ?' batin ku. Sebenarnya aku jadi ragu jika harus meninggalkan ayah seorang diri. Tapi aku juga butuh pekerjaan ini.
"Sa-saya janji akan memberikan ASI eksklusif untuk anak tuan."
Aku melihat kening Xander yang bertaut setelah mendengar pertanyaan ku. 'Semoga dia gak curiga dan menanyakan hal lain lagi' batin ku.
Lalu dia mengeluarkan kartu nama dari dalam dompetnya dan memberikannya kepada ku. Aku mengambil kartu nama itu walaupun aku masih bingung.
"Besok hubungi saya. Sebelum saya menerima kamu bekerja, saya harus memastikan kesehatan mu." kata Ethan tegas.
"Baik tuan terima kasih." kataku sambil tersenyum senang. Berarti aku masih mempunyai kesempatan. "Apa ada lagi tuan ?"
Xander menggelengkan kepalanya pelan.
"Kalo gitu saya permisi dulu tuan." kata ku seraya bangkit dari sofa dan sedikit menundukan badan ku untuk memberi hormat sebelum aku meninggalkan ruangan tersebut.
Xander POV
Aku memperhatikan sosok tubuh Yura yang keluar dari ruangan.
'Wanita aneh. Sewaktu kami bertemu di klub sikapnya sangat berani. Bahkan cara berpakaiannya sangat bertolak belakang. Tapi kenapa sekarang sepertinya dia seperti gadis yang polos.' batin Xander.
Ceklek
Pintu ruangan itu terbuka kembali, dan Ben berjalan memasuki ruangan sambil tersenyum. Lalu dia duduk di sofa yang ada di hadapanku.
"Gimana ? Apa ada kemajuan dengan hubungan kalian?" ledek Ben.
"Ck! Jangan berpikir anaeh-aneh. Dia kesini mencari pekerjaan." jawab Xander ketus.
"Hah! Gimana ?" Ben yang tadinya duduk bersandar di sofa langsung menegakan tubuhnya mendengar perkataan Xander.
"Dia melamar pekerjaan sebagai pengasuh Xavier."
"Hah! Gimana ?"
"Ck! Dia melamar pekerjaan sebagai pengasuh Xavier sekaligus Ibu s**u untuk Xavier." Xander menjelaskan kembali.
"Tunggu. Jadi maksud lo dia itu udah punya anak ?"
"Katanya sih udah." kata Xander sambil menggedikan bahu.
"Wah!!! Udah punya anak aja tapi bodynya kaya masih perawan. Hahahaha." Ben kembali menyandarkan tubuhnya ke sofa.
"Ben, apa lo gak berasa aneh sama wanita tadi ?" tanya Xander dengan wajah serius.
"Maksud lo Yura ?" tanya Ben lagi dan langsung mendapat anggukan dari Xander.
"Iya sih. Gua juga merasa aneh sama dia. Seperti dua orang yang berbeda."
"Waktu gua ketemu dia di cafe Kak Sandra, dia juga gak ngenalin gua."
Ben mengeryitkan dahinya mendengar kata-kata Xander. "Tadi dia juga kaya orang gak kenal sama gua."
Ternyata Xander dan Ben memang memikirkan hal yang sama.
Xander POV End
[Yuna : Bisa kah kita bertemu]
Aku mengirim pesan kepada orang yang mungkin bisa membantuku menjalankan rencana ini. Aku masih menunggu jawaban darinya dengan perasaan gugup, sampai tidak sadar aku terus menggigitin kuku ibu jari ku.
Ting
Aku langsung membuka pesan yang masuk kedalam ponselku.
[XX : Tunggu aku di apartment ku. Pin nya xxxx. 1 jam lagi aku sampai]
Setelah mendapatkan pesan itu aku langsung bergegas ke apartment yang di maksud. Setibanya di apartment tersebut aku langsung memasukan kode pada pintu masuk apartment tersebut. Aku duduk di sofa sambil mengirim pesan ke Ayah untuk mengabari kalo aku akan telat pulang. Setelah 15 menit aku menunggu aku haus akhirnya aku memberanikan diri mengambil minuman ke dapur. Aku terkejut sampai menjatuhkan gelas yang tadi aku pegang saat tiba-tiba ada tangan yang melingkar di pinggang ku.
"Argh!!!! Lepas!!!" teriak ku berusaha melepaskan diri dari orang tersebut.
"Sayang... kamu kenapa sih ? Jangan sok jual mahal deh. Kan kamu yang minta aku kesini tadi." Kata pria tersebut.
"Itu bukan gua. Tolong lepasin." kata ku dengan suara yang bergetar.
Tiba-tiba dia langsung memutar tubuh ku dan membopongku di atas bahunya. Bahkan dia sempat memukul b****g ku dengan kencang sampai aku berteriak. Aku terus memberontak dan memohon agar pria itu mau melepaskan ku. Tapi dia hanya mengabaikan teriakan ku. Dia membawaku masuk kedalam sebuah ruangan yang ternyata itu adalah sebuah kamar tidur. Dia melemparku keatas ranjang. Aku yang sangat ketakutan langsung beringsut mundur sambil menggelengkan kepala ku. Dalam hati aku berdoa agar ada orang yang bisa menolongku.
TBC