Dahulu kau mencintaiku
Dahulu kau menginginkanku
Meskipun tak pernah ada jawabku
Tak berniat kau tinggalkan aku
Sekarang kau pergi menjauh
Sekarang kau tinggalkan aku
Di saat kumulai mengharapkanmu
Dan kumohon maafkan aku
Aku menyesal telah membuatmu menangis
Dan biarkan memilih yang lain
Tapi jangan pernah kau dustai takdirmu
Pasti itu terbaik untukmu
Janganlah lagi kau mengingatku kembali
Aku bukanlah untukmu
Meski 'ku memohon dan meminta hatimu
Jangan pernah tinggalkan dirinya
Untuk diriku
Sekarang kau pergi menjauh
Sekarang kau tinggalkan aku
Di saat kumulai mengharapkanmu
Dan kumohon maafkan aku
Aku menyesal telah membuatmu menangis
Dan biarkan memilih…
Alunan lagu dari Rossa mengiringi perjalanan Ayu dan Erlangga. Bulir air mata menetes tanpa henti, dan hal ini tentu saja membuat Erlangga ketakutan dengan kehamilan Ayu yang sudah mendekati masanya.
Kehamilan Sembilan bulan dengan tiga bulan terakhir penuh dengan kesedihan dan penderitaan batin sungguh membuat semua yang menyayangi Ayu khawatir. Walaupun di hadapan mereka Ayu masihlah Ayu yang seperti biasanya tapi mereka tahu Ayu selalu menangis jika merasa tidak ada lagi yang melihatnya. Menangis dalam diam adalah jenis tangisan yang menakutkan. Satu jenis tangisan yang benar benar sakit sekali.
Erlangga dan yang lain memilih melihat Ayu menangis meraung raung daripada diam seperti selama empat bulan ini.
“Sudah ya.....jangan menangis lagi. Ayo turun kita sudah sampai”
“Hhhhh iya.....Kak.....”
“Hmmm ada apa?”
“Traktir ya....Aku nggak punya duit”
“Uangmu ada di aku. Kemarin kemarin saat kamu membantu memecahkan masalah penggelapan dana, kamu tidak pernah mau di bayar. Jadi uang itu kami masukkan ke tabungan milikmu yang memang kami buka untukmu. Jadi ibu hamil yang cantik, tidak perlu khawatir tidak bisa membayar pizza berapun yang akan kamu habiskan, Ok?”
“Ok”
Jawaban Ayu yang singkat dan datar menambah kekhawatiran Erlangga.
Sedih maksimal nih kayaknya si ibu hamil. Kenapa juga aku punya saudara b******n tengik begitu ya? Bener juga kata Ayu dulu, waktu pertama kali ketemu dan memanggil Adit dengan kata kata HEI b******n hahahaha.
“Hahahaha bener itu Ga, cocok buat Adit”
“Astaghfirullah kaget aku. Dasar tokek loe Wan, jantungan gua”
“Halah lebay”
“Bacot Loe”
“Kak.....Ayoooo lapar nih”
“Iya ayo...”
“Ayo ayo”
“Ngapain si Iwan tokek ikutan masuk? Emangnya di dunia perhantuan sono nggak ada Pizza ya?”
“Gua sebel Yu kalau loe udah begini ck....Sebel bener gua”
“Apa coba salah Ayu? Kan Ayu cumin tanya begitu? Mananya coba yang salah?. Ayu kan manusia, hidup, bernafas juga, jadi Ayu nggak ngerti dong dunia perhantuan itu kayak gimana”
“Bodo ah lapar gue”
“Mana ada hantu makan pizza tokek”
“Nggak usah ikutan Ayu lu Ga, sebel gua”
“Hahahahaha hantu tokek sableng”
Keduanya sama sama mentertawakan Iwan yang masih saja melayang dengan wajah manyun. Iwan sungguh sebal melihat keduanya yang senang sekali melihat dirinya menderita.
“Ga....Ayu sudah bisa tertawa tuh. Pinter nggak gua”
“Kalau sama loe mah kapan juga Ayu nggak ketawa, maklum musuh tokek koplak hahahaha”
“Nggak ada bagus bagusnya gue di mata loe ga hhhhhh”
“Bodo”
Iwan hanya melirik Erlangga dengan tatapan menghujam tajam. Walaupun hatinya geram namun keduanya benar benar saling menyayangi. Bagi mereka walaupun Iwan berbeda alam namun Iwan tetaplah Iwan saudara sepupu yang baik hati dan mantan adik ipar nggak jadi hehehehe.
“Kak....Kok nggak pesan salad lagi sih?”
“Lha masih kurang Yu?”
“Kurang lah....dua mangkok lagi ya?”
“Loe makan apa di telen semangkok mangkoknya Yu?”
“JEDUK”
“Waduhhhh” teriak Iwan dengan keras. Tendangan di kakinya tidak bisa dikatakan pelan. Untuk ukuran ibu hamil, tenaga Ayu sangat besar.
“Pppfffttttt hahahaha”
Untung saja mereka berada di Private room jadi apapun tingkah laku Iwan di muka umum, tidak membuat keduanya jadi bahan perhatian bagi pelanggan lainnya.
“Pantas ruangan ini ramai sekali. Apa kabar Wan?”
“Good. Dunia perhantuan masih aman terkendali. How you doing Dan?”
“Under control kecuali masalah si Adit bego itu. Bikin kepala puyeng”
“Ngapain loe puyeng Dan? Adit mah bego kan udah mulai dahulu?”
“Ini mah kebangeten Wan. Amit amit jabang bayi deh gua”
“Heleh pada lebay....Lha si Ayu ngambil lagi tuh Salad. Tuh anak makannya di kunyah apa di telen ya?”
“Wan.....di hajar Ayu baru tahu rasa loe”
Vicky yang baru saja memasuki ruangan, memperingatkan Iwan akan kompensasi omongannya ke Ayu. Bisa bisa habis di hajar Ayu sampai koma dia nanti.
“Sejak kapan tuh anak makan segini banyaknya?”
“Dia sudah hampir dua bulan lebih makan hanya dua sendok dong tiap harinya. Dan itu juga hanya jagung pipil kukus pakai mentega sama s**u”
“Jasuke maksud loe?”
“Iya kalau nggak ada tambahan selada airnya. Nah ini ada selada airnya. Di makan dua sendok sisanya masuk mulut si Satriya. Kalau Satriya nggak mau bisa habis dia di racun Ayu”
“Kenapa gua ngerasa gak enak ya....Semoga gua salah deh”
“Iwan.....Wan”
“Apaan”
“Hiks hiks”
“Cup cup kenapa kok nangis?”
Tanya Vicky mewakili semua yang ada disana. Sebenarnya mereka heran, sejak kapan Ayu bisa semanja itu sama Vicky? Dan bisa nangis sesenggukan manja juga. Cepat cepat mereka mengambil Hp masing masing dan mulai merekamnya. Ini semua adalah hal langka. Seorang Ayu yang notabone preman, walau kedoknya cewek berjilbab dan lugu sih, tapi dalamnya Preman banget, bisa menangis seperti itu.
Semua kejadian ini tidak luput dari pandangan Aditya yang hanya bisa melihat Ayu dari kamera CCTV di kantornya.
Iya benar. Tempat Ayu membeli Pizza adalah milik Aditya yang Ayu tidak pernah tahu. Tapi jika di lihat dari lahapnya dia makan, anak anak mereka sepertinya tahu jikalau makanan itu berasal dari Papi mereka. Dan mereka sangat merindukan kehadiran papinya.
Maafkan Papi sayang....Papi memang bodoh. Sungguh kebahagiaan mami dan kalian adalah yang paling utama bagi Papi. Papi mengaku salah. Maaf ya....
“Ooooo ternyata sembunyi disini suaminya”
“Astaghfirullah.....Iwan tokek....Ngapain sih loe kesini”
“Mau lihat mata mata yang mulai tadi nyorot ke meja kita kita di sana. Mana ada CCTV cumin nyorot ke satu meja aja. Kalau ada maling uang di kasir, sukurin loe”
“Berisik ah”
“Kenapa sih loe nggak kesana aja. Samperin sana mumpung dianya sudah bisa ketawa ketiwi tuh”
“Biar dia makan dulu. Selama berapa bulan ini aku tahu dia hanya makan sekedarnya saja. Kasihan anak anakku di perut”
“Hmmmm bisa ngomong juga dia. Kemarin kemarin kenapa nggak mikir sampai sana ya?”
“Ck...Hush hush sana pergi loe. Bosen gua ngelihat muka loe”
“Cih....kalau ada aja loe ajak bertengkar coba aja gua nggak nongol sehari aja loe cariin”
“Mimpi loe? Ngapain juga gua nyariin loe tokek?”
“Kan loe kangen gua kelonin?”
Iwan memberikan senyum mesumnya kepada Aditya dan membuat Aditya melempar buku di depannya tepat kea rah kepala.
DUG
“Aduh.....tega amat loe Dit. Gua ini hantu masa loe lempar pakai buku?”
“Hantu kok teriak sakit waktu di lempar buku. Hantu KW 10 loe”
“Emangnya kalau hantu nggak boleh ya kesakitan di lempar buku? Tokek loe”
“Loe yang tokek”
“Hah ke Ayu aja deh.....Malas gua lihat loe”
“Siapa juga yang mau lihat loe ck”
Tanpa aba aba Iwan berjalan melayang menembus tembok di sisi kanan Aditya. Melihat hal itu Aditya hanya bisa melotot jengkel.
Nggak hidup nggak mati masih aja ngeselin tuh tokek.
********
Ayu yang melihat Iwan kembali dari sebuah ruangan dengan menembus tembok, merasa curiga. Sedang apa Iwan diruangan tadi? Dan dengan siapa?. Apakah mungkin suaminya ada di sini?.
Terserahlah.kalau memang suaminya ada di sini. Dia hanya ingin menikmati Pizza dan salad di sini itu saja.
Sebenarnya Ayu tahu Café ini milik suaminya. Ayu memang sengaja memilih Café ini, karena dia tahu anak anak yang ada di dalam perutnya merindukan Papinya. Seperti dia yang sebenarnya merindukan Aditya. Dan Ayu juga tahu semua Pizza ini, Aditya yang memasaknya.
Semua memiliki rasa yang khas, hasil masakan Aditya.
Dan Ayu tahu jika sejak tadi CCTV di pojok kanan atas, hanya menyorot dirinya. Hal itu sudah menjadi pertanda jika Aditya, suaminya ada di sana.
“Yu....Pizza nya kok nggak dimakan?”
“Sudah kenyang kak.....Biar Iwan saja yang menghabiskan”
“Iwan sudah makan satu Loyang porsi besar, bisa tambah gendut dia”
“Lha ku juga nanti tambah gendut kak kalau makan seiris lagi”
“Kamu sih butuh Yu. Asupan gizimu kurang berapa bulan ini”
“Asupan gizi baik baik saja. Nggak usah lebay kayak betet ah”
“Ck ini anak di bilangin mesti ngeyel”
“Bodo”
“Sejak kapan pizza ada isian kertas?”
“Loe mah rakus tokek. Kertas kertas loe embat juga”
“Sial loe....eh ini buat Ayu. Gua bacain ya?”
“Iya”
“Kenapa kalian yang jawab? Nggak butuh tahu. Ayu sayang....Boleh Iwan yang ganteng ini bacain buat kamu?”
”Hehehehe iya boleh....Tokek hehehe”
Jawab Ayu sambil tersenyum.
“Nggak pakai kali YUUUUUU.....oke dengerin ya. ADUH....”
Tiba tiba Iwan mengaduh kesakitan, dan mulai mengusap kepalanya yang kesakitan karena pukulan seseorang yang tak terlihat.
Iwan hanya menatap sambil melotot ke sebuah ruangan.
Awas saja kau Aditya Tokek. Tunggu pembalasan dariku.
“Ayo cepat di baca. Ngapain melotot begitu?. Kelilipan?”
“Ada orang gila suka nyambit orang ganteng tidak berdosa ck. Oke dengerin ya.....
Ayu....Istriku
Aku tahu jika aku bukanlah laki laki peka dan bukan laki laki yang pandai menerangkan perasaan di hati. Ayu....sayang
Maafkan aku atas apa yang terjadi. Aku mengaku aku salah dan aku bodoh....
Memang” kata Iwan mengomentari tulisan Aditya spontan dan hal ini membuat Ayu tersenyum.
“Hush...teruskan Wan”
Iwan tidak menjawab perkataan mereka, hanya melirik saja dan bersiap untuk meneruskan acaranya membacanya.
..........Maafkan aku.....But Believe me that I said you....I Love You so much. Nawang hanya adek sepupu bagiku dan kamu adalah hatiku. Jangan jauhi aku dan jangan pergi dariku ya....aku tidak bisa hidup tanpamu sayang. Aku benar benar tidak bisa hidup tanpamu sayang. Dua bulan ini rasanya aku hampir mati saja.
Ayu sayang.....maafkan aku ya. Aku janji untuk berubah menjadi lebih baik dan lebih mempercayai kamu sayang. Maafkan aku ya....
Percayalah sayang....aku benar benar mencintaimu sepenuh hatiku.
Sudah habis. Surat apa ini? Nggak romantis amat sih Dit. Bego loe ya....mana ada surat permintaan maaf seperti ini? Ya Allah kenapa juga Dia jadi saudaraku ya?”
Ayu tidak menghiraukan kata kata Iwan. Dia hanya diam dan memakan salad di depannya dengan tenang.
“Ayu....Ayu....Yuhuuuu answer it”
”Buat apa?”
“Mampus loe dit....Buat apa katanya”
Semua yang ada di ruangan itu hanya tersenyum mendengar sahutan Iwan yang asal nyeplos saja.
Aditya yang melihat dan mendengar semua percakapan hanya tertunduk sedih. Dirinya tahu makna jawaban yang di lontarkan Ayu kepada Iwan. Sepintas seperti tidak memiliki arti tapi dirinya tahu jawaban Ayu adalah jawaban untuk isi suratnya.
I know that am stupid man but.....
Maafkan aku sayang....maafkan ya
Believe me that I love you so much
NB:
Kasihan ya si Aditya tapi perlu sih cowok di beginiin, biar nggak ngelunjak. Setuju nggak? Komen ya enaknya Aditya di apain dulu biar di maafin Ayu, Ok?.