Sedikit Pelajaran Untuk Sinta 2 "Fikaaa!! Tunggu papa, Fik!" Teriak Mas Hasan berkali-kali, di depan rumah sembari memegangi perutnya yang sakit. "Kenapa Om Hasan nggak diajak?!" tanya Sinta tiba-tiba. Kamipun tak menghiraukan senyabuty, dan Fika pun mulai menjalankan mobilnya. "Memangnya kenapa harus ngajak segala? Kamu takut?!" tanyaku dengan senyum kecut. Tiba-tiba, Sinta terlihat gelisah dan mulai menggeser-geser duduknya. Tentu saja aku yang duduk di belakang tersenyum senang melihatnya. "Kamu ngapain nglendat-nglendot kayak cacing kepanasan gitu?" tanyaku pura-pura bodoh. "Emmm...panas!" jawab Sinta dengan wajah bingung. "Apanya yang panas? AC mobilnya kurang dingin maksudnya?!" tanya Fika sok bodoh pula. "Nggak! Ini...punyaku panas!" jawabnya yang makin gelisah. "Punyaku

