BAB 2

1414 Kata
        Soraya duduk di ruangannya yang dibatasi kaca sehingga dia bisa melihat dengan jelas saat pria yang mirip Daniel itu menenggak wine-nya.             Dia seorang bos tapi dia bersikap seperti seorang pemabuk. Bahkan di kantornya pun dia menenggak wine dengan bebasnya.             “Daniel,” pria yang memiliki senyum sehangat mentari itu berbisik.             “Panggil aku Raymond saat di kantor.” Daniel mengedipkan sebelah matanya pada pria yang tampak ramah itu.             “Kenapa?”             Daniel membisikkan sesuatu di telinga pria ramah yang sedari tadi memperhatikan Soraya. Dia tersenyum saat Daniel selesai membisikkannya sesuatu.             “Oke,” pria itu mengangkat jempolnya. “Aku sudah menyebut namamu Ramon pada sekretaris barumu itu.” bisik pria berwajah innocent itu.             “Bagus.”             Soraya tidak sengaja menoleh ke arah kedua pria misterius itu. Pria ramah itu melambaikan tangan dan menggerak-gerakan tangannya seolah menyuruh Soraya ke ruangan Daniel.             “Ada apa sih?” gerutu Soraya sembari mengangkat p****t.             Kedua pasang mata pria itu menatap Soraya. Yang satu tersenyum dengan tatapan menggoda yang indah dan yang satu lagi menatapnya dengan tatapan khas pria arrogant dengan tangan yang disilangkan di atas perut.             “Halo, Aku, Jim. Manajer keuangan di perusahaan ini.” Dia mengulurkan tangannya sembari tersenyum hangat. Jim memiliki mata cokelat cerah, tubuhnya tinggi seperti ada keturunan ras kaukasia dalam dirinya.             “Soraya, Pak.” Soraya menyambutnya hangat.             “Oh, well, terima kasih untuk kopinya. Rasanya pas!” Dia menautkan ibu jari dan jari telunjuknya membentuk huruf O.             “Terima kasih.”             Soraya menoleh pada Daniel yang hanya diam tanpa berkomentar apa-apa.             “Perlu diketahui, Pak Raymond ini cukup galak.”             Soraya tersenyum kecil menatap pada sosok yang dipanggil Raymond. Namun pria itu hanya menatapnya acuh tak acuh.             “Saya akan berusaha bekerja sebaik mungkin.” Kata Soraya mengangguk sopan pada Daniel.             “Dan asal kamu tahu, Jim adalah cassanova di perusahaan ini. Banyak wanita tergila-gila padanya karena dia pria yang hobi menebar pesona dan senyuman ke seluruh penjuru. Aku harap kamu tidak akan jatuh hati pada Jim.”             “Astaga, apa-apaan kamu ini. Jangan dengarkan dia.”             “Apa ada yang perlu dibicarakan lagi?” tanya Soraya sedikit tidak sopan tapi dia ingin segera mengerjakan tugas-tugasnya daripada meladeni dua pria yang membahas topik unfaedah. Dia tidak ingin membuang waktu meskipun sebenarnya dia masih penasaran dengan pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Raymond itu.             Jim saling berpandangan dengan Daniel beberapa detik. Dia kembali tersenyum pada Soraya.             “Tidak ada. Semoga kamu betah bekerja di sini. Aku akan sering datang ke ruanganmu nanti untuk menyemangatimu bekerja.”             Daniel menoleh pada Jim. Entah bagaimana meskipun Jim hanya bercanda tapi dia kurang suka dengan perkataan Jim itu.             Menyemangati? Memangnya Soraya selalu dalam keadaan lelah?             “Terima kasih.” Soraya mengangguk sopan sebelum memasuki ruangannya.             “Astaga, dia dingin sekali!” Komentar Jim.             “Perlu diketahui, Jim, saat kuliah Soraya  membenci nyaris semua orang kecuali orang-orang yang benar-benar baik padanya dan sahabatnya.” Daniel kembali mengingat wanita yang membuatnya menjadi pecandu alkohol dan rokok.             Raut wajahnya berubah muram dan itu menarik perhatian Jim.             Daniel menarik napas perlahan seakan mencoba menenangkan perasaannya yang tiba-tiba gelisah karena mendadak merindukan wanita yang dulu pernah dicintainya. Lima tahun berlalu dan anehnya perasaan itu masih ada. Perasaan yang tertuju untuk Relisha.             “Woi!” Jim melambaikan tangannya di depan wajah Daniel. “Kenapa sih kok malah diam begitu?” Jim membelai dagunya dengan tatapan menyelidik. “Ada sesuatukah?” tanyanya penasaran.             “Ya, ikut denganku.” Daniel bangkit membawa botol winenya.             “Kemana?”             “Rooftop.”                                                                      “Oke!”             Soraya menatap kedua orang itu dengan curiga saat mereka keluar dari ruangan atasannya.             “Dia mirip Daniel. Sangat mirip.” gumamnya mengingat tatapan yang dilayangkan Raymond padanya.             Jim menyesap kopinya. Rambut rapinya berubah acak-acakkan karena angin.             “Dulu aku pernah menyukai sahabat Soraya. Dia beberapa tahun lebih tua dariku.”             Jim tersedak. “Uhuk... uhuk...”             “Kamu kenapa?” tanya Daniel dengan tatapan heran pada Jim.             “Aku kaget saja kamu ternyata pernah jadi berondong juga ya.” Jim terbahak.             Sebelah sudut bibir Daniel tertarik ke atas. “Aku tidak berpacaran dengannya, Jim. Aku belum menyatakannya secara langsung karena aku tahu cintanya bukan untukku.”             Jim terdiam. Dia merasakan kesenduan perasaan Daniel.             “Kamu perlu tahu kalau dulu Soraya pernah menyukaiku.”             “Eh?” Jim menoleh pada Daniel.             “Tapi aku merasa bahwa lebih baik memang aku berpura-pura tidak tahu soal itu.”             “Kenapa?” Jim mulai bertanya serius.             Daniel menoleh pada Jim. “Karena aku mencintai sahabatnya.”             “Siapa nama wanita itu?”             “Relisha.”             “Well, kamu sekarang sudah berpisah dengan Cleo kan? Coba kamu cari tahu kehidupan Relisha saat ini apakah dia masih single atau sudah menikah. Kalau dia masih single, kamu punya kesempatan untuk bersamanya.”             “Dia sudah menikah setelah aku pergi ke Amerika.”             “Dan kamu masih mencintainya sampai saat ini?” tanya Jim seakan terhanyut akan perasaan terdalam Daniel pada Relisha. ***             Boleh aku main ke apartemenmu?                    Pesan dari Jim membuat Soraya termenung sejenak.             “Main ke apartemen?” gumamnya heran sendiri.             Jim baru dikenalnya sehari dan pria itu mengiriminya pesan tepat pada pukul delapan malam.             Bolehkan?                                            Pesan Jim kembali muncul.             Ayolah, aku hanya ingin main dan bertemu denganmu. Agar aku bisa lebih mengenalmu.             Akhirnya Soraya memberikan alamat apartemennya pada Jim.             Soraya bangkit dari ranjangnya, dia segera mengganti piyamanya dengan jumpsuit garis-garis. Mengenakan chusion warna beige dan lipstik warna merah bata. Dia menatap dirinya di pantulan cermin.             “Kenapa aku malah ingin terlihat cantik di depannya sih?”             Beberapa saat kemudian bel apartemennya berbunyi. Soraya yakin kalau yang datang adalah Jim. Saat dia membuka pintu apartemennya, Jim menebarkan senyum sehangat mentari padanya. Soraya yakin Jim menggunakan senyumnya yang memikat untuk mendapatkan cinta para wanita.             Jim masuk tanpa dipersilakan.             “Oke, aku suka apartemenmu. Boleh aku bermalam di sini?” tanyanya sembari memutar badannya menghadap ke arah Soraya.             “Eh?!”             “Haha, aku hanya bercanda.” Dia duduk dengan menyilangkan kakinya di sofa panjang warna cream.             “Kamu mau minum apa?” tanya Soraya.             “Teh.” Jawab Jim dengan ekspresi yang agak menggemaskan. Soraya yakin berlama-lama dengan pria itu akan membuatnya jatuh cinta pada Jim.             “Oke.”             Soraya meletakkan teh di atas meja. Dia duduk di sebelah Jim karena di apartemennya memang hanya ada satu sofa yang menghadap ke arah televisi.             “Silakan, Pak, diminum tehnya.”             “Hahaha!” Jim terbahak. “Aku tidak suka kamu memanggilku dengan panggilan ‘pak’ panggil saja aku, Jim. Di kantor atau di luar kantor panggil aku Jim karena sekarang kita berteman, oke!”             “Rasanya tidak sopan.” Soraya merasa tidak enak.             “Aku bukan Daniel—“ Lalu seketika lidah Jim terasa kelu.             “Daniel?” Soraya menatap tajam Jim. Tatapan itu seakan menuntut jawaban pada Jim.             “Sial!” umpatnya pada dirinya sendiri.             “Kamu bilang Daniel? Jadi, Raymond itu Daniel? Iya, benar dia Daniel kan?” Cerca Soraya.             Jim hanya menatap Soraya tanpa mau menjawab pertanyaannya.             “Raymond itu Daniel kan?” Soraya kembali bertanya dengan raut wajah kecewa dan ketidakmengertiannya kenapa Daniel mengaku-ngaku sebagai Raymond dan kenapa karyawan di sana enggan memberitahu nama asli Daniel padanya.             “Aku minta ma’af.” Jim menatap lembut Soraya. “Dia ingin kamu mengenalnya sebagai Raymond. Tapi, kurasa besok juga dia akan memberitahumu tentang yang sebenarnya.”             “Kenapa dia membohongiku?”             Jim menyesap tehnya. “Aku tidak bisa menjawabnya, tapi berpura-puralah tidak tahu.”             “Ya Tuhan, Daniel...” Soraya menutupi kedua wajahnya.             “Hei, kamu jangan menutupi wajahmu dariku.” Pria itu tersenyum menggoda.             “Astaga...”             “Apa kamu menyukai Daniel?”             “Eh?” Ekspresi terkejut Soraya membuat Jim gemas.             “Apa kamu menyukai Daniel?”             Mereka saling bersitatap. Jim tahu kediaman Soraya adalah pertanda dia tidak bisa menjawab pertanyaan Jim.             Jim menepuk bahu Soraya. Soraya menoleh pada tangan yang menepuk-nepuk sebelah bahunya.             “Kamu punya kesempatan.” Katanya misterius.             “Kesempatan apa?”             “Dia baru saja berpisah dengan istrinya—Cleo.”             “Da-Daniel sudah menikah?” Soraya terkejut akan pemberitahuan dari Jim itu.             Jim mengangguk.             Soraya teringat laporan belanja bulanan dimana dia menemukan belanjaan untuk mainan anak laki-laki. “Apa Daniel sudah punya anak?”             Jim kembali mengangguk. “Ambil hatinya, Soraya. Kamu punya kesempatan bersamanya. Tapi...” Jim sengaja menggantungkan kalimatnya.             “Tapi apa?”             “Kamu akan berurusan dengan Cleo karena wanita itu tidak ingin berpisah dari Daniel. Dia menggunakan putranya sebagai alibi agar bisa kembali dengan Daniel.” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN