7. penjelasan

1727 Kata
Jalanan sore ini macet parah, ditambah rintik hujan diluar, langit sudah begitu gelap, menandakan sebentar lagi akan turun hujan. suara klakson bersahutan tak sabaran ingin lekas terbebas dari kemacetan. Anka masih diam, aku pun tak tak tahu harus memulai pembicaraan, di dalam mobil sungguh sunyi berbanding terbalik dengan yang di luar. Aku menautkan kedua tanganku dan meremasnya, mencoba menghilangkan rasa gugup yang menyelimutiku. Rintik hujan sudah turun dengan derasnya, udara di dalam mobil semakin terasa pengap dan aku semakin berkeringat dingin, kenapa bisa semenakutkan ini bersama dengan Anka, padahal Anka orang yang baik, Anka tidak pernah menyakitiku, hanya kepergiannya saja yang membuatku merasa kehilangan dua kali. Kenapa aku jadi terbelenggu perasaan takut, merasa bersalah, tapi untuk apa, apa karena aku menghindarinya kemaren, tapi menurutku itu wajar kan. Anka membelokkan mobilnya putar arah menuju ke kawasan industri lagi, terlihat wajahnya begitu kesal, sudah hampir setengah jam kita terjebak macet. Lagian tadi Anka mau bawa aku kemana, ini bukan arah ke kontrakanku, Anka belum tahu, dan tidak menanyakan kepadaku, aku pun enggan memberitahunya dahulu. Aku hanya mengikuti dia mau kemana. Anka memarkirkan di depan kafe yang masih berada di kawasan industri. Tanpa mengajakku turun, dia keluar berlarian masuk ke dalam kafe, dan aku menunggunya di mobil. tak berapa lama kemudian dia keluar dengan dua paperbag di tangannya. setelah masuk mobil dia mengusap usap rambut dan bajunya yang sedikit basah. Dia mengeluarkan dua cup minuman dan memberikan satu untukku. "minumlah, ini teh hijau kesukaanmu" katanya sambil memberikannya padaku, aku menerimanya dan langsung kuminum, lumayan kehausan sejak bangun di klinik tadi belum minum dan makan apa apa, padahal langit sudah mulai gelap berganti dengan malam. Kak Anka juga mengeluarkan isi paperbag satunya yang berisi spagetti dan memberikannya padaku. tanpa disuruh, aku langsung membuka dan memakannya, sedangkan dia membeli burger double cheese. Kami makan dalam diam, sejak di mobil ini, belum ada satupun kata yang aku ucapkan, kak Anka juga diam, seolah membiarkanku untuk tenang dahulu dan siap untuk bercerita. Di luar hujan semakin deras, dan udara berubah jadi dingin. aku membuka tasku dan mencari jaket, tapi tak kutemukan, mungkin masih tertinggal di loker, seolah tahu apa yang aku cari, kak Anka mengambil sesuatu di kok belakang dan memberikannya padaku, sebuah selimut yang tak begitu besar tapi lumayan tebal. " Buat kak Anka aja" aku mendorong tangannya yang membawa selimut itu. "Kamu yang kedinginan, aku enggak" jawabnya dingin, dan malah langsung menyelimutiku. " Makasih" aku merapatkan selimut di badanku. "jadi, sudah mau cerita apa yang terjadi?" tanyanya kemudian sambil menatapku intens. "Cerita apa kak?" tanyaku pura pura nggak mengerti. " Nggak usah mengalihkan pembicaraan, sebenarnya apa yang terjadi, dan kenapa kamu menghindariku. Sejak di klinik dulu, aku selalu mencarimu Nay, medsosmu aktif, tapi tak pernah membalas jika kukirim pesan.Sampai tadi pagi aku hampir menabrakmu yang berlarian tanpa melihat jalan. Dulu waktu awal aku disini kamu udah tahu kan? kenapa tak menyapa? aku punya salah sama kamu?" " Tadi pagi yang hampir nabrak aku kakak?" tanyaku menoleh kepadanya syok. " Dan kamu langsung pergi aja" "Buru buru tadi telat" "Dan aku yakin, kamu kesakitan tadi pas jatuh. Kenapa menghindariku Nay" tanyanya melembut. "Maaf" jawabku lirih. "Maaf untuk apa Nay, aku tanya kenapa kamu menghindariku" katanya mulai kesal. "Maaf untuk aku yang mengindari kakak" "Iya tapi kenapa? aku buat salah sama kamu?" "Enggak, aku yang pengen aja" "Hanya karena pengen?? Kamu sudah gak mau lagi bertemu denganku?" katanya kesal menahan emosi. "Bukan gitu..." aku bingung mau gimana menjabawabnya. "Trus apa...? alasan kamu enggak logis Nay, hanya karena pengen?" kak Anka berdecak sebal sambil membuang muka. "Kamu pengen kita menjauh dan pura pura gak kenal gitu seperti orang asing. "Bukan gitu kak..." jawabku panik dan entah kenapa air mataku jadi terbendung mendesak ingin keluar. "terus apa Nay, gak usah muter muter deh." "Aku dari dulu memang susah bergaul, kakak tahu sendiri, kehidupanku hanya seputar keluargaku dan sedikit teman, bahkan sekarang entah kemana taman temanku dulu, hanya kak Anka yang masih ada." aku mulai sesenggukan menangis," tahun tahun belakangan ini begitu berat kak buatku, aku ditinggal pergi mendadak oleh keluargaku, tanpa pesan tanpa firasat, rasanya begitu kosong dan berat. Aku tak punya teman untuk berbagi kak, aku mencoba menguatkan sendiri, bangkit sendiri, menelan kecewaku, kesedihanku sendiri. gak ada orang lain yang bisa kubagi dukaku kak. Hanya kak Anka teman yang kumiliki, tapi kakak juga gak ada disampingku kak. Kakak yang berjanji akan seeing menghubungiku, tapi itu hanya janji kan, nyatanya kakak gak pernah menghubungiku, kakak yang minta aku gak ganti nomer kontak, aku gak pernah menggantinya kak, dan kakak juga tak pernah menghubungiku di saat aku sangat butuh teman. Dan sekarang kakak tiba tiba muncul begitu saja. Kakak pikir apa yang harus kulakukan sekarang. Sebenarnya aku bingung dengan diriku sendiri kak, aku takut kakak akan pergi lagi, terus apa untungnya kebahagiaan sementara yang kudapat dengan bertemu kak Anka jika nanti akhirnya kak Anka pergi lagi..." Tiba tiba saja kak Anka menarik tangan dan memelukku kedalam dekapannya.,.pelukannya begitu erat sambil terus mengucapkan kata maaf di pundakku. tangisku pecah dalam dekapannya, kucurahkan semua kesedihanku selama ini, kecewaku, kehilanganku, kesepianku, keputusasaanku. Entah berapa lama akumenangis, wajahku sudah tak berbentuk lagi, kemeja kak Anka sudah basah oleh airmataku dan mungkin karena kelelahan menangis dan udara yang semakin terasa dingin, aku merasakan kantuk yang luarbiasa dan tertidur di pelukan kak Anka. Aku tak tahu seberapa lama aku tidur, ketika aku bangun sudah berada di ranjang yang empuk dan berselimut tebal. Aku tidak langsung beranjak dari ranjang, kamar yang rapi dan didominasi warna biru langit dan putih, perabotan minimalis yang tertata rapi, kupikir kak Anka mambawaku pulang ke rumahnya, senyenyak itukah sampai aku dipindahkan ke ranjang saja tidak tahu. kepalaku sedikit terasa pusing, efek kebanyakan menangis tadi sore. Tak berapa lama kemudian, kak Anka masuk ke kamar dengan sudah berganti baju rumahan. "Udah bangun? mau mandi dulu, kusiapkan air hangat, atau mau makan dulu?" tanyanya sambil duduk ditepi ranjang. "Ini jam berapa?" "Baru jam sembilan, mau mandi dulu?" "iya" aku menyibakkan selimut dan turun dari ranjang. "Tunggu sebentar, kucarikan baju ganti" kak Anka beranjak ke lemari besarnya dan memilih pakaian. Dia memberiku kaosnya dan celana training yang masih baru. " Pakai ini gak papa kan? Ini masih baru kok" tanyanya ragu sambil memberikannya padaku. "iya gak papa" aku menerimanya dan beranjak ke kamar mandi. kamar mandi yang luas dan bersih, persis seperti yang ad di rumahku dulu. di dalam bathtub sudah ada air hangat, dengan aromaterapy, aku tersenyum kecil sambil memainkan busa yang ada disana. Sudah lama sekali aku tak pernah berendam seperti ini, sejak keluar dari rumah dan ngontrak. Aku menenggelamkan tubuhku ke bathtub hingga tersisa kepala saja, rasanya begitu nyaman dan menenangkan. Dulu, hampir setiap weekend atau sehabis ada ulangan disekolah, ibuk selalu menyiapkan air hangat dengan aromateraphy untukku berendam, dan itu cukup ampuh untuk menghilangkan penat di badan dan pikiran. Setelah air menjadi agak dingin aku beranjak bilas dan memakai baju yang diberikan kak Anka. Tubuhku seperti tenggelam di baju itu seperti orang orangan sawah. Keluar dari kamar mandi , kak Anka sudah keluar kamar, aku pun keluar untuk mencarinya. Dia sedang duduk di pantry sambil ngopi, di meja sudah ada dua mangkuk sup ayam yang masih mengepul. Dia menoleh kearahku lalu menupuk bangku disampingnya sebagai isyarat untuk duduk disampingnya. "Ini makan dulu, biar badanmu hangat" "kak Anka masak?" tanyaku sambil menerima mangkuk yang disodorkannya. "Apa aku kelihatan seperti orang yang pandai masak?" tanyanya malah menyangsikan dirinya sendiri. "Enggak sih," "Itu tau, tadi pesan online dan kupanaskan." kami makan dalam diam, sesekali dapat kulihat kak Anka curi pandang ke arahku, namun kuabaikan dan pura pura tidak tahu. "Makasih kak makannya, aku mau pulang" kataku setelah menghabiskan supku. " Nginep sini aja ya, di luar masih hujan, dan besok kamu libur kan" "Aku gak enak kak, ngerepotin" " Aku gak merasa direpotin, nginep aja ya, besok aku anterin pulang, dan kamu masih berhutang banyak cerita ke aku." "Cerita apa?" "Semua, semua tentang kamu sewaktu aku pergi" "Gak ada yang perlu aku ceritain kak" " Kanaya putri satu satunya pewaris tunggal kerja di pabrik sementara yang banyak orang tau kamu sedang kuliah diluar negeri." kata kak Anka kasartik. "Oke..oke tapi tidak sekarang" "Masih banyak waktu esok Nay, dan aku akan menunggu" " Kenapa bukan kak Anka aja yang cerita tentang kakak kemana aja selama ini" " Gak ada yang menarik, aku hanya kuliah S2 di luar negeri dan sibuk belajar, seperti mahasiswa mahasiswa lainnya." " Bagian kak Anka yang hilang kabarnya?" "Hanya karena terlalu sibuk kuliah Nay," "Alasan!" kataku kesal. "Maaf ya, kakak gak ada disamping kamu disaat kamu butuk kakak. mulai sekarang kakak janji akan selalu ada di samping kamu, dan selalu ada buat kamu Nay" katanya sambil mengelus rambutku lembut. " jangan mengumbar janji bila nanti tak bisa menepati kak," "Aku gak minta kamu percaya dengan janjiku, tapi aku akan buktikan kalau aku akan selalu ada di samping kamu menemanimu mulai sekarang hingga selamanya." katanya sambil memegang kedua tanganku di atas meja. Dan akupun tak mendapati kebohongan dimatanya, aku tahu kak Anka berkata dengan jujur. "Semoga memang benar adanya kak." kataku sambil menarik tanganku yang di genggamnya. Dia hanya tersenyum manis kepadaku. "Sekarang mau tidur lagi atau nonton film, ada film baru bagus, dan belum sempat kutonton" "Boleh" kataku sambil beranjak membersihkan bekas makanku dan kak Anka dan mencucinya di wastafel, sementara kak Anka menghidupkan kompor dan menggoreng jagung popcorn buat teman nonton tadi. "kak Anka tinggal sendiri? tanyaku setelah duduk di depan televisi besarnya sambil nyemil popcorn. Walaupun sudah lama tak bertemu, aku bisa sesantai itu di depan kak Anka. "iya, setelah pulang, aku langsung tinggal sendiri" Dia membenahi selimut yang kami pakai, mengambil remot ac dan manaikkan suhunya, malam ini memang terasa lebih dingin, mungkin efek karena diluar masih hujan. "Gak ada pembantu gitu dirumah ini?" "Ada sih, pagi doang tapi, ntar sore pulang, cuma bersih bersih dan loundry, kalo makan aku keseringan diluar atau pesan antar. Kadang ibu juga datang nganter makan tinggal panasin doank gitu." kak Anka juga sibuk nyemilin popcorn. Setelah itu tak ad percakapan lagi diantara kami, sesekali hanya untuk mengomentari film yang kami putar. Bahkan setelah selesai, karena belum merasa ngantuk, kami memutar film yang lainnya lagi. Kamipun larut dalam menonton film, rasanya begitu nyaman, beban masalahku terasa hilang untuk sesaat. Tak ada lagi rasa sedih dan kawatir. Hanya ad obrolan obrolan ringan, dan senyum mengembang. Andai ini selamanya. baca episode 7 dulu ya, yang subtittlenya 6. ketahuan. Aku salah pencet publishnya..ixix
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN