Biarkan waktu yang menghapuskan semua memori ku tentang dirimu
sellaselly12
"Sasi, bangun sayang, kamu gak niat buat sekolah?" Kata Santi membangunkan Sasi yang masih terlelap dan sesekali meng-gedor-gedor pintu kamar milik anaknya.
Dorr,,dorr...
Sasi terusik oleh suara cempreng milik Bundanya, Sasi menggeliat tubuhnya dan sesekali mengucek matanya.
"Sasi,, bangun sayanggg" pinta Santi masih setia untuk membangunkan anak perempuan nya itu.
"Iya, Bundaaaaa Sasi udah bangun kok" jerit Sasi mengumpulkan nyawanya.
"Bunda tunggu di meja makan ya sayang" kata Santi.
"Iya, Bun" ucap Sasi.
"Cepet, jangan lama-lama nanti kamu ditinggal kakak kamu, ini kan udah jam 06.45 sayang" pinta Santi.
"What jam 06.45? Gue telat bangun!"kaget Sasi setelah mendengar Bundanya.
"Gue harus gimana ni? Gak usah mandi aja lah" gugup Sasi langsung lari kekamar mandi, ia tak berniat untuk mandi melainkan hanya sekedar mencuci muka dan menggosok giginya.
Tak memerlukan waktu yang lama kini Sasi telah siap, ia telah menggunakan seragam barunya yang berwarna putih dan abu-abu khas anak SMA.
"Pagi Bunda" sapa Sasi setah keluar dari kamarnya.
"Pagi juga sayang" sahut Santi.
"Bun, kak Rian kemana? " Sasi clinagk-clinguk heran karena biasanya Kakak nya itu setiap pagi ia sarapan dan sekarang ia tak ada.
"Lagi manasin mobil mau berangkat ngampus" ucap Santi yang tengah mengoleskan roti dengan selai coklat.
"Mampus, gue bakal di tinggal." Guman Sasi dalam hati.
"Ya udah deh Sasi langsung berangkat aja Bun" kata Sasi menyembunyikan rasa panik dengan senyumannya.
"Kamu gak mau sarapan dulu?" Santi masih sibuk dengan roti tawarnya, dan selepas itu ia memasukkan empat buah apel ke dalam tas milik Sasi.
"Gak ah Bun, Sasi lagi diet" bohong Sasi.
"Kurus kering gini mau diet??" Heran Bundanya menggelengkan kepalanya.
"Hehe, tapi Bun, Sasi boleh bawa apel lima gak?" Pinta Sasi.
"Ya sudah nih Bunda tambahin dua biar sekalian enam" kata Santi memasukkan dua apel tambahan ke dalam tas Sasi.
"Makasih Bunda, Sasi berangkat ya... assalamualaikum" pamit Sasi seraya mencium pipi dan tangan Bundanya.
"Iya sayang, wa'alaikummussalam" balas Santi lalu membiarkan Sasi melangkah menjauh untuk berangkat sekolah.
***
Mentari mulai terik,
Sasi bingung, pasalnya kata Gina bel istirahat masih lama namun kenapa ini sudah bel?.
Namun Sasi tak ambil pusing, ia justru memilih untuk berbahagia karena ia tak mau mendengarkan celotehan gurunya yang menurut Sasi tak penting walaupun ia tak mendengarnya.
"Kantin yok" ajak Galang.
"Nanti, katanya elo mau tanya tadi?" Tanya Gina penasaran.
"Nanti aja di kantin" ucap Sasi mematikan Hpnya dan menaruhnya di saku roknya.
"Ya udah ayok" ajak Galang tak sabar.
"Sabar napa sebentar" ketus Gina menciutkan bibirnya sebari mengikuti Galang dari belakang.
"Jangan marah-marah nanti darah tinggi loh" celetuk Sasi sembarang.
"Enak aja, emang gue udah tua apa" ketus Gina.
"Siapa bilang kalo remaja gak bisa darah tinggi?" Tanya Galang.
"Au ah gelap" ucap Gina kesal, dan menimbulkan gelak tawa diantara Sasi dan Galang.
Sasi, Galang, dan Gina duduk di meja yang tak jauh dari pedagang cilok.
"Elo bawa apa Sas?" Tanya Galang.
"Oh ini apel tadi bunda bawain buah apel ini" jawab Sasi lalu mengambil satu buah apel dari kantung plastik lalu memakannya.
"Elo gak bosen apa makan apel Mulu, perasaan dari pertama MOS elo makan apel terus deh" heran Gina.
"Enggak, kalian mau minta? Nih ambil aja" seru Sasi menyodorkan kantung plastik yang masih terdapat lima buah apel di dalamnya.
"Gue gak suka apel, mending gue beli jus jeruk aja" kata Galang.
"Gue juga gak suka, dan gue juga mau beli jus jeruk sama ketoprak aja lah" ujar Gina.
"Ya udah sekalian gue traktir kalian makan ketoprak ya" kata Sasi.
"Ya udah gue mau beli jusnya aja, tapi gue gak mau beli pake duit gue" seru Gina.
"Oke, tapi gue es teh manis aja, soalnya gue gak suka jeruk" pinta Sasi dan di jawab acungan jempol oleh Gina.
"Terus gue gimana?" Tanya Galang menunjukan jarinya ke dirinya sendiri.
"Elo jagain bangku lah" seru Sasi dan Gina serentak lalu pergi meninggalkan Galang yang masih bingung.
Sasi sedang mengantri untuk membeli ketoprak, namun ia tak menyadari buah kesukaannya diambil oleh seseorang.
Ivan POV⬇
Ivan sedang berjalan menuju bangku yang biasa ia duduki, yaitu bangku paling pojok.
Namun ketika ia berjalan melewati meja seorang cowok yang kelihatannya cupu ia melihat ada lima buah apel yang menggoda.
Tanpa pikir panjang ia langsung mengambilnya.
"Maaf kak, itu apel temen saya" seru Galang sopan.
"Oh, gue minta ya" kata Ivan dan langsung pergi meninggalkan Galang untuk menemui sahabatnya, Farel dan Nino.
"Oy, pada minta gak? Nih gue nemu apel" seru Ivan memperlihatkan lima buah apel dalam kantong yang ia rampas dari juniornya.
"Malak ya lo?" Tuduh Farel.
"Kagak lah, gue minta kok" sahut Ivan.
"Minta tapi maksa" celetuk Nino.
"Pinter amat sih? Anaknya siapa sih" Ivan tersenyum sebari memakan Apel itu.
"Weh, gue minta kali" pinta Nino langsung mengambil satu buah apel di depan Ivan.
"Gue juga, lumayan gratisan" ucap Farel ikut memakan buah apel milik Sasi.
See you next part