Bias mentari mengintip di celah jendela. Hamparan permadani hitam berganti menjadi gumpalan kapas putih yang berarak menyambut kedatangan penguasa langit. Pukul setengah enam pagi, udara sejuk berhembus meniupkan anak rambut Irene. Sementara orang-orang di luar sana mulai sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, lainnya halnya dengan dua insan yang masih saling mendekap dan bergelung di bawah selimut yang sama. Irene menggeliatkan tubuhnya. Seluruh tubuhnya terasa remuk akibat pergulatan semalam. "Astaga! Sudah siang!" Irene memekik. Dengan tubuh polosnya, ia berlari ke kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Membuka kran shower air dingin, ia lekas menyabuni tubuhnya begitu dinginnya air membelai seluruh kulitnya. "Sayang, kenapa tidak membangunkanku?" Irene terkejut saat sang su

