Ivan dkk, masih memakan apel milik Sasi tanpa merasa bersalahnya sebari bercakap-cakap tak penting.
"Mampus, gue lupa kalo ruang TU ada CCTV nya" kata Farel mengagetkan Nino dan Ivan yang sedang memakan apel.
"Si kunyuk ngagetin" omel Nino membuang apel yang telah habis tak tersisa.
"Tenang, kalo ketahuan mah tinggal bolos aja" celetuk Ivan gampang.
"Lo sih, main ngerjain guru TU pake mencet bel istirahat, padahal baru aja masuk" kata Nino.
Ya dibalik cepatnya bel istirahat dikumandangkan, itu memiliki dalang, siapa lagi kalau bukan Ivan dkk.
Flashback on...
Ivan dkk sedang duduk di bangkunya yaitu di kelas XI IPS 2, Ivan duduk di bangku paling pojok sedangkan kedua temennya itu duduk di depannya.
"Nyet, gue bosen nih dengerin Bu Endang ngoceh" celetuk Nino dengan muka yang sangat bosan.
"Iya nih, mana bel istirahat masih lama lagi" sahut Farel.
"Kalian berdua pingin bel istirahat cepet bunyi gak?" Tanya Ivan.
"Iya lah, siapa coba yang gak mau istirahat" kata Farel.
"Ikut gue" ajak Ivan tanpa memberi tahu apa yang akan ia lakukan.
"Mau bolos Lo?" Farel curiga.
"Kagak lah, gue punya permainan. Kalian ikutin aja permainan gue" kata Ivan dengan senyum devilnya.
"Ya udah cepet ijin dulu" saran Nino.
"Bu saya dan temen-temen saya mau kebelakang ya" ijin Ivan dengan lantangnya dan tak tau malu.
"Kamu kan bisa kebelakang sendiri tanpa Nino dan Farel?" Kata Bu Endang.
"Saya takut Bu kalo berdua, nanti dikira homo lagi, lebih baik saya bertiga kan lebih aman" celetuk Ivan dan membuat seisi kelas menjadi ricuh.
"Kamu mau bolos kan?" Bu Endang curiga, pasalnya Ivan selalu membolos.
"Ih, ibu zu'udzon bangat sih, kita cuma mau cuci muka kok" kata Ivan.
"Ibu tidak percaya begitu saja dengan akal bulus kamu ya Ivan" celetuk Bu Endang.
"Kalo ibu gak percaya ibu boleh ikut kok, kita malah seneng kalo ibu ikut. Ya gak Boys?" Celetuk Ivan.
"Ya sudah lima belas kamu belum kembali awas saja kalian" ancam Bu Endang.
"Iya Bu, ya dah yok Boys" ajak Ivan.
"Assalamualaikum Bu Endang yang cantik jangan rindu ya, kan kata Dilan rindu itu berat. Tapi menurut saya lebih Beratan berat badan ibu sih" celetuk Nino dan langsung melesat Karen tak mauendengar Omelan Bu Endang.
***
"Gimana permainan yang lo pikirin tadi" tanya Farel.
"Gini, nanti kalau berdua Masuk keruang TU, pokoknya bikin guru tangan dan di TU sibuk, nanti gue pencet bel istirahatnya deh" jelas Ivan.
"Oke" Nino dan Farel setuju dengan ide gila milik Ivan.
Tak tunggu waktu lama untuk menjalankan ide itu, sepuluh menit kemudian bel istirahat berbunyi beratnnda ide gila milik Ivan berjalan dengan lancar dan membawa kebahagiaan bagi seluruh siswa.
Flashback off...
***
Sasi berjalan menuju mejanya dengan tangan membawa nampan berisi ketoprak tiga porsi.
"Ketoprak datang, nih buat kalian" kata Sasi menghidangkan ketopraknya di hadapan Galang dan Gina.
"Thanks ya Sas" kata Galang dan Gina berbarengan"
"Siip, makan gih" ajak Sasi dan langsung memakan ketopraknya dan diikuti Kedua temannya.
Setelah memakan ketopraknya dan meminum es tehnya, Sasi langsung mencari dimana apel kesukaanya itu.
"Lang, apel gue pada kemana?" Tanya Sasi bingung menatap Galang curiga.
"Ehmm,, itu anu, itu" kata Galang terbelit-belit.
"Dimana sih? Jangan-jangan elo yang makan ya?" Kata Sasi dengan penuh selidik.
"Enggak, itu apel nya elo tadi di ambil kak Ivan, tadi gue udah larang tapi langsung direbut" jelas Galang.
"Hah, kak Ivan? Sumpah, elo kerumunan kak Ivan? Dimana? Kapan?" Tanya Gina bertubi-tubi dengan antusiasnya.
"Pertanyaan yang gak berfaedah tau gak!!, Dimana tuh si Ivan?" Tanya Sasi naik darah.
"Tuh disana" sahut Galang menunjuk kan telunjuknya kearah bangku paling pojok.
"Gue minta jus jeruk lo ya, nanti gue ganti" pinta Sasi dan tanpa persetujuan dari sang empu ia mengambil jus itu dan langsung menuju meja dimana Ivan berada.
"Elo sih" kata Gina sebal.
"Kok gue sih, gue kan gak tau kalo Kak Ivan mau ambil apelnya si Sasi" elak Galang, dan pastinya mereka berdua tak ingin melihat apa yang akan Sasi lakukan kepada Ivan.
Brak..
Sasi memukul meja tepat didepan Ivan dan menjadi sorotan semua mata di kantin.
"Kenapa lo makan apel gue!!" Kata Sasi dengan nada naik beberapa oktaf dari sebelumnya.
"Gak jelas lo, orang gue minta Ama sih cupu kok elo yang marah-marah" sahut Ivan dan kedua sahabatnya hanya menelan ludahnya tak mau ikut campur.
"Jangan sebut temen gue cupu" katus Sasi.
"Oh" kata Ivan singkat padat dan jelas.
"Heh, Lo tuh ya, cari gara-gara mulu tau gak sama gue!" Omel Sasi.
"Gue?Cari gara-gara? Elo kali" kata Ivan santai.
"Elo lah yang cari gara-gara! Nih ya, elo nabrak gue tiga kali berturut-turut terus elo rusakin hp gue, dan lebih parahnya lagi elo nyegat gue waktu gue beli rafia, sebenarnya elo maunya apa sih!" Omel Sasi lalu menyiram Ivan dengan jus jeruk yang ia pegang dari tadi.
Ivan terkejut, ia disiram dengan air jeruk dan dipermalukan didepan fansnya.
Sasi, perempuan pertama yang membentaknya sekaligus mempermalukan nya.
Ivan memandang Sasi sedikit kagum, bagaimana tidak ia berani dengannya dan menyiramnya dengan jus.
"Cih, elo mau ganti rugi kan? Nih ambil" ketus Ivan lalu melemparkan jangan seratus ribuan yang berjumlah tidak sedikit kearah muka Sasi.
Sasi sangat marah, ia dilempar kan uang seakan-akan ia pengemis bahkan w************n.
"GUE GAK BUTUH DUIT ELO" ketus Sasi penuh penekanan tepat di depan muka Ivan.
"Gak usah jual mahal, elo bilang kemarin elo minta duit sama gue, nih gue kasih! Cepet ambil" kata Ivan membuat-buat fakta.
"Mau Lo apa sih, gue gak Sudi nerima uang dari elo" kata Sasi lalu meninju Ivan, tentunya Ivan sangat terkejut, baru kali ini ia di tinju oleh seorang perempuan.
Setelah melabrak dan memukul Ivan, Sasi langsung pergi dari kantin, tentunya Gina dan Galang yang melihat kejadian tadi dikantongi dari kejauhan langsung pergi mengikuti Sasi yang berjalan sangat cepat dengan tangan yang ia kepalkan.
***
Sasi duduk lesu sambil memandangi hpnya yang retak dengan miris, bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, namun dirinya enggan untuk beranjak dari bangkunya.
"Gue bakal balas dendam" ketus Sasi penuh penekanan, untuk sekarang didalam kelas sudah taka ada lagi orang jadi tak ada yang mendengarnya.
Sasi beranjak dari duduknya lalu kelaut kelasnya melewati koridor yang sudah sepi, Sasi melihat kearah parkiran dan matanya menangkap sebuah motor Vespa berwarna biru, tanpa pikir panjang Sasi menghampiri motor Vespa tersebut.
"Gue bukan cewek lemah yang mau diinjak-injak oleh laki-laki b******n kato elo, k*****t" omel Sasi dihadapan motor Vespa itu dan sekali-kali menendangnya.
Sasi merogoh tasnya mencari benda apa yang akan ia gunakan untuk memodiv motor didepannya.
Sasi menemukan permen karet, tanpa basa-basi ia memakannya lalu mengeluarkan dan ditaruh di jok motor Vespa tersebut, Sasi tersenyum puas.
"Ini belum seberapa tauk" ketus Sasi lalu beranjak dari perkiraan agar tidak ada yang melihatnya, Sasi menuju halte untuk menunggu angkot yang akan mengantarnya pulang.
Sudah lima belas menit Sasi menunggu angkot yang searah dengan rumahnya, namun angkot yang dimaksud tak kunjung datang, hingga akhirnya Sasi mendengar deruman motor yang berhenti namun matanya tak lepas dari novel yang ia baca.
"Naik" titah seseorang membuat Sasi mendongakkan kepalanya, dan ternyata di depannya sudah berdiri seorang cowok dengan gaya coolnya sedang bertengker di motor ninja warna merah.
"Siapa? Gue?" Tanya Sasi bingung sambil clinagk-clinguk siapa yang dimaksud cowok itu, dan disitu hanya ada Sasi seorang.
"Cepet" ketusnya.
"Ogah, gue juga gak tau elo siapa juga" tolak Sasi, seketika cowok itu melepaskan helm full face ya dan menampakkan wajah yang familiar bagi
Sasi.