“Alfa!” Melodi mendorong tubuh Alfa yang sudah menempel ke tubuhnya.
Alfa menatap Melodi, menunggu apa yang akan dikatakan Melodi.
“Tolong! Bebaskan aku!”
Alfa duduk di sebelah Melodi, menatapnya intens.”Kenapa Kamu ingin bebas? Kenapa kamu harus menungguku lalu mengatakan ingin bebas? Kenapa tidak kabur saja saat aku di kantor?”
Melodi terdiam. Dalam hati ia membenarkan kata-kata Alfa. Kenapa ia harus menunggu Alfa pulang dan bicara baik-baik minta dibebaskan. Ia bisa kabur. Kini, Melodi justru dibingungkan dengan ucapannya sendiri. Kepalanya tertunduk bingung. Alfa menunggu jawaban Melodi, tapi sayangnya gadis itu malah menunduk.
“Apa kamu tahu tentang aku?” tanya Melodi setelah cukup lama ia terdiam.
“Kenapa kamu menanyakan itu? Delta bilang apa ke kamu?”
Melodi menggeleng.”Dia gak bilang apa-apa? Kenapa kamu jadi mikir Delta bilang apa apa ke aku? Atau... sebenarnya kamu memang menyimpan rahasia tentang aku, Ax?”
Alfa terkekeh.”Kenapa kamu harus tahu? Aku melindungimu, Mel. Jadi... sebaiknya kamu menurutiku. Tetap di sini, atau kamu terbunuh di luar sana.”
Alfa bergerak menuju tempat tidur. Melodi tak puas dengan jawaban Alfa. Ia mendekati Alfa.
“Jangan setengah-setengah kalau bicara, Ax. Aku punya perasaan. Aku bukan hewan piaraan yang dikurung di sini.” Melodi mengguncang tubuh Alfa.
“Kamu ini kekasihku. Jadi, jangan pernah ucapkan kata-kata barusan. Aku memperlakukanmu dengan baik bahkan aku mencumbumu dengan mesra. Kamu tahu kenapa? Karena aku mencintaimu, Melodi.” Ucapan panjang dari mulut Alfa membuat Melodi terpana. Ia tak percaya dengan cinta. Apa mungkin yang Alfa lakukan ini cinta? Alfa membelinya dari Shelyn, bagaimana secepat itu Alfa jatuh cinta. Kecuali Alfa sudah lama mengenalnya. Kecurigaan Melodi bertambah.
Alfa mengabaikan pandangan curiga dari Melodi. Ia tahu bahwa posisinya mulai memasuki posisi tak aman. Bahkan, Gamma dan Delta sepertinya tak bisa bekerja sama. Mereka berdua bisa saja memberi tahu yang sebenarnya. Setelah itu, Melodi akan meninggalkannya saat semuanya terungkap. Kecuali, sesuatu yang sudah direncanakannya secara jahat berhasil. Tapi, ia rasa itu bukan jahat. Tapi ini cinta.
“Jadi, kamu masih ingin pergi dari sini? Kamu akan bertemu lagi dengan Shelyn. Dia akan menjualmu kembali. Tidak denganku... mungkin dengan pria lain. Sekarang terserahmu.” Alfa menarik selimut.
“Tapi, aku butuh penjelasan tentang semua ini.” Melodi mendengus kesal.
Alfa menarik Melodi agar berbaring. Alfa memeluk tubuh mungil itu dengan erat dan hangat. Agar Melodi bisa merasakan bahwa apa yang ia lakukan bukan hanya sekedar nafsu. Tapi ia memang benar mencintai Melodi. Sangat mencintainya. Tapi, hanya ini jalan satu-satunya agar ia dan Melodi bersatu.
“Tidurlah,” bisik Alfa. Ia mengurungkan niat untuk mencumbu gadis itu. Ia kasihan, takut Melodi justru menjadi trauma dan justru benci padanya
Pikiran Melodi melayang-layang. Ia sungguh tak bisa tidur karena ucapan Alfa . Mungkin saja Alfa memang menyembunyikan sesuatu darinya. Delta atau Gamma mungkin bisa membantu menghilangkan rasa penasarannya. Besok ia akan bertanya pada Gamma ataupun Delta.
Suasana rumah masih begitu senyap. Hanya ada beberapa asisten rumah tangga yang berseliweran karena sedang merapikan rumah. Melakukan rutinitas mereka. Sebuah mobil sedan hitam mengklakson di depan gerbang. Penjaga rumah dengan sigap memeriksa siapa yang datang sepagi ini. Kaca jendela bagian belakang terbuka, sang penjaga terkejut tapi kemudian menunduk dan membukakan pintu.
Sepasang suami istri keluar dari mobil saat sudah sampai di depan rumah. Bibi Grace tergopoh-gopoh menghampiri.
“Se... selamat pagi, Tuan, Nyonya. Saya terkejut kalian datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu.”
“Iya, Bi... kami memang pulang mendadak,” jawab James.
“Alfa di rumah?” Pertanyaan Riri membuat suasana menjadi dingin. Mendadak seluruh pekarangan rumah seakan diselimuti salju.
Bibi Grace mengangguk.”Iya,di rumah, Nyonya.”
“Ya sudah... tolong suruh Daren angkat barang-barang kami. Bibi rapikan di kamar.” Riri berjalan dengan cepat menuju kamar Alfa.
“Sayang... pelan-pelan.” James mengingatkan Riri agar berhati-hati karena mereka sudah sangat tua untuk berjalan secepat itu.
“Aku ingin menghukum anak itu.” Riri menggeram.
Riri membuka kamar Alfa, tapi sayangnya terkunci. Riri menggedor dengan keras dan tak sabar. Alfa yang masih terlelap itu pun terlonjak kaget.
“Siapa yang ganggu aku pagi-pagi begini,” erangnya.
Melodi terbangun karena kaget dengan suara erangan Alfa. Tapi ia lebih kaget lagi saat menyadari ternyata ada yang menggedor pintu kamar. Dengan emosi, Alfa membuka pintu kamarnya. Bersiap-siap ingin menerkam orang yang mengganggu.
“Alfa!” Riri berkacak pinggamg.
“Mama?” Mata Alfa langsung melotot.
Melodi bisa paham dengan situasi ini, ia pun turun dari tempat tidur dan bersembunyi di balik sofa.
“Apa yang sudah kamu lakukan? Dimana gadis itu, ha?” Tanya Riri sambil berusaha masuk ke kamar Alfa.
Alfa mencegah langkah Riri.”Gadis mana maksud mama?”
“Melodi! Melodi... dimana kamu? Keluarlah, Nak.” Riri memanggil nama Melodi dan mengabaikan ucapan Alfa.
“Mama kenapa nyariin Melodi?” Tanya Alfa tak puas.
Melodi menampakkan dirinya. Riri yang melihat Melodi langsung menghampiri.”Melodi... kamu... baik-baik aja, kan?”
Melodi menatap Riri bingung. Ia mengangguk pelan.”Tante... tahu saya?”
“Iya. Sudah... tidak usah khawatir. Sekarang kamu aman. Kamu diculik ya sama Alfa?” Mata Riri menyipit ke arah Alfa yang kini hanya bisa pasrah mendengar ocehan dari ibunya.
“Ini pasti ulah Delta atau Gamma. Darimana Mama tahu kalau Melodi di sini?” Alfa menggeram kesal. Ingin sekali rasanya detik ini juga ia menghampiri kedua adiknya itu. Memberi pelajaran atas mulut ember mereka.
“Enggak penting darimana Mama tahu, Fa. Kelakuan kamu ini kelewatan. Kamu nyekap anak orang di sini.” Riri kembali marah.
“Melodi... kamu pergi temui Bibi Grace di bawah. Kamu minta antar ke kamar tamu, ya. Kami mau bicara dulu dengan Alfa. Kamu tenang saja... nanti kami akan antarkan kamu pulang.” James menjelaskan pada Melodi.
Detik itu juga Melodi sangat lega. Ini adalah kabar baik. Ia akan diantar pulang. Tapi, kemana? Bukan saatnya untuk bertanya. Itu bisa dilakukannya nanti. Sekarang ia harus pergi agar Alfa bisa merasakan akibat perbuatannya. Melodi keluar kamar dan menemui Bibi Grace.
“Alfa! Mama tunggu di bawah dalam lima menit.” Riri meninggalkan kamar Alfa.
Alfa menggaruk kepalanya dengan kesal. Setelah mencuci muka, Alfa turun menemui kedua orangtuanya.
“Ma, Pa....”
“Alfa... kenapa Melodi ada sama kamu? Kenapa enggak kamu serahkan ke keluarganya?” Tanya James.
“Pa....”
“Kamu tahu, kan, Fa.. keluarganya nyariin.” Riri menggeram.
“Oke... tenang dulu, Ma, Pa... Alfa bakalan jelasin. Tapi, papa sama Mama dengerin dulu sampai habis.”
James mengangguk.”Ya sudah. Silakan.”
“Alfa enggak sengaja ketemu Melodi di bar. Dia lagi sama Shelyn...kakak tirinya. Nah, kebetulan... Shelyn punya hutang sama Alfa. Shelyn bayar hutangnya dengan jual Melodi ke Alfa. Awalnya Alfa juga kaget... kenapa Shelyn malah jual adiknya sendiri. Tapi, ternyata Melodi sedang lupa ingatan. Shelyn sendiri tidak pernah bilang sama Papanya kalau ia sudah menemukan melodi. Aneh, kan? Daripada Shelyn jual Melodi ke orang lain, ya udah Alfa tampung.”