Part 9

1319 Kata
"Aku percaya segalanya indah pada waktunya dan biarkan Roh Kudus menyertai jalan ku menuju pada Mu" Setelah melalui perdebatan yang panjang pada pertemuan ke dua lamaran Riko dan Diana. Akhirnya ke dua orang tua Diana bersedia menyerahkan Diana pada Riko. Maka hari ini 28 Juni 2019 Riko dan Diana menikah. Di dalam gereja yang Kudus, di nikahkan oleh Pastor asal NTT tepatnya di gereja Katedral. Seluruh keluarga ikut menghadiri pemberkatan pernikahan. Proses pemberkatan berjalan dengan lancar. Lalu acara di lanjutkan di hall gedung hotel Axana untuk resepsi pernikahan. Orang tua Riko rela mengorbankan yang tabungan mereka untuk menggelar acara pernikahan yang cukup mewah. Hal ini di lakukan untuk menutupi rasa malu itu saja. Di sela sela pesta Lendro dan Maya maju ke pelaminan untuk menyalami pasangan pengantin. "Gue nggak nyangka Din, Lu bakalan nikah secepat ini, ini semua seperti mimpi" Diana hampir saja menjatuhkan sebulir air bening dari matanya yang indah dan hampir membasahi pipinya yang penuh riasan di wajah. Riko melihat bagaimana reaksi Diana terhadap ucapan Lendro. Kemudian dia merangkul istrinya dan mencium pipinya untuk menguatkan Diana yang baru saja sah ia nikahi. "Nggak ada yang tau soal kelahiran, kematian dan juga jodoh. Kita hanya tunduk akan kehendak Tuhan dan gue yakin ini semua karena kehendak Tuhan. Maka gue dan Diana dipersatukan" "Keberuntungan yang datang secara kebetulan. Gue cuman punya satu pesan, please jaga Diana seperti Lo jaga sebuah emas permata. Asal lho tau Diana adalah wanita yang mustahil untuk di temukan apalagi di miliki. Jadi tolong jaga dia" Lendro membuat Diana terkesima dengan apa yang baru saja ia dengar. Rasanya mustahil bagaimana mungkin Lendro memujinya di depan suaminya sedang ia tau bahwa Lendro tidak pernah memiliki rasa padanya. Kemudian setelah mengalami Diana dan Riko, Lendro dan juga Maya pamit undur diri. Lendro meninggalkan pesta dengan 1001 perasaan yang berkecamuk di hatinya. Di sepanjang perjalanan Maya memperhatikan bagaimana raut wajah kekasihnya itu. "Are u okay?" "Hmm..." Lendro melirik Maya sekilas lalu kembali menghadap jalanan. "Len..." "Kenapa sih May?" "Kamu yang kenapa?" "Emang aku kenapa?" "muka kamu tuh kusut dari sejak kita mau berangkat ke pesta. Bahkan sampai sekarang" "Mungkin karena aku kecapek an" "Capek? Emang kamu capek ngapain Len?" "Bisa nggak May kamu berhenti mempermasalahkan ini?" "Ok fine" suasana kembali hening. Tak lama kemudian mereka sampai di depan rumahnya Maya. Lendro menghentikan mobil di depan gerbang. "Lho nggak masuk?" "Lain kali aja, gue capek hari ini" Berhubung Maya tidak ingin memperpanjang masalah ia pun langsung keluar dari mobil dan membiarkan Lendro melajukan mobilnya. Walaupun dalam hati Nya tetap saja menaruh rasa curiga pada Lendro. apa mungkin Lendro suka dengan Diana makanya dia kecewa lihat Diana menikah dengan Riko? Tapi gue nggak pernah tau kalau mereka pernah dekat. Setau gue mereka nggak pernah Deket. Ah.. udah ah, bodo amatlah.. apapun yang terjadi Diana dan Riko udah sah suami istri. Hufff.. tapi kok bisa sih? Mereka bahkan nggak pernah pacaran. Tau ah! Maya berbicara dalam hati, lalu kemudian masuk ke dalam kamar. Sedangkan Lendro masih sibuk dengan lamunannya akan ketidakyakinannya bahwasannya Diana sudah sah menjadi istri orang. "Kok bisa sih... ? Diana? Secepat itu Din?" "Gue bahkan nggak tau kalau Lo pacaran sama Lendro" "Gue sempat ngira kalau lo suka gue Diana. Tapi gue nggak mau ngerusak Lo... itu sebabnya gue pilih Maya di acara prom night. Tapi kenapa Lo malah pilih Riko sih?" "Gue nggak ngerti. Ya Tuhan... apa yang terjadi?" "Kenapa gue begok banget sih... Shit...!" Sepanjang perjalanan Lendro hanya mengumpat dan merutuki dirinya sendiri. ***** Resepsi pernikahan telah selesai. Seluruh keluarga pengantin kembali ke rumah kediaman Diana. Hal ini di karenakan ke dua belah pihak keluarga keberatan untuk menyewa hotel. Bukannya mereka tidak memiliki uang, hanya saja bagi orangtua pernikahan ini hanya sebuah keterpaksaan tidak perlu terlalu di mewahkan. Di rumah saat semua telah berkumpul Diana dan Riko duduk bersebelahan masih dengan busana pengantin. Ini adalah saat yang di tunggu-tunggu Bapak Lukas untuk memberi pelajaran alias nasihat keras ala Bapak Lukas kepada putri sulungnya dan juga menantunya. "Jadi sekarang kalian berdua sudah resmi sebagai pasangan suami istri. Kalian bukan anak muda lagi tetapi kalian adalah calon orang tua. Jadi sudah selayaknya dan sepatutnya kalian menjaga sikap agar kalian tidak semena-mena bertingkah laku. Baik itu kepada orang tua, saudara, keluarga ataupun teman Bapak bukannya membatasi pergaulan kalian tapi memang sepatutnya kalian membatasi diri ketika bergaul dengan teman-teman kalian. Suka atau tidak suka kalian harus bersikap layaknya orang tua. Karena ingat kalian sudah menjadi suami istri dan sebentar lagi kalian akan menjadi orang tua. Sehubungan dengan itu Papa harap kalian berdua sanggup menafkahi diri dan bertanggung jawab pada komitmen pernikahan apapun yang terjadi kalian tidak boleh melanggar janji yang sudah kalian ucapkan di depan altar gereja. Dan Papa sudah tidak punya kewajiban apapun bentuk nya atas nama nafkah untuk kamu Diana, karena kamu sudah punya suami jadi suami kamu lah yang akan menafkahi kamu. Jadi apapun keperluan kamu Riko yang bertanggung jawab untuk memenuhi segalanya. Termasuk tempat tinggal, Riko selaku menantu bapak harap kamu bisa memberikan Diana tempat tinggal yang layak untuk nya." Sejenak seisi ruangan menjadi tegang. Riko dan Diana merasa seperti baru saja di usir dari rumah. Mereka pun tak kuasa menahan rasa kecewa namun hanya bisa menghela napas. Kemudian Ibu Luna angkat bicara pada keputusan suaminya, dia sama sekali tidak setuju apabila anaknya dan menantunya tidak diperbolehkan untuk tinggal di rumah. "Pa.. ini sudah malam, kita baru saja selesai pesta kenapa kita larang anak-anak untuk nginap di rumah?" ""Siapa yang pesta? Pesta macam apa yang kamu maksud?" "Papa sudahlah... bagaimanpun juga Riko sudah memenuhi janjinya. Kenapa Papa masih egois?" "Aku tidak ingin berdebat" "Sudahlah Ma... Pa.. aku bisa bawa Diana ke kos ku untuk sementara waktu" Kemudian Bapak Petrus pun ikut bicara. "Tapi untuk bulan berikutnya Papa tidak akan bayar uang kos mu. Karena Papa setuju dengan apa yang di katakan oleh ayah mertuamu. Tugas dan tanggung jawab Papa sudah selesai. Karena kamu sudah menikah maka kamu harus bertanggung jawab pada diri sendiri dan juga keluarga kamu yaitu istri dan anak. Kamu paham kan?" Ya Tuhan apa lagi ini? Diana dan Riko membatin secara bersamaan. "Iya Pa.. Riko paham" Tanpa terasa sebulir air mata jatuh di pipi Diana, dalam hitungan menit ia menjadi asing dan di asing kan. Bagaimana mungkin mereka bisa bertahan hidup tanpa bantuan dari orang tua. "Apa apa an kalian ini? Apa ini cara kalian meluapkan amarah kalian pada anak-anak? Memang mereka salah tapi bukan berarti kita menjadikan mereka sebagai musuh bebuyutan. Apa Yang ada di dalam benak kalian?" Ibu Lia angkat bicara hingga ia beranjak dari tempat duduknya sambil berdiri dia memaki ke dua lelaki paruh baya itu. "Betul itu! Memang nya hanya karena mereka sudah menikah lalu tugas dan tanggung jawab kita sebagai orang tua selesai begitu saja? Begitu kah maksudnya? Aku tidak mengerti apa yang ada di benak kalian berdua... aku.." sambung Ibu Luna.. "Cukup!" Bapak Lukas menyuruh istrinya untuk diam. "Keputusan ku sudah bulat, tidak boleh di ganggu gugat." "Kalau begitu untuk pertama kalinya kau terlihat asing bagiku, aku sungguh tidak mengenal mu" Ibu Luna sangat kecewa dan ia pun berlalu ke dalam kamar mengurung diri. "Sudahlah Pa.. Diana yakin Riko bisa menjaga Diana seperti Papa merawat Diana dengan baik. Diana cuma bisa berdoa agar kiranya Tuhan Yesus memberkati kami berdua. Tapi Diana mohon untuk semalam saja izinkan Diana untuk nginap di rumah ini. Lagi pula Diana belum membungkus barang-barang. Semuanya masih tersusun rapi di kamar Pa. Anggap aja ini permintaan terakhir Diana sama Papa" Sepucuk air mata sudah menggantung di sudut bola mata Bapak Lukas. Bagaimana mungkin dia bisa membiarkan anaknya tidak punya rumah. Kalau saja ego lelaki 'Nya' tidak menguasai dirinya mungkin dia tidak akan mengeluarkan kalimat demikian. Bahkan ia tidak bermaksud mengusir putri ke sayangannya. "Baik tapi hanya semalam" "Makasih Pa.." "Kalau begitu kami permisi dulu. Mungkin kami langsung saja balik ke Pasaman malam ini juga" Bapak Petrus dan keluarga berpamitan pada Bapak Lukas, lalu mereka pun kembali ke Pasaman pada malam itu juga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN