Bab 5

1187 Kata
“Kau bisa menghubungi Ayahnya, Ax! Kelakuanmu ini sungguh tidak baik!” Kata Gamma keras. “Apa yang aku lakukan ... semua hanyalah untuk kebaikan Melodi. Jika dia pulang... mungkin ia akan celaka lagi,” balas Alfa. Bagaimana pun, Gamma tidak bisa menyalahkan dirinya. Ia tengah mencoba menyelamatkan Melodi. “Kelamaan... kau akan kehilangan dia,” kata Gamma mengalah. “Tidak akan.” Alfa tersenyum lagi, lalu masuk ke dalam mobilnya. Bagaimana bisa ia melepaskan wanita yang selama ini susah payah ia dapatkan. Gamma hanya bisa memandang mobil Alfa menghilang dari pandangan. “Dia itu Melodian Raska, Bukan?” Delta tiba-tiba datang dan menepuk pundak Gamma. Gamma mengangguk.” Iya. Kakakmu memang sudah gila! Menyekap perempuan di kamarnya.” Delta terkekeh.” Alfa juga kakakmu. Dia juga enggak kelihatan takut kok. Sepertinya Melodi merasa nyaman.” Gamma mendesah kesal. Diliriknya jam tangan, saatnya pergi. Kekasihnya sedang menunggu di sebuah hotel. Delta mengangkat bahunya dengan cuek. Kedua kakaknya itu sama-sama aneh. Kemudian, Delta kembali ke dalam rumah. Ia masih belum ingin berangkat karena jalanan pasti masih macet. Lalu, tak sengaja ia berpapasan dengan Melodi. Entah kenapa gadis itu keluar kamar, padahal jelas-jelas Alfa melarangnya. “Hei, kenapa kau keluar?” tanya Delta Melodi menatap Delta, dari atas sampai ke bawah. “Kenapa kau memperhatikan aku seperti itu? Apa Ada sesuatu yang salah denganku?” tanya Delta. Melodi menggeleng, ia menundukkan pandangannya. Delta menghampirinya. “Kau tidak ingin keluar dari rumah ini?” “Kau...menyuruhku pergi?” Tanya Melodi kaget. Delta menggeleng.”Bukan. Memangnya kau tidak ingin  kabur? Bukankah kakakku telah menculikmu?” “Kau ingin membantuku?” Mata Melodi berbinar. Delta tersenyum, baginya, Melodi adalah gadis yang manis dan menggemaskan. Tega sekali Alfa menyekap di kamar.”Dimana kau tinggal?” “Aku tidak tahu. Aku ditemukan di sebuah  jalan sepi, sedang pingsan. Aku dibawa ke rumah sakit ketika aku sadar... ternyata aku lupa ingatan. Aku tak ingat apapun tentang diriku. Akhirnya pihak rumah sakit membantu. Aku kerja di sana,” jelas Melodi. “Lalu bagaimana kau bisa kenal dengan Shelyn?” “Jadi, setelah aku beberapa minggu kerja di rumah sakit itu, aku tak sengaja bertemu dengan Shelyn. Ia mengajakku bekerja di kantornya. Tapi, ia malah memaksaku bergabung dengan kelompok mereka. Tapi... mereka justru menjualku.”  Melodi menitikkan air mata. Delta menghapus air mata Melodi.”Stop. Jangan menangis. Kau aman di sini. Kami bukan orang jahat. Alfa juga berusaha menyelamatkanmu.” Melodi memutar bola matanya. Ia masih teringat tentang Alfa yang berkali-kali menidurinya. Merenggut apa yang ia miliki. Apa masih pantas disebut dengan orang baik. Tapi setidaknya masih ada bibi grace dan Delta yang peduli dengan keberadaannya di sini. “Kau tidak mirip dengan Alfa,” ucap Melodi. Delta terkekeh.”Iya. Alfa itu... orangnya cukup dingin. Tapi lebih dingin lagi kakak pertama kami. Tapi, kami semua adalah orang baik. Jangan takut.” Melodi mengangguk malu. Delta mulai merasa canggung. Berlama-lama di sini, bisa membuatnya menyukai Melodi. Ia paham betul, Melodi di sini karena keinginan Alfa. Sifat keras kepalanya itu membuat Melodi harus menuruti keinginannya. “Hmm... aku harus pergi. Santai saja di rumah ini. Panggil Bibi grace kalau perlu sesuatu.” Delta melambaikan tangannya pada Melodi. Melodi tersenyum. Delta adalah pria yang menyenangkan. Sangat berbeda dengan Alfa. Mengingat nama Alfa, ia harus segera kembali ke kamar. Tadi ia melihat ada cctv di kamar Alfa. Alfa bisa tahu apa saja yang ia lakukan di kamar. Semoga ini bukan masalah. Alfa membuka pintu kamarnya perlahan. Hari ini pekerjaan di kantor begitu banyak dan sangat menyita waktu sehingga ia lupa bahwa di rumah sedang ada Melodi. Melodi tampak sudah tertidur dengan pulas. Ini sudah pukul dua belas malam. Alfa membuka semua pakaiannya di walk in closet menyisakan boxernya dan meletakkannya di keranjang pakaian kotor, lalu naik ke tempat tidur. Melodi merasa terganggu dengan gerakan yang ditimbulkan oleh Alfa. “Kamu baru pulang?” Alfa mengangguk, ia menarik selimutnya lebih tinggi dan memejamkan mata. Melodi mengangkat kedua bahunya lalu ikut tidur. Alfa memeluknya. “Mr.Ax?” “Hmm?” Alfa bergumam. “Kapan aku dibebaskan?” Tanya Melodi. Alfa membuka matanya.”Kenapa aku harus membebaskanmu?” “Aku punya kehidupan sendiri. Biarkan aku hidup seperti sebelumnya.” Melodi menatap Alfa dalam. Alfa menggeleng sambil memejamkan matanya.”Tidak. Aku tidak akan melepaskanmu.” Melodi merubah posisinya.”Kenapa? Jangan egois seperti ini.” “Aku mencintaimu, Melodi... jadi aku tidak akan melepaskanmu.” Alfa tak sadar mengucapkan isi hatinya. Melodi terperanjat dan Alfa pun sebenarnya tak Kalah kaget dengan ucapannya. “Mencintaiku? Dalam waktu beberapa hari? Mustahil!” Melodi melipat tangannya di d**a. Kini ia mulai menaruh curiga pada Alfa. “I... iya,aku mencintaimu. Memangnya kenapa? Cinta tak mesti membutuhkan waktu yang lama, kan?” Alfa mencoba mencari alasan yang tepat. Melodi menggeleng.”Kamu kenal aku sebelumnya?” “Tidak!” Alfa membalikkan badannya, membelakangi Melodi. Melodi mendengus kesal. Ia turun dari tempat tidur dan berlari keluar kamar. Alfa sadar Melodi kabur, ia pun berlari mengejar. Melodi berlari menuruni tangga dengan cepat, berusaha bersembunyi. Langkah kaki Alfa dan Melodi membuat kegaduhan. Seisi rumah terusik dan terbangun. “Hei... hei, ada apa? Ada maling?” Gamma berdiri di pintu kamarnya bertanya pada Delta yang juga baru saja keluar. Delta melihat ke arah bawah, melihat Alfa sedang celingukan ke sana ke mari. Lalu, ia melihat Melodi yang bersembunyi di balik tirai besar. Delta tersenyum. “Bukan masalah penting. Hanya... bidadari kabur dari khayangan.” Gamma terkekeh.Ia pun kembali masuk ke kamar. Sementara Delta, diam-diam mendekati Melodi yang tengah bersembunyi. Ia membekap mulur Melodi agar tidak berteriak. “Jangan teriak! Ini aku Delta.” Melodi mengembuskan napas lega.”Oh... aku pikir Alfa.” “Kamu kabur?” Melodi mengangguk, sepertinya ia ketakutan. “Ayo sembunyi di kamarku saja.” Delta menarik tangan Melodi. “Delta!” Suara dingin itu menghentikan langkah Delta dan Melodi. Melodi merutuk dalam hati,baru saja ia merasa terbebas oleh Alfa. Sekarang ia harus kembali berurusan dengan pria pemaksa itu. Delta menoleh.”Iya?” “Lepaskan gadisku, Delta!” Alfa mendekati keduanya dengan wajah marah. Delta melepas tangan Melodi dengan santai.”Kehilangan sesuatu, Kak? Aku pikir... kakak sudah tidak membutuhkannya.” Alfa menatap Delta tajam dan penuh makna.”Jangan coba-coba dekatin dia, Delta. Dia milikku.” “Oke....” Delta pergi meninggalkan Alfa dan Melodi. “Kembali ke kamar!” Kata Alfa dengan suara penekanan. Melodi pergi dari hadapan Alfa. Mau tak mau ia kembali ke kamar Alfa. Berhadapan lagi dengan pria itu. Alfa mengikuti Melodi dari belakang. Saat mereka sudah masuk, Alfa mengunci pintu kamar dan menyembunyikan kuncinya. Melodi duduk di sofa dengan tangan bersedekap. Alfa menghampirinya. “Kamu kenapa, sayang? Kenapa kamu coba untuk kabur?” Kita kata 'kau' sudah berubah menjadi 'kamu' Melodi menepis tangan Alfa yang sedang mencoba menyentuhnya. Malam ini ia sedang kesal, ia ingin dibebaskan, ia tak mau tergoda oleh ucapan atau sentuhan Alfa. Wajah Alfa mendekat. “Mencoba menghindar? Tidak bisa. Kamu itu milikku.” Alfa mengecup bibir Melodi, sedikit menghisapnya. Melodi terdiam, membiarkan Alfa berbuat sesukanya. Termasuk membawanya ke atas tempat tidur dan mencumbunya. Kecupan kecil itu membuat otak Melodi tak bisa berpikir jernih.   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN