Sudah sejam berlalu, Aletta masih tetap di depan layar monitornya mengerjakan pekerjaannya. Pintu ruangan Javin terbuka, terlihat Javin menjaga pintu tetap terbuka hingga Rose keluar.
Aletta segera berdiri memberi senyum sopannya, Rose tersenyum kikuk lalu menghampiri Aletta.
"Maafkan sikap ku yang tadi, Aletta. Aku hanya tidak terbiasa dengan orang baru,"
Aletta tersenyum tulus lalu mengangguk mengucapkan tidak apa-apa, Javin mengantarkan Rose masuk ke dalam lift. Setelah pintu lift tertutup, Javin menghampiri Aletta yang masih berdiri melihat Javin berjalan ke arahnya.
"Maafkan sikap adikku yang tidak sopan kepadamu, ia memang seperti itu pada orang yang baru dilihatnya." Javin berucap merada tidak enak.
"Tidak apa-apa, sir. Ia masih sangat muda, saya memakluminya."
"Ah ya, jangan berbicara terlalu formal padaku. Panggil namaku bila kita sedang berdua seperti ini," Aletta merasa tidak enak tetapi tetap menganggukan kepalanya.
"Baiklah, si- Javin." Javin tersenyum sambil menggelengkan kepalanya lalu kembali masuk ke dalam ruangannya meninggalkan Aletta dengan wajah memerah.
Aletta mengetuk ruangan Javin lalu segera masuk ketika Javin mengizinkan, ia menyerahkan pekerjaannya yang sudah selesai. Javin sedang menelitinya ketika pintunya tiba-tiba terbuka membuat keduanya terkejut. Javin bergumam kesal ketika melihat siapa yang datang.
"Apa hari ini hari berkunjung?" Ucapnya frustasi.
"Well, hello to you too."
Aletta memperhatikan wanita yang memakai dress di atas lutut itu, wajahnya sangat cantik dan bisa diperkirakan usianya sepantar dengan Aletta. Dan ketika Aletta melihat wajahnya, itu sama persis dengan Javin.
"Kenapa kau ke sini, Lily? Apa kau tidak punya pekerjaan lain selain menggangguku dengan datang kesini?"
"Javin, kau begitu jahat padaku. Aku baru saja berkunjung dan kau sudah mengusirku, apa kau sedang berdua denga-"
"Ini sekretarisku, Lily. Jangan berbicara yang tidak sopan," peringat Javin. Kedua adiknya memang sangat menyebalkan ketika melihat Javin dengan wanita yang masih muda. Mereka akan menilai wanita itu dari atas sampai bawah, seperti sekarang ini.
"Not bad," gumam Lily pelan sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Mau apa kau kesini?"
"Aku ingin bekerja di sini," Lily tersenyum manis.
"Kau tahu, perusahaan daddy tidak hanya satu. Kau bisa bekerja di perusahaannya yang lain,"
"Kau menolakku bekerja disini?" Ucap Lily tidak percaya.
"Javin, aku ini adikmu. Dan seharusnya kau memberikanku pekerjaan, kau tahu." Ucapnya sebal.
"Lagipula daddy yang menyuruhku untuk bekerja disini, ia akan memindahkanku ketika aku sudah bekerja dengan benar disini."
Aletta hanya terdiam melihat pertengkaran kakak-adik untuk kedua kalinya. Sebaliknya dengan Javin, ia merasa malu karna di hari pertama Aletta bekerja, ia sudah melihat drama kedua adiknya ini.
"Aletta, kau boleh kembali ke mejamu." Aletta mengangguk sopan lalu segera pergi dan sebelum itu ia juga tersenyum pada Lily yang membalas senyumannya.
"Dia cantik," ucap Lily lalu duduk di depan Javin.
"Sepertinya ia punya darah Eropa," Javin hanya menganggukan kepalanya mendengarkan ocehan adiknya.
"Javin!" Geram Lily kesal.
"Ada apa lagi?"
"Kau mendengarku berbicara tidak sih? Menyebalkan sekali," gumamnya.
"Lupakan, aku akan bekerja dimana?" Ucap Lily.
"Di bagian pegawai biasa,"
"What?"
"Kenapa aku tidak menjadi sekretarismu saja, aku bisa melakukannya."
"Sudah ada Aletta, Lily. Ia baru mulai bekerja hari ini, dan kau sudah membuat drama."
"Aku bisa menjadi sekretaris keduamu, dan lagi pula ia biasa saja tidak masalah dengan keberisikanku. Mungkin aku bisa dekat dengannya bila aku menjadi sekretarismu juga, dan aku akan berteman dengannya."
"Kau bekerja menjadi pegawai biasa, Lily. Aku tidak butuh dua sekretaris,"
"Bilang saja kau hanya ingin berdua dengannya," ucap Lily pelan.
"Aku mendengarnya," Javin melirik Lily yang hanya tersenyum polos seperti Rose tadi.
"Baiklah, aku terima. Kapan aku bisa mulai bekerja?"
"Besok, kau bisa memulai besok." Lily menganggukan kepalanya menerima jawaban kakaknya.
"Javin, pulanglah. Mommy ingin bertemu denganmu,"
"Aku akan pulang, tapi tidak sekarang. Pekerjaan ku masih menumpuk dan aku baru saja menggantikan daddy."
"Kau tidak ingin menikah?" Javin yang sedang menyesap tehnya langsung tersedak, Lily hanya mengernyit dan sedikit merasa bersalah membuat kakaknya terkejut.
"What's wrong with you?" Ucap Javin sembari mengelap mulutnya dengan tissue.
"Aku hanya bertanya. God, dan kau tiba-tiba tersedak berlebihan."
"Itu pertanyaan tiba-tiba Lily, dan kau mengagetkanku."
"Sepertinya kau harus cepat mencari pendamping, setidaknya kekasih. Karna sepertinya mommy ingin menjodohkanmu, banyak teman mommy datang ke rumah membawa putrinya yang memakai make up berlebihan membuat warna wajah dan lehernya belang." Lily bergidik ngeri ketika mengingatnya waktu teman-teman dari ibunya membawa putrinya yang dandanannya menggelikan.
"Mommy tidak akan menjodohkanku, Lily. Aku sudah berbicara padanya bahwa aku akan menikah ketika waktunya sudah tepat,"
"Same old, same old." Javin mendelik menatap Lily.
"Baiklah, aku akan pergi. Aku ingin menghabiskan waktu dengan teman-temanku sebelum sibuk bekerja, bye brother."
Javin melambaikan tangannya lalu Lily pergi dari ruangannya membuat Javin menghela nafas lega.
Sementara itu, Aletta berdiri ketika melihat Lily keluar dari ruangan Javin. Lily memperhatikan Aletta sekali lagi, walaupun Aletta merasa risih ia tetap diam dan tersenyum sopan.
Dan tidak lama Lily membalas senyumnya lalu berjalan menghampiri.
"Siapa namamu?" Tanya Lily.
"Aletta, miss."
"Panggil namaku saja, Lily. Aku adik dari boss mu itu,"
"Ia mempunyai dua adik," ucap Aletta pelan dan Lily masih bisa mendengarnya.
"Kau tahu Rose?" Tanyanya.
"Ya, tadi ia datang ke sini."
"Seriously? Aku pikir ia sedang kerja kelompok. Terima kasih Aletta atas pemberitahuannya, aku permisi."
"Anak itu sangat susah di atur," gumam Lily kesal membuat Aletta mau tidak mau tersenyum mendengarnya.