Acara aqiqah yang berantakan

1303 Kata
Tak terasa 4 bulan telah berlalu, dan kini dia sudah pulih sepenuhnya, luka yang ada di wajahnya dan seluruh tubuhnya sepenuhnya sudah tak berbekas lagi. Hari ini dia berencana untuk kembali ke rumahnya, rumah yang selama ini dia tinggalkan, rumah yang diambil paksa darinya dengan mencampakkan dirinya dan tak menghargainya sebagai tuan rumah. Diakui sebagai milik suaminya padahal di surat tanah tertulis jelas bahwa namanyalah yang terukir di sana. di hari ini tepat Tria dan juga Gani melaksanakan hari aqiqah untuk putra mereka, dan itu akan menjadi momen penting untuk dia mengawali sesuatu. "Maafkan aku anak kecil, ini memang bukan salahmu, kamu tak punya andil apapun dalam kesalahan yang dibuat oleh kedua orang tuamu, tapi kedua orang tuamu harus diberikan efek jera agar tak semena-mena lagi terhadap orang lain...!" Ucapnya dalam hatii. Meskipun ada rasa bersalah dengan anak kecil yang tak tahu apa-apa itu, tapi Kia memantapkan tekadnya untuk membalas satu persatu kesakitan yang dialaminya, membalaskan satu persatu tentang ketidakadilan yang selama ini diterimanya. "Kia pergi Pah, maaf karena Kia tidak bisa meredam dendam dalam hati Kia, dia terlalu sakit hati dengan apa yang dilakukan oleh Bang Gani dan keluarganya...!" kata Kia menunjukkan bara dendam dalam matanya. Tak memerlukan waktu yang lama kini Kia berada di depan halaman rumahnya, rumah yang pernah memberikan kebahagiaan kepadanya meskipun itu hanya selama satu tahun saja dan setelahnya hanyalah sebuah kehancuran. Rumah itu terlihat ramai oleh acara yang tengah digelar, upacara aqiqah dan keselamatan untuk anak kecil yang lahir di keluarga mereka. "Assalamualaikum...!"ucap salam Kia membuat banyak orang yang ada di sana menoleh dan melihat ke arah Kia. Kia datang dengan wajah yang sangat cantik dan glowing, jauh dari dirinya di masa lalu. Dan itu mampu menghipnotis semua hadirin yang ada di sana tak terkecuali Gani. "Kia...!"Bisiknya lirih. laki-laki itu terpaku seolah melihat Kia di masa lalu saat pertama kali mereka bertemu. cantik modis dan elegan terlihat mahal dengan segala aksesoris yang menempel di tubuhnya. Sementara Tria pun tak kalah terpana melihat Kakak madunya, iya merasa insecure dengan penampilannya yang sekarang, keadaannya yang baru melahirkan tentu masih bergelambir di mana-mana apalagi dia melahirkan dengan cara Caesar tentu perut itu masih terlihat besar seolah masih ada bayi di dalamnya. "Ada acara apa ini...?"tanya dia dengan ucapan yang datar, iya menatap satu persatu tamu yang ada di sana tak terkecuali Ibu dan ayah mertuanya dan juga Kakak serta adik iparnya. tatapannya terhenti kepada adik madunya Tria. Ibu RT yang masih mengenali Kia pun langsung menghampiri, ia menyalami Dia kemudian bertanya. "Wah, mbak Kia ini makin cantik ya... saya kira sudah lupa jalan pulang mbak, soalnya Bang Dani bilang jika mbak Kia kabur dari rumah bersama selingkuhan, berarti hidup mbak Kia jauh lebih nyaman ya, terbukti sekarang mbak Kia jauh lebih fresh dari dulu yang selalu kucel dan Tak terawat...!" Kia kaget mendapat ucapan demikian dari Bu RT. ia tak menyangka jika dirinya difitnah sekecil itu oleh sang suami. "Apakah ibu punya bukti jika saya seperti yang dikatakan oleh bang Gani...? hati-hati lho Bu, kalau yang ibu katakan itu tidak benar adanya dan Ibu tidak bisa membuktikan maka jatuhnya fitnah...!" jawabnya datar dengan melirik ke arah Gani. Gani yang ditatap demikian pun menjadi salah tingkah, ia teringat dengan apa yang dilakukannya terhadap dia saat terakhir kali di ruang belakang. tiba-tiba saja dia merasa pias, Dia takut jika apa yang dilakukannya saat itu akan dibongkar oleh Kia. Tiba-tiba saja Handphone Melik Gani bergetar dan terdengar notifikasi pesan masuk, saat Gani melihatnya dia menjadi gemetaran, bahkan handphone yang dia pegang pun hampir saja jatuh oleh karena kegugupannya tersebut. Pesan yang baru saja diterimanya adalah berisi tentang penyiksaannya terhadap Kia saat itu. "Tidak mungkin, bagaimana ini bisa terjadi...? bahkan di ruang belakang itu tidak ada CCTV sama sekali...!" Gumamnya dalam hati. "Eh tapi ini bukan fitnah loh mbak Kia, kabar yang saya dengarkan langsung dari Bang Gani, tentu itu bisa dipertanggungjawabkan dong, tuh orangnya masih hidup, bisa langsung ditanyakan...!" jawab bu RT. Kia menatap dengan sangat tajam ke arah suaminya, suami yang telah tega menghianati ketulusan cintanya, suami yang dengan tega menyakiti fisik dan juga hatinya di saat bersamaan. Suami yang dengan Tega memfitnahnya berselingkuh padahal bukti lapangan menyatakan bahwa dirinyalah yang berselingkuh. "Bisa jelaskan Bang Gani? kenapa kamu bisa bilang begitu kepada bu RT...? Saya rasa semua orang yang ada di sini tidak buta, siapa di sini yang berselingkuh, apakah bayi itu bukan sebuah bukti perselingkuhan...?" kata KIA dengan menenteng nama bayi yang menjadi bintang di acara hari ini di rumahnya. Setelah cukup meraup oksigen sebanyak-banyaknya, kini Gani mencoba menjelaskan. "Maafkan saya bu RT, saat itu saya salah menjelaskan kepada sampeyan, istri saya tidak seperti itu...!" kata Gani dengan terbata-bata. "What...? apakah itu artinya yang berselingkuh sebenarnya adalah Bang Gani...? waaah rupanya Bang Gani berani membawa pelakor ke rumah ini, untuk itu mbak Kia sampai berani keluar dari rumah ini karena tak mau hidup seatap dengan madu pahit...!" bu RT mengambil kesimpulannya sendiri dan menuduh Gani sebagai playing victim. Dan di sini Tria lah yang menjadi pihak terpidana, wajahnya bersemu merah menahan malu, namun ia tidak bisa beranjak dari duduknya karena acara hari ini adalah acara putranya. "Kalau begini ceritanya mah, salah kalau kita membela Mbak pelakor ini, siapa namanya...? Oh ya Mbak Tria...!" kata bu RT menatap sinis. Ibu mertua dari Kia merasa tak suka dengan kembalinya sang menantu, namun dia pun merasa bahagia karena itu berarti keuangan keluarga pun akan stabil kembali. itu yang ada di pikirannya. "Heh Kia, ngapain kamu di situ, sudah sana ke belakang, tumpukan cucian piring masih banyak, kamu lebih cocok berada di sana daripada di sini, cuma bikin rusuh saja...!" katanya menghardik sang menantu. Kia mengorek-ngorek telinganya yang tak gatal, ia merasa lucu dengan apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya tersebut. jika boleh dikatakan dan dibandingkan sebenarnya Ibu mertuanya itu yang lebih pantas berada di belakang seperti ucapannya tadi. Karena jika dipandang dari segi manapun perbandingan antara penampilannya dengan Ibu mertuanya tentu jauh berbeda. "Kamu budek ya...? aku menyuruhmu apa tadi...? Sana cepat...!" kata ibu mertuanya memaksa. Namun saat Kia hendak diseret paksa, dengan gerakan refleks dia pura-pura menjatuhkan tubuhnya seolah ibu mertuanya itu Tengah mendorongnya dengan sangat keras. "Aduhhh Bu... sakit...! kenapa Ibu sangat tega kepadaku...? apa salahku Bu..?" Kia menjerit seolah kesakitan dengan apa yang dilakukan oleh ibu mertuanya. dia berakting dan mendramatisir keadaan seolah dirinya menjadi pihak yang tersakiti dan tertindas. Bu RT yang berada tak jauh darinya pun langsung menghampiri dan menolong Kia. "Bu Imah ini bagaimana sih...? kenapa kasar begitu sama menantu...? mbak Kia lho nggak salah apa-apa...!" tegur bu RT. "Sudahlah Kia, tolong jangan bikin keributan lagi, tolong turuti kata-kata ibu...!" Gani menengahi bermaksud mengintimidasi istrinya seperti biasanya dulu. Namun bukannya menurut, tapi kini Kia malah semakin berdrama. "Bu RT, inilah alasannya kenapa saya meninggalkan rumah, suami saya sama sekali tidak pernah membela saya, b bahkan dia tega membawa gundiknya itu ke rumah, lalu menurut Bu RT kalau menjadi saya bagaimana...?" kembali Kia berpura-pura menangis walaupun air mata tak setetes pun mengalir di pipinya. "Nanti malam saya harap kalian datang ke rumah saya untuk membahas ini semua, terutama mbak Kia Bang Gani dan pelakor itu...!" kata bu RT lalu pergi meninggalkan rumah milik Kia. Ia malas mengikuti acara aqiqah anak gani dan juga Tria yang menurutnya hanyalah seorang pelakor. "Saya bukan pelakor bu RT, saya ini istri sah mas Gani...!" Tria membela diri. "Apa sebutan untuk wanita yang berani dan mau menikah dengan suami orang...? Sundal...?"perkataan yang sinis dan syarat dengan makian itu membuat Tria mengepalkan tangannya tak terima. Dan setelah kepergian bu RT, ternyata ibu-ibu yang lainnya pun ikut meninggalkan acara tersebut, semua ibu-ibu yang ada di komplek tersebut sangat tak suka dengan yang namanya pelakor. Sekuat apapun bu Imah melarang dan menghalangi para ibu-ibu yang hendak pulang dan meninggalkan acara, Namun ternyata usahanya itu sia-sia. "Dasar wanita mandul tak tahu diri, apa maksudmu mengacaukan acara aqiqah cucuku...!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN