Troublesome

2466 Kata
Perempuan itu memang suka sensitif kalau soal berat badan. Makan dikit, nambah sekilo. Jajan dikit, nambah sekilo. Makan permen, nambah sekilo. Bayangin deh kalau makan abis itu jajan plus makan permen, nambah berapa kilo? Namun ada juga manusia-manusia berkekuatan khusus yang walaupun makan seember penuh juga tetap body goals ala-ala Victoria's Secret Angels. Kalau perempuan bernama Allegra Ayu Laksamani itu masuk ke dalam golongan pertama. Badannya memang nggak gendut, tapi lumayan berlemak lah di beberapa bagian. Apalagi kalau habis makan sampai kekenyangan. Biasanya kelihatan di perut, kalau buat duduk buncit gitu. Masalahnya adalah sebelum tidur sore tadi, Allegra makan sepiring mi instan. Tanpa nunggu makanannya turun, Allegra langsung tidur. Bayangin lemak di perutnya sekarang gimana. Sebenarnya bukan itu masalah utamanya. Masalah utamanya adalah ... tamu di depannya ini lho. Tamu yang makan malam di rumahnya kali ini. Tamu yang senyumnya ramah dan bikin Allegra lupa diri. Ternyata ... si tetangga sebelah. Dan perut Allegra buncit gitu? Kan malu di depan Antariksa dengan keadaan begitu. Untungnya mereka terpisahkan meja makan. Setidaknya Antariksa tidak akan melihat perut buncit Allegra saat duduk. Antariksa tidak datang sendiri, melainkan bersama keluarganya yang ternyata blaster-an. Papanya adalah orang Pontianak asli beretnis Melayu-Tionghoa sedangkan Mamanya asli dari Puerto Rico. Itu lho, negara asalnya Despacito. Mereka sekeluarga ternyata pindahan dari Los Angeles. Import, Sis! Papa Antariksa itu dulunya bekerja di Kedubes Indonesia di Los Angeles sana. Tapi sekarang pensiun dan memilih kembali ke kota kelahirannya. Cari kedamaian katanya. Kabar mengejutkannya adalah, laki-laki yang kemarin menangkap Allegra sedang mengintip pakai teleskop itu benar-benar adiknya Antariksa. Wajahnya nggak ada persis-persisnya. Kalau Antariksa oriental mirip Papanya, dua adik kembarnya malah lebih 'bule' mirip Mamanya. "Anta sekarang kerja dimana?" tanya Papa. "Di Untan, Om," jawab Antariksa. "Oh dosen ya?" tanya Papa. Lagi. Allegra senyum-senyum menjijikkan, aw interaksi calon mantu dan mertuanya. "Iya, Om." "Lulusan California State University kan kamu?" Antariksa ngangguk. Allegra jadi membayangkan bagaimana bangganya dia jika memperkenalkan Antariksa sebagai pacar ke teman-temannya, "Kenalin pacar gue. Antariksa, lulusan California State University." "Oh iya, Om belum tau nama kalian," kata Papa pada dua adik Antariksa. Sama, Allegra juga belum tau siapa mereka. Yang Allegra tau sejauh ini cuma mereka adik Antariksa. Satu perempuan dan satu laki-laki. "Saya Bentala Aidin Sitradivari, Om. Panggil Tala aja," kata yang perempuan. "Kalau saya Samudera Aidil Sitradivari. Biasa dipanggil Sam," lanjut si laki-laki. Tanpa sadar, Allegra mendengus sinis. Pelan. Cuma dia sendiri yang mendengar. Namanya Samudera tapi manggilnya Sam (dibaca Sem), sok bule. Iya sih emang blasteran. Emang nama dia Semudera apa? Allegra mengoceh sendiri dalam benaknya. "Mereka ini kembar. Cuma beda setengah jam," kata Tante Anne--Mama mereka. "Kalau anak kamu namanya siapa, Laksamana?" tanya Om Johan--Papa mereka. "Kenalan tuh." Papa menyikut Allegra yang kebetulan duduk di sampingnya. Menghamburkan kesinisan Allegra. "Saya Allegra Ayu Laksamani. Adik saya namanya Adagia Cantika Laksamani," papar Allegra mengenalkan dirinya. Saat matanya berpendar menatap keluarga bule di hadapannya, tatapan Allegra tanpa sengaja bertemu dengan milik Samudera. Laki-laki itu ... menatapnya sinis. Jauh lebih sinis dari pemikiran Allegra tadi. *** "Pesawat turun ... naik ... turun ...." Allegra senyum-senyum sendiri waktu melihat Antariksa bermain bersama Adagia. Adiknya itu digendong di atas pundak Antariksa, dibawa kesana kemari seolah sedang naik pesawat terbang. Rasanya gemes-gemes gitu lho. Udah ganteng, cerdas, punya pekerjaan keren, ramah, sayang anak kecil pula. Kurang apa lagi? Tipe Allegra banget ini mah! Kalau Tuhan kasih kesempatan Allegra buat memilik Antariksa suatu hari nanti, Allegra berjanji nggak bakal sekalipun ngelepasin laki-laki itu. Udah super perfect buat jadi pendamping hidup ini mah. Allegra yang sedang duduk di anak tangga tidak melepaskan pandangannya dari Antariksa. Berulang kali laki-laki bermata sipit itu tersenyum dan menunjukkan gigi kelincinya. Gimana Allegra nggak makin terpikat? "Ehm." Sebuah dehaman membuat Allegra mengalihkan pandangannya. Tepat di depannya sudah ada dia, si bule dan tatapan tidak sukanya. Tangannya dimasukkan ke saku celana jeans-nya. "Ada apa ya?" tanya Allegra. "Nggak usah sok nanya deh. Lo pasti si m***m yang neropongin kamar gue pakai teleskop kemarin kan?" katanya to the point. Bagai ditampar oleh sebuah kenyataan, Allegra tersentak. Ada berbagai alibi dalam kepalanya sampai-sampai dia bingung apa yang harus dikatakan. "Eng-enggak gitu g-gue ...." "Alah jangan alasan deh. Gue lihat pakai mata kepala gue sendiri kok. Nggak nyangka aja sih ya anak dari keluarga baik-baik kayak lo ternyata hobinya ngintipin orang," potong laki-laki bernama Samudera itu. "Ya ampun serius. Gue nggak maksud buat ngintip lo!" Ngintipin saudara lo iya. "Lagian gue juga nggak tau kalau itu ternyata kamar lo," sambung Allegra. Gue kira kamar Abang lo. "Masih aja ngelak. Lo pasti paparazi yang mau cari-cari informasi kehidupan pribadi gue. Lo seharusnya ngehargain privasi gue. Sekarang gue nggak butuh apa-apa kok. Cuma butuh permintaan maaf dari lo," ketus Samudera. Allegra mengerutkan keningnya. Apa dia bilang? Paparazi? What the f*ck, emang dia kira dia siapa? Artis bukan, anak presiden juga bukan. Kok lama-lama ngeselin sih? "Gue nggak mau minta maaf karena emang gue nggak ngelakuin apa yang lo tuduhin. Dan apa kata lo? Paparazi? Lo itu bukan artis atau orang penting. Gila, kurang kerjaan apa gue?!" Allegra naik pitam dan kini menatap Samudera tak kalah tajam. Pemuda itu tersenyum licik, "Oke, that's your choice. I swear to make your life being so troublesome. And you seems don't know me. So, i'll make you know who am i. Just wait and see, Girl," ancamnya. Allegra berdecih. Diancam oleh tetangga untuk pertama kalinya. Pakai bahasa inggris pula. Hell, ini Indonesia. Cekrek! Allegra mendelik waktu Samudera tanpa ijin memotretnya dengan ponsel. "Sam, let's go home!" seru Tante Anne pada Samudera membatalkan protesan Allegra. Samudera membalik badannya. Meninggalkan Allegra dengan rasa sebal yang luar biasa. *** Orang yang paling b******k di dunia ini adalah orang yang lari dari tanggung jawab. Pergi begitu saja setelah menyusun rencana sedemikian rupa. Seperti Tata. Perempuan yang nada bicaranya selalu membuat Allegra kesal itu menghilang. Padahal dia orang yang menyarankan--atau lebih tepatnya memaksa sarannya diterima--untuk mengusung sastra Cina kuno sebagai bahan kaligrafi. Dia juga yang menyarankan untuk melakukan riset kecil-kecilan hari ini di perpustakaan waktu jam makan siang. Tapi dia juga yang menghilang. Persis Avatar, menghilang saat dibutuhkan. Sekarang perempuan itu sedang ada di UKS. Menikmati AC dengan nyaman tanpa susah-susah berpikir. Alasannya sih sakit perut. Tapi Allegra sudah terlanjur skeptis tak percaya. Gue doain sakit perut beneran baru tau rasa lo! batin Allegra kesal. Ia menekan keyboard komputer perpustakaan dengan penuh emosi. Kalau bisa protes, keyboard-keyboard itu pasti sudah jejeritan saat ini. Leon juga sebelas dua belas. Laki-laki yang memang tergabung di tim basket sekolah itu menggunakan alasan latihan basket dadakan sebagai dalih untuk mangkir dari kewajiban. Padahal satu sekolah juga tau kalau jadwal latihan basket itu dilakukan sepulang sekolah. Alhasil Allegra cuma berdua dengan Aksara. Iya, berdua. Eh, berdua? Allegra melirik kanan kiri. Baru tersadar kalau dia dan Aksara ada di pojok perpustakaan, berdua saja. Seketika dirinya yang dipenuhi emosi jadi berdebar-debar tidak jelas. Allegra melirik Aksara sekilas. Kemudian menggelengkan kepalanya. Mencari kesadaran yang sempat hilang sepersekian detik. "Udah ketemu?" tanya Aksara. Tubuhnya yang mencondong tiba-tiba ke arah Allegra sukses membuat perempuan itu nyaris kena serangan jantung. "B-belum," jawab Allegra gagap. "Udah ketemu?" tanya Aksara. Tubuhnya yang mencondong tiba-tiba ke arah Allegra sukses membuat perempuan itu nyaris kena serangan jantung. "B-belum," jawab Allegra gagap. "Nih, gue nemu yang kayak gini. Menurut lo kalau penulisannya kayak gini gimana?" tanya Aksara sambil memiringkan layar komputernya. Aksara memang bertugas dalam mencari gaya penulisan kaligrafi. Dia yang memang terkenal artsy juga ditunjuk sebagai pengeksekusi penulisan kaligrafi nanti. Sementara Allegra bertugas meriset konten yang harus mereka tulis. Tugas yang seharusnya jadi tugas Tata. "G-gue nggak terlalu ngerti masalah estetika begitu. Tapi k-kayaknya bagus. G-gue setuju," kata Allegra. Aksara membalas Allegra dengan senyuman yang tampaknya mampu menerangi seluruh kota. Allegra langsung lumer, meleleh seperti es krim yang dibiarkan begitu saja di bawah terik sinar matahari. "Gue coba cari yang lain deh buat banding," kata Aksara. "O-oke." Allegra kemudian kembali pada komputernya. Meski dentum-dentum tidak jelas di dadanya tak berhenti jua. Akhirnya Allegra menemukan konten yang tampaknya bisa jadi isi dari kaligrafi mereka. Dia melirik Aksara, ragu-ragu, kemudian memanggil pemuda itu. "S-Sa," panggilnya. "Ya?" "Mmh ... gue nemu ini. San Guo Yan Yi. Ini tuh judul novel kuno yang kalau diterjemahkan secara harfiah jadi Three Kingdoms Performing Yi, tapi kalau udah dimodifikasi jadi Romance of Three Kingdoms. Berhubung nyari quotes-quotes Bahasa Mandarin dari karya klasik begini susah, gimana kalau kita tulis judulnya aja? Nanti tinggal dijelasin tentang sejarah bukunya, isi bukunya secara singkat, terus makna yang terkandung di judulnya ini apa. Gimana?" papar Allegra. Aksara mengacungkan jempol, "Gue setuju. Daripada harus cari kutipan-kutipan sastra yang malah kita nggak ngerti. Mending judulnya aja tapi kita paham maknanya." Diskusi dengan Aksara ternyata tak sesulit yang Allegra bayangkan. Laki-laki itu tidak sealot Tata yang selalu ingin menang sendiri. Kalau saja Tata ada di sini, pasti sekarang dia sedang ngotot. Memperdebatkan pendapat Allegra dengan dalih-dalih buatannya yang bikin sakit kepala. Ada positifnya juga Tata menghilang dari pandangan. Tepat ketika diskusi mereka mencapai final, bel tanda masuk berbunyi. Sungguh s**l nasib Allegra. Gara-gara diskusi ini, dia jadi harus merelakan jam makan siangnya. Perutnya kosong. Mana belum sarapan. Semua ini gara-gara Tata! Pokoknya kalau Allegra tiba-tiba pingsan karena kelaparan, semuanya salah Tata! Setelah mematikan komputer, Allegra berjalan mendahului Aksara. Hatinya bisa makin kacau kalau jalan berdampingan dengan Aksara. Namun belum jauh Allegra melangkahkan kaki dari perpustakaan, Aksara memanggilnya, "Le!" Deg! Allegra terkejut karena rasa-rasanya belum pernah Aksara memanggil namanya seperti itu. Perlahan-lahan dia menoleh, memastikan apa pendengarannya tidak salah. Dan benar, Aksara berdiri di sana. Tak jauh darinya. Aksara lalu menghampirinya dengan senyum yang terkembang di wajah tirusnya. Dia lalu merogoh sesuatu dari dalam saku dan menyodorkannya pada Allegra. "Nih, lo pasti laper karena belum makan kan?" Sebungkus wafer cokelat dengan taburan rice crispy di atasnya. Jelas ini bukan sesuatu yang pernah terlintas di benak Allegra. Gadis itu tertegun. Membeku tak bisa bergerak saking kagetnya. Aksara lalu meraih tangan Allegra dan meletakkan cokelat itu di atas tangannya. "Jangan ngelamun! Kesambet nanti," katanya. "Gue duluan." Aksara kemudian pergi. Meninggalkan Allegra yang rasanya tak lagi berpijak di bumi. *** Pernah nggak sih merasa uncomfort saat jadi pusat perhatian? Kalau iya, bisa jadi kamu adalah salah satu kaum introvert. Kaum yang banyak orang salah artikan sebagai 'anti sosial'. Padahal kenyataannya, introvert itu juga butuh bersosialisasi kok. Cuma ya gitu, ada batas nyaman yang mereka punya. Jangan salah menilai si introvert sebagai orang yang nggak asik, karena kalau sama orang-orang terdekatnya, pasti pecah. Kayak Allegra sama 4 teman syaitonnya ini. Cekikikan dari tadi cuma gara-gara Gendis yang pakai kaus kaki sebelahan. Sebelah putih, dan yang sebelah lagi hitam. "Ya ampun, bisa ya nggak sadar gitu. Kalau ketangkep Bu Wawa mampus deh lo," ucap Bianda. Obrolan mereka ya emang gini. Banyak nggak pentingnya. Kalau ada yang kesusahan, pasti berujung diketawain. Dari mereka berlima, dua diantaranya--Allegra dan Garnet--introvert. Bahkan dulu Gendis ngira kalau Allegra ini orangnya sombong. Jarang ngomong sih, sekali ngomong nadanya datar, plus mukanya yang emang agak judes. Bikin orang suka salah paham. Mungkin yang seperti ini penyebab mengapa ada pepatah, 'Don't judge a book by it's cover'. "What the ...," Endah yang dari tadi sibuk sama smartphone-nya tiba-tiba menyita perhatian. "Guys, coba cek ig-nya Oceandera deh." Gendis, Garnet, dan Bianda kompak membuka ponselnya. Allegra memilih diam. Ada dua alasan diamnya Allegra. Pertama, dia nggak punya kuota. Kedua, dia nggak kenal siapa itu Oceandera. Allegra memang agak kudet. Teman-teman Allegra memasang tampang kaget. Allegra jadi penasaran, mereka lihat apaan sih? Garnet lalu menyodorkan ponselnya pada Allegra. Allegra nggak kalah kagetnya begitu menyadari fotonya terpampang di sebuah i********: ber-username '@oceandera_'. *** Kalau nyuci, ngepel, dan beres-beres rumah kamu bilang repot, kayaknya kamu belum tau bahwa cari jawaban buat pertanyaan orang-orang itu jauh lebih repot. Mau bilang A takut salah, mau bilang B takut dibilang munafik, mau diceritain semuanya nggak penting banget. Dilema. Allegra aja udah pusing minta ampun sekarang. Teman sekelasnya--bahkan teman-teman satu angkatannya--melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tak terhitung berapa banyaknya. "Ih serius deh, Le! Jujur, lo itu siapanya Oceandera?" "Kenal dimana?" "Kok lo bisa ada di ig-nya Oceandera sih?" Sumpah ya Allegra enek banget. Apalagi semua pertanyaannya tentang Oceandera s****n itu. Ya, Oceandera yang meng-upload fotonya beberapa jam yang lalu. Bikin geger dan bikin Allegra repot setengah mampus. Padahal sebelum kejadian ini, Allegra sama sekali tak tau siapa Oceandera. Tapi sekarang harinya penuh dengan kata-kata Oceandera. Coba tebak apa. Oceandera itu rupanya si tetangga s****n, adeknya Antariksa ganteng. Ya, Samudera. Bule sok inggris yang main ngancam-ngancam semau udelnya. Allegra sendiri baru tau kalau Samudera itu selebgram dunia yang punya followers hampir nyaingin Ayu Ting Ting. "Iya ih Allegra dari tadi nggak mau jawab!" seru Gendis merajuk. "Tolong diam dulu. Allegra mungkin masih shock," bela Garnet. Allegra teringat lagi soal ancaman Samudera semalam, dia tertawa. Ya, Samudera memang sukses buat hari Allegra jadi troublesome. *** Mungkin begini perasaan artis-artis yang suka dinyinyirin haters di i********:. Kayak ada perih-perihnya gitu lho. 432.679 komentar, dan 60 persen diantaranya bernada menghina. Ada yang bilang jelek lah, nggak seputih Kak Sam lah, nggak pantes jadi pacar Kak Sam lah, mukanya muka cewek penggoda lah. Komentar-komentar berbahasa Inggris yang kebanyakan ditulis oleh orang-orang Indonesia. Judgemental semua. Gimana Indonesia mau maju kalau rakyatnya cuma bisa ngehina orang lain begini? Emang sih foto Allegra yang ada di i********: bule s****n itu memang aib. Lagi pasang tampang kesel plus mencureng begitu. Tapi ya gimanapun, nggak seharusnya orang-orang--yang bahkan nggak kenal dia--itu menghina sampai ngatain muka penggoda segala. Dan buat yang bilang nggak cocok jadi pacar Samudera bikin Allegra mikir lagi, memang sebegitu buruk dirinya? Lagian ya, Allegra juga nggak sudi tuh pacaran sama tukang ancam kayak Samudera. Secara fisik aja, Samudera itu bukan tipe Allegra. Allegra sukanya yang oriental ala artis Korea gitu lho. Sedangkan muka-muka western kayak Samudera itu sama sekali nggak lolos kriteria Allegra. Belum lagi attitude-nya, meski Allegra belum begitu mengenal Samudera--dan emang nggak mau kenal lebih jauh lagi--, tapi ancaman pemuda itu sudah membuktikan bahwa dia tidak seramah Kakaknya. @allegraal Tolong hapus foto gue Kurang apa sih Allegra? Udah didzalimi begini masih pakai kata 'tolong'. Iseng, Allegra scroll. Penasaran aja kenapa makhluk tukang ancam itu bisa punya followers segudang. Di bionya sih tertulis '17, Los Angeles' dengan embel-embel emotikon bendera Amerika di belakangnya. Udah pindah ke Pontianak juga masih aja Los Angeles, pikir Allegra. Allegra membuka salah satu video yang dipos Samudera. Berlatarkan sebuah studio lengkap dengan alat rekaman. What do you mean ... Video cover itu berakhir dengan sebuah anggukan dari Allegra. Ya, boleh lah suaranya. Setelahnya, penelusuran Allegra berlanjut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN