"Jadi bagaimana Pak Bey? apakah saya bisa menikahkan Ari dengan Shifa?" tanya Cakra kepada Bey yang mencoba melamar anak gadisnya.
"Saya menyerahkan keputusan kepada anak saya saja Pak Cakra" ucap Bey lalu memanggil Shifa untuk ikut duduk disampingnya.
"Gimana sayang, kamu mau menerima perjodohan ini?" tanyanya lembut kepada Shifa.
Ia yang menganggap Ari seorang pejaka dan tidak menyangka akan menjadi seorang Istri kedua akhirnya mengganguk tanya menyetujui perjodohan malam itu.
Ari yang dari tadi banyak diam karna takut ketahuan status pernikahan dengan Rini, akhirnya bisa bernafas lega melihat Shifa menyetujui perjodohan ini.
"Alhamdulillahh!!" ucapnya agak kencang karena bahagia malam itu.
Shifa tersentak kaget mendengar ucapan Ari, lalu dia tertawa melihat kelakuan calon suaminya mengucap rasa syukur malam itu.
"Ari jaga sikapmu!" bisik Cakra kepada anaknya.
"Gpp Pak, maklum dari tadi Ari terlihat cemas dari awal datang kerumah ini, biarkan dia melampiaskan perasannya" sahut Bey tertawa lalu mengusap kepala Shifa, "Putri ayah sudah besar ya sekarang" bisiknya ditelinga Shifa.
muka Shifa berubah menjadi merah merona menahan malu malam itu.
"Baiklah Pak Bey dan Shifa klo begitu saya dan anak saya pamit dulu, semoga kita bisa bertemu lagi secepatnya untuk membahas tanggal baik pernikahan anak kita" ucapnya lalu menjabat tangan Bey dan calon menantunya.
"Insya Allah Pak Cakra, secepatnya kita akan berkumpul lagi untuk membahas persiapan pernikahan" Jawab Bey ramah.
Sedangkan Ari dan Shifa dari tadi hanya melempar pandangan malu-malu dan senyuman.
"Hey kalian berdua, belom Muhrim gak boleh curi-curi pandang terus ya" canda Cakra melihat Ari dan Shifa.
"Sepertinya mereka sudah saling cinta Pak" timpa Bey.
akhirnya mereka berempat tertawa bersama.
Sejak malam itu, Shifa sering kali tersenyum bahagia sendiri, Ia membayangkan akan menjadi seorang Istri.
Tentu dia harus mulai belajar memasak untuk suaminya nanti, tidak ingin mengecewakan suami karna ia tidak pandai memasak.
Shifa mulai memperhatikan tetangganya yang sudah menikah, mencari tau apa saja kewajiban nantinya menjadi seorang istri, kadang dia juga bertanya tentang malam pertama kepada tetangganya. Maklum Pernikahan adalah hal baru dalam hidupnya.
tetangganya terkekeh mendengar setiap pertanyaan yang Shifa ucapkan.
"Shifa.. Shifa.. kamu tuh lucu banget sih" jawab tetangganya gemas mencubit pipi Shifa.
"Udah kamu tenang aja, suami mu pasti bahagia punya istri seperti kamu, nanti kamu bisa sambil belajar menjadi seorang istri, jangan takut salah" pesan tetangganya saat itu.
Sedangkan Shifa cuma manggut-manggut sambil tersenyum kecut mendengar penjelasan tetangganya.
Malam harinya diruang keluarga kediaman Bey.
"Sayang.." panggil Bey kepada putrinya.
"Iya Pah.." jawab Shifa merebahkan kepalanya dibahu Bey.
"Kamu yakin Nak mau menikah dengan Ari?" tanya Bey sedikit khawatir, akan melepaskan anak kesayangannya itu.
Shifa menatap wajah Ayahnya, dia melihat ada kesedihan yang ditutupi Bey malam itu.
"Papah sedih ya? apa aku batalin aja pernikahan aku?" tanya shifa memeluk tubuh Ayahnya.
"Gpp sayang, papah cuma belom siap aja ngelepas kamu ke orang lain, ayah takut Ari ga bisa menjaga kamu, seperti ayah menjagamu" ucapnya datar.
"Papah takut setelah nikah kamu malah ga bahagia sayang, coba liat anak papah ini masih keliatan seperti anak kecil. Gimana mau menikah nanti" candanya mengusap punggung Shifa.
"Aku sudah besar pah!!! umurku sudah 17 Tahun loh, aku ga bakal tinggalin papah kok, nanti aku sering tengokin papah ya disini" jawab Shifa dengan wajah bahagia lalu mencium pipi Bey lembut.
Bey meneteskan air mata malam itu, firasatnya mengatakan akan terjadi hal buruk kepada anaknya. Ia tidak ikhlas itu terjadi tapi biar gimana ia tidak ingin merusak kebahagiaan Shifa saat ini.
"Kok papah nangis?" Shifa ikut terlihat sedih melihat ayah yang begitu dia sayangi menangis.
"Gpp Sayang, ini namanya air mata bahagia. Inget ya Menikah sekali saja seumur hidup, biar gimanapun keras dan beratnya pernikahan kamu, jangan sampai bercerai. Kamu harus bisa mengatasinya." Pesan Bey sambil mengusap lembut air matanya.
"Iya pahh, doain Shifa ya biar pernikahan aku bisa langgeng kaya papah biar mama udah ga ada papah tetep setia" jawab Shifa lalu memeluk erat Ayahnya.