Bab 18 Aku........

1111 Kata
“Salam kenal Pak aditya, Saya Juli” “Salam kenal juga. Ada yang bisa saya bantu Nona Juli?” “Saya ingin memberikan paket ini Pak” “Apa ini?” “Saya juga kurang faham Pak, tapi sepertinya isi paket ini akan membuat Bapak mengetahui siapa sebenarnya istri Bapak sebenarnya” “Apa maksudnya nona?” tanya Aditya dengan wajah tidak mengerti. “Silahkan Bapak lihat saja” Setelahnya Juli duduk begitu saja. Di silangkannya kedua kakinya. Tentu saja rok sepan pendek yang di pakainya akan naik beberapa centimeter dan menunjukkan paha putih mulusnya. Melihat apa yang Juli lakukan Aditya makin tidak mengerti apa sebenarnya yang di inginkan Juli darinya. Di bukanya paket tersebut dan ternyata berisi sebuah USB. Semakin tidak mengerti dengan apa arti semua ini. USB kemudian di pasangkan pada laptopnya, di lihatnya ada satu file video. Aditya hanya tersenyum menatap video yang sedang di putarnya. Di sana Ika dan Ayu membahas dirinya dengan dua ekspresi yang berbeda. Rindu yang membuncah membuat Aditya tidak mengindahkan keberadaan Citra disana. Di pandanginya Ayu dengan segala ekspresinya di sana. Ekspresi yang tidak pernah lagi dilihatnya sejak kejadian terakhir. Senyum yang selalu Aditya rindukan, raut marah yang selalu di tunjukkan Ayu saat dirinya merasa tidak setuju dengan apa yang Aditya lakukan, ekspresi berfikir yang selalu membuat kerutan di dahinya dan selalu di ciumnya jika ini terjadi, dan yang lebih Aditya rindukan adalah tawa lepasnya. Satu satunya ekspresi yang jarang sekali Ayu tunjukkan kepada orang lain namun selalu di lakukan saat mereka hanya berdua saja. Sungguh menahan rindu itu berat. Bener juga ya kata Dilan, jangan rindu karena rindu itu berat (salah apa nggak ya ini.....maafkan author kalau salah hehehehe). “Bagaimana Pak Aditya? Masih mau dengan wanita gila dan lesbi seperti Ayu? ” Kata kata Citra membuat Aditya mendongak menatap Citra dengan marah. “Lesbi? Gila?” “Iya....Bapak lihat saja betapa akrabnya mereka. Keakrapan yang tidak normal lho pak.....AAARRRGGGGHHH” Tiba tiba Citra berteriak ketakutan. Tubuhnya terangkat tinggi. “Dengar Nona Citra. Wanita tanpa hijab itu adalah adekku dan wanita dengan hijab adalah istriku. Mereka berdua berteman sejak lama tanpa ada sesuatu seperti yang ada di otak anda. Aku tidak pernah yakin keduanya memiliki hubungan di luar pertemanan. Aku mengenal baik adekku nona” Terang Aditya dengan wajah garang dan menakutkan. Kalau sudah begini apalagi berkaitan dengan Ika, adeknya, Aditya memang tidak pernah bersikap lembut kepada siapapun yang memiliki niat buruk padanya. Terkadang hal ini juga menjadi hal yang mengakibatkan Ayu menjadi cemburu setengah mati. Karena sebagai istri, Aditya tidak pernah melakukan hal yang sama seperti kepada Ika. Kadang Ayu berfikir siapa istrinya sebenarnya. Ika atau dirinya?. “Bukan....bukan....bukan dengan Ibu Ika yang saya maksud Pak, tapi dengan laki laki di sebelahnya” Jelas Citra yang terbata bata mencoba menjelaskan. Namun tatapan Aditya tetap saja tidak tertarik. Walaupun demikian di lepaskannya Citra dengan kasar hingga Citra terpental jatuh. Citra hanya bisa mengusap bagian badannya yang sakit. Perlahan lahan Citra mencoba bangkit untuk mengambil foto yang tergeletak di tanah dekat kaki Aditya. “Ini. Laki laki ini. Mereka membuat janji hari sabtu nanti untuk stay di hotel bersama” Citra mencoba menjelaskan dengan nada yang masih ketakutan. Di lihatnya raut wajah Aditya yang mulai berubah membuat Citra diam diam tersenyum senang. Catch you Mr. Aditya hahahaha....Akhirnya kamu akan menjadi milikku dan wanita k*****t itu akan enyah dari keluarga besar mereka. Aku. Aku. Aku yang lebih pantas untuk masuk ke keluarga terhormat itu hahahahaha. “Maaf nona, bisakah kau pergi sekarang? Sebelum aku memutuskan tulang tulang di lehermu?” Aditya memandang Citra dengan tajam. Aditya mendengar semua isi kepala Citra tadi. Sungguh memuakkan. Wanita jalang k*****t. Kamu lebih baik dari Ayu? Hah mimpi. Wanita kampret ini tidak tahu atau bodoh?Laki laki di sebelah Ayu dan Ika itu Vicky? t***l. “Tapi pak....bagaimana dengan apa yang terlihat di foto itu?” Citra sekali lagi mencoba meyakinkan Aditya untuk mempercayainya. “Keluar sendiri atau keluar dengan keranda?”. Aditya berkata dengan pelan tetap dengan mata yang menatap tajam. Kata kata tajam di sertai dengan mata yang menatap tajam juga, sedikit banyak membuat Citra ketakutan. Di lihatnya Aditya sekali lagi dan berbalik pergi meninggalkan Aditya yang masih menatapnya hingga bayangan Citra benar benar hilang dari pintu masuk di ruangannya. “WAW.....seorang Aditya tidak tergoda dengan paha mulus dan d**a membusung? WAW” “Diam” “Beneran itu? Seorang Aditya gitu lho....... bagaimana bisa? ........AWWWW it’s hurt dude” “Diam ok?” “What happened?” “Nothing. Hanya butuh ketenangan” “Hehehehe  menyesal sudah menolak tawaran yang menggiurkan tadi?” “Mau mati sekali lagi?” “Hahahahahahaha...........pasti sekarang kamu berfikir begini, seandainya saat itu aku juga melakukan hal seperti ini, mungkin semuanya akan baik baik saja, is it right?” “Sial. Jangan baca isi otakku hantu k*****t” “Eits....No need did it. Semua terpancar di wajahmu buddy” “Bagaimana bisa?” “Dengan orang lain mungkin kamu bisa berbohong tapi denganku? NO” “Hhhhhhhh yes I know. Always with you like naked of a book” “Hahahaha Iwan gitu lho” “Iiiizzz hantu Iwan gitu lho” “Hahahahahahahaha” keduanya tertawa terbahak bahak. Akhirnya hari itu mereka berdua menghabiskan harinya dengan mengobrol ini itu tanpa topic apapun yang jelas. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Aditya berjanji untuk makan malam bersama Ika dan Ayu. Entah Ayu akan hadir atau tidak, namun jauh di dalam hatinya masih ada harapan untuk bisa melihat Ayu dan berbaikan kembali seperti dulu. Dirinya rindu dengan senyum, tatapan matanya saat marah maupun tersenyum, semuanya.......dia rindu semua yang ada pada diri Ayu. Hingga saat ini tidak ada wanita yang bisa membuatnya seperti Ayu membuat dirinya menjadi diri sendiri. Baginya Ayu adalah wanita yang unik. Sebagai istri CEO tidak pernah sekalipun Ayu menginginkan sebuah perhiasan dengan harga yang sangat mahal. Walaupun Ayu tahu dirinya mampu untuk membelikannya. Dan kalian tahu? Setiap kali Aditya ingin membelikan Ayu perhiasan mahal, Ayu akan marah sejadi jadinya. Bagi Ayu perhiasan itu hanyalah logam biasa yang tidak penting. Bagi Ayu tidak ada yang termahal kecuali keluarganya. Ya. Keluarga. Banyak orang yang tidak tahu jika sebenarnya Ayu adalah seorang CEO di sebuah perusahaan besar. Bahkan Ayu bisa di katakana lebih kaya daripada Aditya. Namun begitulah Ayu. Hidup sederhana lebih baik dari pada hidup berfoya foya seperti yang selalu Aditya lahukan. Daaaannnn hal ini juga yang membuat Aditya jatuh cinta sedalam dalamnya kepada Ayu. “Assalamu’alaikum” “Wa’alaikumsalam” jawab Ayu dan Ika bebarengan. Ayu menoleh untuk menatap orang yang mengucapkan salam dan dirinya pun menghela nafas panjang setelah mengetahui siapa orangnya. “Mau apa kemari?” “Aku........  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN