EPW 2

1409 Kata
APA semua werewolf akan setegang ini saat hendak menemui mate untuk pertama kali? Eveline bahkan tak bisa bernapas dengan tenang. Dia akan langsung membayangkan pertemuannya nanti, yang jelas tak akan berjalan baik. Eveline sudah berlatih memanah sejak pagi, tapi anak panahnya tak ada yang tepat sasaran. Tak ada yang memuaskan sama sekali. Kepala Rogue yang sudah dipenggal itu tidak tertancap satu pun anak panah yang dilayangkan Eveline, semua anak panahnya meleset dan tertancap ke pohon. Padahal tak ada yang berubah dari latihan sebelumnya baik posisi maupun jarak Eveline dengan target. Dia merasakan ada seseorang yang datang, memutuskan untuk kembali mencoba walau anak panahnya tinggal tersisa sedikit. Para warior yang ada di sana membungkuk sehingga Eveline tahu siapa yang datang tanpa perlu menoleh. “Jaiden bilang kau menemui seseorang di perbatasan. Siapa dia?” tanya Eiden di belakang Eveline, memantau adiknya yang sedang latihan. “Bukan siapa-siapa.” “Rogue?” tebak sang Alpha. “Mate-mu?” Satu anak panah lagi dilayangkan dan meleset juga. Eveline mendesah kesal, lalu mengambil satu anak panah lagi. “Aku belum yakin, Kak. Pergilah, aku sedang tak mau diganggu.” “Kau sedang tidak mau diganggu atau pikiranmu sedang kacau? Fokusmu buyar sekali.” Tatapan tajam Eveline memudar, menurunkan busur panahnya perlahan dan menghadap Eiden. “Kak, apa di keluarga kita ada yang memiliki mate dari pack lain?” “Tak ada,” jawab Eiden. “Jadi benar kau menemukan mate-mu? Dari pack mana dia berasal?” “Aku bilang akan memastikannya. Jadi, nanti aku akan kembali perbatasan untuk menemuinya. Jadi aku mohon, jangan ada siapa pun yang mengikutiku, Eiden. Aku tak suka.” Eiden mengedikkan bahu, sebenarnya tahu kalau Jaiden beberapa kali tidak membuntuti Eveline. Ya, adiknya membuktikan kalau dia bisa jaga diri. “Baiklah, hanya kali ini, tapi tetap saja warior di perbatasan akan mengawasimu.” “Terserahlah.” Eveline kembali mencoba memanah kepala orang itu, tetap saja tidak kena. “Biar kucoba,” ujar Eiden mengambil alih busur panah. Sejak dulu, Eidenlah yang mengajari Eveline semua dasar bela diri dan menggunakan senjata. Makanya dia mengetahui cara menggunakan semua senjata Eveline. “Kenapa aku terlahir half-blood? Aku harus mempelajari semua alat-alat ini untuk bisa membela diri. Tak sepertimu yang bisa berubah menjadi wolf,” keluh Eveline. Wajahnya semakin tertekuk saat anak panah Eiden tepat mengenai dahi Rogue itu. “Kau tahu? Siapa pun yang menjadi half-blood kemungkinan memiliki darah dari makhluk lain. Siapa tahu kau memiliki kekuatan lain, ‘kan?” “Jangan menghiburku begitu, Eiden. Aku tahu keluarga kita tak ada persilangan darah,” gumamnya. “Baiklah. Jangan menyerah, ya, Adikku.” *** Lain dengan Eveline, Xavior malah sangat menantikan pertemuan nanti. Sudah lama dia menantikan saat ini, di mana dia akan bertemu mate yang diputuskan Moon Goddes. Takdir terbaik yang bisa dia dapatkan. Xavior berdiri di balkon lantai atas mansion, melihat ke hutan-hutan di perbatasan. Wajahnya tampak bersinar di bawah cahaya siang hari. Dia berbalik saat mendengar langkah kaki menjejak anak tangga, lalu menunduk saat ternyata Damianlah yang menemuinya. “Bagaimana soal kemarin, Xavior?” tanya Damian. “Dia benar mate-ku.” “Lalu bagaimana? Kenapa kau menemukannya di perbatasan?” Xavior juga memikirkannya setelah pergi dari perbatasan. Kenapa mate-nya ada di perbatasan? Jika dia berasal dari pack lain, sangat berbahaya melintasi perbatasan karena warior bisa saja mengira dia adalah Rogue. Jika dia berasal dari Supermoon Pack, jelas Damian melarang werewolf mana pun ke sana tanpa persetujuannya. “Entahlah, dia langsung pergi begitu kita bertemu. Tapi dia mengajakku bertemu lagi hari ini.” “Kalau begitu, kau tidak perlu melaksanakan tugas apa pun. Fokuslah untuk membuat mate-mu terkesan.” Ucapan Damian membuat Xavior bingung. “Untuk apa membuat mate-ku terkesan?” tanyanya. Bahkan saat Xavior tidak berkemas, dia tetaplah seorang yang tampan. Tak sedikit yang berharap jadi mate-nya dan harus menelan patah hati mengetahui Beta mereka sudah bertemu sang mate. “Astaga, pergilah dan tanyakan Flora apa yang akan membuat wanita senang. Hibur dia juga, semalam aku terlalu memaksanya.” Xavior mengangguk, mengikuti saran Damian. Dia memang jarang berinteraksi dengan orang lain selain mereka yang bertugas di mansion dan lawan jenisnya hanya sebagian kecil. Mendapatkan satu dua saran akan sangat membantunya. Sebelum masuk, dia mengetuk pintu kamar Flora. “Luna, apa kau baik-baik saja?” tanya Xavior. Dia melihat leher Flora ada semacam simbol rumit yang muncul jika mate sudah ditandai. Flora juga tampak lebih pendiam dan murung. Tak usah ditanya bagaimana keadaan kamar, seperti kapal pecah. “Ada apa?” balas Flora lemas. “Bisakah aku bertanya sesuatu?” “Soal apa?” “Wanita, Luna.” “Oh astaga! Kenapa kau tak bilang dari tadi? Cepat kemari.” Mendadak Flora menjadi bersemangat walau masih terlihat lesu. Bahkan dia memaksa Xavior duduk di kursi yang tak jauh dari ranjang. “Jadi, wanita itu suka bunga mawar atau karangan bunga apa pun yang cantik. Kau harus memberinya cokelat dan memuji penampilannya.” “Cokelat itu apa, Luna?” tanya Xavier tak pernah mendengarnya. “Aku lupa, kalian hanya mengonsumsi darah,” gerutu Flora. “Baiklah, lewatkan tentang coklatnya. Agak mengerikan jika kau membawa kaki rusa untuk berkencan.” “Jadi, kau harus membawa bunga dan memuji penampilannya. Katakan wanita itu sangat cantik dan kau sangat terpukau dengannya. Lalu kau harus ....” Mengalirlah percakapan mereka, ah, hanya Flora yang berbicara sementara Xavior mendengarkan. Dia tak sedikit pun menghentikan Luna-nya berbicara karena mungkin memang itu yang diperlukannya. Aneh melihatnya pendiam saat Xavior sering melihatnya ekspresif. Baiklah, dia siap untuk bertemu mate-nya. *** Sekali lagi Eveline memastikan penampilannya di cermin, meyakinkan diri untuk bertemu mate-nya. Kali ini Eveline mengenakan gaun khas kerajaan lengkap dengan jubahnya. Tak akan ada yang dia tutupi dari sang mate. “Kau sudah cantik, Adikku. Wolf mana yang akan menolak mate secantik wanita ini?” goda Eiden. Pasalnya, Eveline jarang mau mengenakan gaun itu jika bukan acara penting. Dia lebih nyaman mengenakan gaun dan jubah sederhana yang tidak menghambat gerakannya, apalagi saat berlatih senjata. Eiden membantu Eveline menaiki kuda tunggangannya. Ya, terpaksa Eiden memberikan kuda dari dunia manusia yang biasanya mereka santap untuk tunggangan Eveline agar memudahkannya bergerak cepat. “Hati-hatilah dengan kudanya. Jika kau tak membutuhkannya, dia bisa jadi makan malam yang sangat lezat.” Eveline mendengus. “Dia akan menjadi kudaku selamanya.” “Ya, terserahlah. Segera beri tahu aku jika mate-mu melakukan sesuatu.” “Tenang saja, aku akan berteriak hingga terdengar ke mansion.” “Aku percaya teriakanmu yang luar biasa itu bisa menjangkau mansion,” kekeh Eiden. Lihat? Dia adalah seorang kakak yang baik, tapi Alpha yang buruk jika menyangkut musuhnya. Dia lebih baik mengorbankan banyak warior ketimbang kalah dari musuh. “Baiklah, aku pergi,” pamit Eveline lalu mengentak kudanya agar berlari kencang. Larinya hampir sama cepat dengan lari wolf, menembus hutan untuk bertemu seseorang yang Eveline janjikan kehadirannya. Rautnya tak bisa bohong kalau Eveline gugup dan takut akan reaksi mate-nya saat tahu Eve berasal dari Megamoon Pack. Jika Eiden tahu, dia pasti akan melarangnya atau bahkan memaksa Eveline me-reject sang mate. Karena mendapat izin Eiden untuk menyeberangi perbatasan, witch yang menjaga perbatasan menciptakan sebuah jembatan tak terlihat di atas ladang jebakan sehingga kuda Eveline bisa melintas tanpa takut terluka. Setengah jalan saja, Eveline sudah bisa mencium wangi itu lagi. Wangi yang menguar dari tubuh Xavior. Eveline benar-benar mendatangi tempat mereka bertemu kemarin, bahkan ingat setiap detail walau semuanya terlihat sama. Di depannya, Xavior tampak gagah dengan pakaian serba putih bak pangeran dalam negeri dongeng. Dia mendekap seikat bunga menunggu kedatangan Eveline. Entah apa yang pria itu pikirkan melihat Eveline turun dari kuda, dia tak mau menebaknya. “Hai. Aku membawakan bunga untukmu.” Xavior menyerahkan bunga yang dibawanya pada Eveline. Senyumnya senantiasa lebar membingkai bibir. Namun, Eveline tersenyum tak enak. “Aku alergi tumbuhan itu.” “Oh, begitukah? Maafkan aku.” “Tak apa, tapi bunganya cantik.” “Terima kasih. Penampilanmu ....” Xavior tampak terkesima dan terkejut melihat gaun yang dikenakan mate-nya. Sangat berbeda dengan yang kemarin hingga dia mempertanyakan siapa sebenarnya wanita itu. Lalu, apa benar dia half-blood? Wolf tak akan menunggangi kuda yang notabenenya bisa menjadi hidangan. “Ya, aku keluarga Alpha,” jawab Eveline tegas. “Dari pack mana kau berasal?” “Apa yang akan kau lakukan jika aku berasal dari Megamoon Pack?” Xavior mundur selangkah, terkesiap. “Aku akan me-rejectmu jika itu benar.” *** Cut! Udah follow belum? Buruan follow. Mau update cepet? Tembus 10 komen aja aku usahain update kebesokannya, atau paling cepet ntar malemnya. okeey, semongko untuk kita semua
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN